Kelompok Ekstremis Yahudi Ortodoks bersumpah lebih baik mati dari pada mengikuti wajib militer yang di terapkan pemerintah Israel kepada mereka, selain itu kelompok ini berniat untuk terus melakukan aksi unjuk rasa di seluruh wilayah sebagai bentuk protes terhadap kebijakan baru tersebut.
Seperti dilansir surat kabar The Times Inggris dari pemimpin Ultra-Ortodoks Yahudi menyatakan bahwa “setiap orang akan menolak untuk mengikuti kebijakan yang baru ditetapkan pemerintah.”
Rabbi David Zickraman, salah satu pemimpin dari para pengunjuk rasa mengatakan, “ketika kami diminta untuk mengorbankan diri kami dalam berjuang kami siap, akan tetapi kami tidak akan pernah mau menyerahkan diri untuk layanan militer di Israel .”
Ia menambahkan “pemerintah harus membangun puluhan penjara bagi anak muda yang tidak mau mengikuti wajib militer, mereka lebih memilih di balik jeruji dari pada mengikuti wamil.”
Sebelumnya pada hari Jum’at (07/02) kemarin, unjuk rasa yang di gelar kelompok Ultra-Ortodoks Yahudi di kota Yerusalem dan berbagai wilayah Israel berakhir ricuh. Mahkamah Agung Israel memutuskan untuk menghentikan dana pemerintah bagi lembaga keagamaan yang siswanya menolak untuk mengikuti wajib militer.
Menurut kesepakatan yang dicapai dalam pembentukan negara Yahudi, ratusan orang Yahudi Ortodoks dibebaskan dari dinas militer sebagai upaya dedikasi mereka terhadap studi agama selama beberapa dekade.
Tercatat kelompok Yahudi Ortodoks saat ini berjumlah lebih dari 10 % dari populasi penduduk, dan mencapai 21 % dari seluruh total siswa di Israel. (Shorouk/Ram)