Beberapa tentara Iraq di kabarkan telah meninggalkan kesatuannya dan lebih memilih bergabung dengan gelombang sipil yang migrasi meninggalkan tanah kelahiran mereka menuju negara – negara Eropa. Hal ini disebabkan muncul keraguan dan keputus asaan terhadap kekuatan tentara keamanan Iraq yang selama ini di dukung AS dalam memerangi ISIS.
Dalam 3 bulan terakhir ini, tentara – tentara tersebut lebih memilih bergabung dengan lebih dari 50 ribu warga sipil yang pergi meninggalkan Iraq.
Hal ini menunjukkan ketidakmampuan pemerintah Iraq untuk menjaga kekuatan tentaranya, dan hal itu juga dapat melemahkab koalisi yang di pimpin AS yang selama ini telah menghabiskan milyaran dolar untuk melatih dan melengkapi persenjataan tentara Iraq dalam menghadapi ISIS.
Seperti apa yang diungkapkan oleh salah satu anggota kesatuan khusus Iraq yang tidak ingin disebutkan namanya, ia mengatakan “disaat kami berperang, para pejabat dan partai politik sibuk mengumpulkan harta dan beberapa pejabat malah mengirim anak – anak mereka ke luar negeri, sedangkan kita di bayar untuk melihat orang – orang terluka dan terbunuh di setiap harinya tanpa satu orangpun yang peduli.” Begitulah ungkapan kekecewaan tersebut seakan mewakili tentara – tentara yang juga lebih memilih meletakkan senjata dan pergi meninggalkan tanah kelahirannya bersama ribuan warga sipil lainnya.
Tapi sepertinya tentara – tentara tersebut akan menghadapi masa depan yang suram di Eropa, pasalnya, seorang juru bicara Komisaris tinggi PBB untuk pengungsi ( UNHCR) menyatakan bahwa mereka yang merupakan mantan tentara Iraq di pastikan tidak akan menerima status pengungsi di negara Eropa. (Hr/islammemo)