Tweet dari Dr. Soumya pada tanggal 10 Mei 2021 tentang Ivermectin menyebabkan Negara bagian Tamil Nadu melakukan penarikan penggunaan Ivermectin pada tanggal 11 Mei 2021, padahal Pemerintahan Tamil Nadu sehari sebelumnya telah mengumumkan bahwa Ivermectin adalah salah satu obat yang digunakan untuk penanganan Covid-19.
Anehnya, saat setelah IBA melakukan somasi terhadap Dr. Soumya, tweet tersebut telah dihapus. Menurut IBA, hal demikian cukup memberikan konfirmasi bahwa ada hal yang tidak beres dengan pernyataan tweet tersebut. IBA melanjutkan bahwa ini juga menjadi indikasi ketidakjujuran WHO dalam penanganan Covid-19, dan Dr. Soumya telah membuktikan niat jahatnya dengan menghapus tweet tersebut.
Saat ini, India telah menyebarluaskan informasi mengenai Ivermectin, sehingga masyarakat India telah menggunakan Ivermectin, dan dilaporkan bahwa kasus Covid di India menurun drastis sejak pemakaian Ivermectin dilakukan, terutama di Negara bagian Goa, Utter Pradesh, Uttarkhand, dan Karnataka.
Diketahui dari Indian media, pemberitahuan ini berdasaarkan dari penelitian dan uji klinis dari FLCCC Alliance dan BIRD Panel, yang telah menyajikan banyak data mengenai kekuatan Ivermectin dalam menangani Covid-19, baik dalam pencegahan dan pengobatan.
ICMR atau Indian Council for Medical Research dan AIIMS atau All India Institute of Medical Science di Delhi telah menolak sikap dari Dr. Soumya dan tetap mempertahankan rekomendasi Ivermectin dibawah kategori “May Do” untuk setiap pasien Covid-19 dengan gejala ringan yang sedang menjalankan isolasi mandiri dirumah, seperti yang telah dinyatakan dalam “Pedoman nasional untuk Manajemen Covid-19” telah diperbarui pada tanggal 17 Mei 2021.
Untuk mengehentikan tindakan Dr. Soumya dan WHO yang berpotensi besar untuk dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada warga negara India, IBA telah mengambil tindakan hukum, dan terus memproses lanjut gugatan pada Dr. Soumya.
Bahkan TrialSiteNews yang telah lama mengikuti perkembangan Ivermectin melawan Covid19 di dunia, menyatakan klaim memiliki bukti bahwa WHO menekan dan menutupi informasi dan data mengenai keampuhan Ivermectin, terutama di Utter Pradesh.
Perlu diingat bahwa informasi awal penelitian in-vitro Ivermectin dilansir oleh Monash University di Australia pada tanggal 3 April 2020. Kemudian seperti dilansir The Daily Star, bahwa pada tanggal 15 April 2020, Dr. Tarek Alam di Bangladesh telah melakukan uji in-vivo dengan hasil yang menggembirakan.
Hasil temuan Dr. Tarek Alam dipublikasikan di bulan Juli 2020 oleh BCPS (Bangladeh College of Physicians and Surgeons). Bahkan Dr. Satoshi Omura, penemu Ivermectin, telah menghubungi Dr. Tarek Alam, juga peneliti dari Tanzania, Afrika Selatan, Australia, India, Mexico, dan bahkan oleh Kantor Regional Asia Tenggara WHO.