Kamala Harris Gantikan Biden di Pilpres AS, Shamsi Ali Ungkap Pandangan Komunitas Muslim Amerika

eramuslim.com – Rencana pilpres Amerika kali ini kembali mengejutkan, bahkan mencatat sejarah baru. Biden sebagai capres dari Partai Demokrat incumbent secara resmi mengundurkan diri dari pencalonan presiden Amerika untuk periode kedua.

Hal ini terjadi setelah beberapa hari terakhir sebagian pembesar Partai Demokrat, baik di senate maupun kongress, bahkan beberapa Gubenur dan Walikota dari partai itu menginginkan Presiden Biden untuk tidak maju pencapresan untuk periode kedua.

Terkait hal itu, Diaspora Indonesia di Kota New York, Imam Shamsi Ali, menjelaskan beberapa alasan kenapa sebagian petinggi partai menginginkan Biden untuk tidak maju. Selain karena memang poling-poling yang ada menunjukkan bahwa Trump berada di posisi yang kemungkinan terpilihnya jauh lebih besar.

Apalagi setelah debat capres pertama di mana performa Biden sangat mengecewakan kepada pendukungnya. Tapi yang lebih penting lagi adalah masalah umur dan kesehatan yang sangat rawan. Tanda-tanda demensia Biden sangat jelas dalam beberapa kali kesempatan.

Presiden Biden mundur dari pencalonan sekaligus mengumumkan dukungannya (endorsement) kepada wakilnya Kamala Haris. Memang salah satu calon kuat untuk maju menggantikan Capres Biden adalah Kamala Harris. Apalagi dalam posisinya sebagai Wakil Presiden dan Cawapres Biden untuk priode kedua.

Walaupun belum ada keputusan resmi petinggi Demokrat memberikan dukungannya kepada Kamala Harris. Namun, 79 persen pemilih Demokrat memilih Kamala untuk jadi Capres Partai ini. Bahkan dalam masa kurang dari 24 jam Kamala berhasil menggalang dana lebih $81 juta. Karena diperkirakan pencalonan Kamala hanya menunggu formalitas melalui convensi Partai.

Karenanya dapat dikatakan bahwa Kamala Haris akan maju menggantikan Joe Biden dalam pilpres mendatang melawan mantan Presiden Donald Trump.

“Pertanyaannya, berapa besar peluang Kamala Harris untuk memenangkan pertarungan ini? Dan yang terpenting pula bagi warga imigran, khususnya lagi Komunitas Muslim, kira-kira apa aspek “positif dan negatifnya” untuk mendukung Kamala Haris dalam pertarungan pilpres mendatang?,” ujar Shamsi Ali, melalui tulisan yang dikirim ke fajar.co.id, Selasa (23/7/2024).

Pertanyaan-pertanyaan di atas, lanjut Shamsi Ali, tentu tidak mudah dijawab. Karena memang politik di Amerika, apalagi jika itu bersentuhan dengan kepemimpinan negara (Presiden dan Wapres) pastinya selalu terkontrol oleh “hidden power” Atau “hidden player” yang hampir menentukan warna kebijakan yang akan diambil oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Apalagi jika hal itu bekaitan dengan urusan luar negeri. Bahkan kita ketahui isu Palestina-Israel dari dulu hingga saat ini, siapapun Presiden yang terpilih akan membawa warna yang sama.

Kamala Haris memang dalam sepak terjang politik dan kebijakan publiknya cukup baik dan inklusif. Baik di saat menjadi Hakim Tinggi California, Senator US, hingga pada posisinya sebagai Wakil Presiden Biden. Keberpihakannya kepada warga imigran, warga kulit non putih, dan masyarakat mustadh’afin (lemah) cukup baik. Hal itu karena Kamala sadar diri dan tahu sejarah. Bahwa kedua orang tuanya juga adalah imigran. Ibu pendatang dari India dan ayahnya dari Jamaica.

“Sebagai putrì imigran saya kira sedikit banyaknya berpengaruh pada cara pandangnya terhadap bangsa Amerika. Apalagi dengan pengalamannya sebagai Hakim Tinggi sebelum menjabat sebagai Senator Amerika sangat menguatkan harapan bahwa pembelaan kepada hak-hak minoritas, termasuk Komunitas Muslim lebih optimis. Hal ini menjadi sangat penting mengingat lawannya di pertarungan pilpres ini (Donald Trump) memang rasis dan anti imigran, khususnya imigran Muslim,” urai Presiden Nusantara Foundation ini.

 

Beri Komentar