Kabur Dari Kekejaman Bashar Al Assda, Seorang Pemuda Suriah Berenang 6 Jam Lamanya Dari Turki Hingga Yunani

Hisham MedmanaEramuslim – Sebuah kisah hijrah seorang pemuda Suriah di kota Daraya kini menjadi perbincangan hangat masyarakat Eropa dan Arab, setelah nekad mencoba berenang dari pinggiran pantai Laut Mediterania di Turki hingga singgah di sebuah pulau di Yunani yang menempuh waktu 3,5 tahun lamanya.

Adalah Hisham Medmana yang kini telah berada di kota Hamburg, Jerman, kembali mengisahkan bagaimana perjuangan dirinya melarikan diri dari kekejaman rezim Syiah Bashar Al Assad di desanya hingga dimana dia kini berada.

Perjalanan panjang ini dimulai ketika Hisham memutuskan untuk meninggalkan desanya di kota Daraya, Suriah, hingga sampai di Lebanon sebagai pengungsi pada tanggal 29 September 2012.

Satu pekan berada di Lebanon, Hisham memutuskan untuk pindah ke Mesir karena biaya hidup yang sangat tinggi dan tidak terjangkau bagi dirinya yang tidak memiliki banyak uang dan pekerjaan.

Di Mesir Hisham mencoba mendaftar di salah satu universitas di wilayah ibukota, akan tetapi karena waktu pendaftaran telah tutup Hisham memutuskan untuk pergi ke Turki karena tidak adanya lapangan pekerjaan di Mesir, setelah selama beberapa pekan tinggal di Kairo.

Di prediksi konflik di Suriah akan segera berhenti, justru hingga tanggal 5 April 2013 Hisham yang kembali ke Suriah setelah tiba di Turki tidak mendapati adanya tanda-tanda semakin meredanya konflik di Suriah.

Akhirnya di tanggal 6 bulan April 2013 tersebut Hisham memutuskan untuk memulai hijrahnya ke Eropa, dengan memulai perjalanan melewati padang pasir Suriah disertai rentetan temabkan senjata tentara rezim Bashar Al Assad. Dan akhirnya tiba di perbatasan Jordania.

Sampai di Jordania bukannya kemudahan proses bagi pengungsi justru Hisham dideportasi kembali ke Suriah karena sejumlah peraturan tertentu, sebelum kembali mencoba dan akhirnya dapat memasuki wilayah Jordania.

Tinggal selama 2 tahun di Jordania, kehidupan yang sulit memaksa saya memutuskan untuk hijrah ke Eropa dengan taruhan kembali di deportasi ke Suriah atau pergi melalui Turki ke Eropa pada tanggal 16 Juni 2015.

Tiba di Turki, saya bertemu dengan calo yang menawarkan jasa penyeberangan ilegal ke Eropa dengan biaya 1000 dolar AS.

Saya berpikir kemudian dengan biaya sangat mahal seperti itu bagaimana saya memperoleh uang, hingga akhirnya saya memutuskan berenang dari Turki dan calo tersebut hanya mentertawakan saya keran belum ada orang yang melakukan aksi nekad seperti itu.

Calo tersebut kemudian bertanya bagaimana saya akan menyeberangi lautan sejauh 8 kilometer hingga ke Yunani?

Dengan bekal mahir berenang sejak kecil, saya kemudian kembali ke tengah kota untuk membeli jas pelampung dan peralatan keselamatan sederhana untuk berenang, serta makanan dan minuman untuk mencegah dehidrasi ketika melakukan perjalanan.

Dan akhirnya saya memutuskan memberanikan diri untuk berenang dengan resiko dinginnya air Laut Mediterania meskipun dalam keadaan musim dingin.

Hisham pun terus berenang sejauh 3 kilometer hingga melihat sebuah pulau dan memutuskan untuk beristirahat ke pulau tersebut bersama teman pengungsiannya Faras.

Saya melanjutkan berenang dengan teman saya bernama Faras hingga sisa-sisa tenaga dan tidak menyadari dimana saya kini berada, sampai tiba-tiba sebuah patrol laut dengan lampu sirine berwana merah mendekati saya dan teman saya setelah 6 jam lamanya berenang di laut.

Saya pun dibawa ke kantor kepolisian air setempat untuk di interogasi karena takut dicurigai sebagai teroris yang menyelundupkan senjata dan merencanakan aksi serangan di Eropa.

Kemudian saya mengeluarkan sejumlah kartu identitas saya yang menunjukan bahwa saya dan Faras seorang pengungsi Suriah.

Berikut adalah sejumlah negara yang saya lintasi ketika melakukan ide berbahaya ini; Suriah-Lebanon-Yordania, Mesir, Turki-Suriah-Turki-Yunani. (Rassd/Ram)