Harapan sebagian rakyat Mesir untuk menjalankan kehidupan yang aman dan lebih baik dengan adanya intervensi militer ke dalam ranah politik Mesir, kini semakin jauh dari kenyataan.
Janji pihak militer yang datang untuk menyelamatkan Mesir dari jurang kegelapan karena perbedaan politik, justru makin mendorong Mesir ke arah perang saudara akibat ulah para panglima elit militer.
Kekerasan yang disertai pembunuhan terus berlangsung di berbagai tempat di Mesir, langkah represif aparat keamanan dan militer terhadap kelompok pro kudeta justru menjadikan keamanan di Mesir semakin tidak kondusif.
Fenomena Preman Bersenjata
Merebaknya preman bersenjata dari golongan aparat kepolisian Mesir dan pihak sipil menjadi sumber masalah serius bagi keamanan dan ketentraman kehidupan warga Mesir.
Pihak pemerintah yang seolah-olah membiarkan para preman jalanan untuk meneror kelompok Kontra-Kudeta menambah rasa cemas dan takut warga Mesir lainnya.
Media Mesir dalam pemberitaan yang tidak professional, sering menuduh kejadian pelanggaran dan kejahatan yang merebak di seantero negeri para Nabi dilakukan oleh pendukung Pro Mursi dan kelompok Anti Kudeta Mesir.
Jika sebagian besar korban di masa sebelum pembantaian Rab’ah dan Nahdah adalah pendukung Presiden Muhamad Mursi, kini bentrokan semakin meluas dengan jatuhnya korban antara pihak sipil melawan militer.
Check Points
Adanya Check Points di pintu keluar dan masuk ke dalam kota dan tempat-tempat tertentu menjadikan suasana di kota Kairo dan sekitarnya semakin tegang.
Hamdi Al Sayed, salah seorang penduduk Giza menegaskan bahwa situasi saat ini berbeda dari Revolusi 25 Januari 2011, yang menggulingkan rezim diktator Mubarak.
Hamdi menambahkan, dirinya selalu cemas ketika tentara melakukan pemeriksaan terhadap dirinya yang keluar masuk melewati area sekitar tempat tinggalnya untuk pergi bekerja.
Selain itu, Hamdi yang sampai saat ini masih bekerja di daerah distrik Dokki sering kembali ke rumahnya dengan alasan keamanan dari pihak tentara Mesir.
Kondisi keamanan yang kian memburuk di Mesir bukan hanya mengancam keselamatan warga Mesir belaka. Tercatat sedikitnya 2 wartawan internasional telah tewas akibat serangan pasukan militer Mesir di pembantaian Medan Rab’ah dan Nahdah Square pada (14/8) lalu. (Aljazeera/Zhd)