eramuslim.com – Pengadilan Israel mengatakan kebocoran informasi yang dilakukan oleh ajudan di kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu kemungkinan telah merusak kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Pengadilan di kota Rishon LeZion pada Minggu (3/11/2024) malam mengatakan empat orang sedang diselidiki karena memberikan berita kepada surat kabar. Mereka juga telah ditangkap terkait dengan penyelidikan bersama oleh polisi, dinas keamanan internal, dan tentara Israel.
Tersangka utama bernama Eliezer Feldstein, yang menurut media Israel dipekerjakan sebagai juru bicara dan penasihat media di kantor PM Netanyahu tak lama setelah serangan Hamas pada Oktober 2023 di Israel. Tiga orang lainnya yang akan ditangkap adalah anggota lembaga keamanan.
Para tersangka diduga terlibat dalam pembocoran dokumen strategi Hamas yang ditemukan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Gaza. Mereka memanipulasi atau mengedit materi tersebut agar tampak seolah-olah pimpinan kelompok militan Palestina tersebut berencana untuk memperpanjang perundingan selama mungkin, serta menyelundupkan sandera ke Mesir.
“Perintah bungkam sebagian masih berlaku, tetapi kasus tersebut melibatkan pelanggaran keamanan nasional yang disebabkan oleh penyediaan informasi rahasia yang melanggar hukum yang merugikan pencapaian tujuan perang Israel,” kata pengadilan pada Jumat, seperti dikutip The Guardian.
Laporan yang tampaknya berdasarkan dokumen yang direkayasa tersebut muncul di media Inggris Jewish Chronicle dan tabloid Jerman Bild pada bulan September, yang menyebabkan IDF meluncurkan penyelidikan. Jewish Chronicle kemudian mencabut berita tersebut dan memecat jurnalis yang menulisnya.
Para pengkritik Netanyahu mengatakan artikel tersebut muncul pada saat ia menghadapi kritik baru atas penanganannya terhadap perundingan setelah enam sandera yang tewas ditemukan di sebuah terowongan di Rafah.
Laporan tersebut juga tampaknya telah memperkuat tuntutan baru Netanyahu dalam perundingan tersebut setelah kerangka kerja bersyarat telah dicapai, bahwa pasukan Israel tetap berada di perbatasan Gaza-Mesir. Tuntutan tersebut ditolak oleh Hamas, dan perundingan pun gagal.
Netanyahu telah lama dituduh menunda kesepakatan sebagai cara untuk menenangkan mitra koalisi sayap kanannya, yang tidak dapat menerima konsesi apapun kepada Hamas. Ia diyakini melihat tetap menjabat sebagai cara terbaik untuk menghindari penuntutan atas tuduhan korupsi yang sudah berlangsung lama, yang kemudian hal ini dibantahnya.
Dalam sebuah pernyataan pada Senin, Forum Keluarga Sandera, yang mewakili sebagian besar teman dan kerabat para korban penculikan, mengatakan pihaknya menuntut penyelidikan “terhadap semua orang yang diduga melakukan sabotase dan merusak keamanan negara”.
“Kecurigaan tersebut menunjukkan bahwa orang-orang yang terkait dengan perdana menteri bertindak untuk melakukan salah satu penipuan terbesar dalam sejarah negara tersebut. Ini adalah titik terendah moral yang tidak ada duanya. Ini merupakan pukulan telak bagi kepercayaan yang tersisa antara pemerintah dan warga negaranya,” tambahnya.
Netanyahu telah berusaha untuk mengecilkan masalah tersebut, menyerukan agar perintah pembungkaman dicabut dan menuduh pengadilan bias. Pada Sabtu ia membantah keterlibatan apa pun dalam kebocoran tersebut, atau kesalahan yang dilakukan oleh stafnya.
Tersangka utama, Feldstein, “tidak pernah berpartisipasi dalam diskusi keamanan, tidak terpapar atau menerima informasi rahasia, dan tidak ikut serta dalam kunjungan rahasia”, kata kantor Netanyahu.
Pertanyaan telah muncul mengenai apakah Feldstein secara resmi dipekerjakan oleh kantor perdana menteri setelah laporan yang menyatakan bahwa ia gagal dalam tes poligraf izin keamanan diterbitkan, sementara ia telah difoto di samping Netanyahu berkali-kali selama setahun terakhir.
Feldstein, yang berusia 32 tahun, dari pinggiran kota Tel Aviv yang sangat Ortodoks di Bnei Brak, sebelumnya bekerja untuk menteri keamanan nasional sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, dan di unit media IDF.
Feldstein ditangkap pada 27 Oktober dan telah ditahan hingga Selasa, tanggal sidang berikutnya. Salah satu dari tiga tersangka lainnya diketahui telah dibebaskan.
Situs berita ynet melaporkan tuduhan membocorkan informasi rahasia, kelalaian dalam menangani materi, dan menggunakannya untuk memengaruhi opini publik, dapat mengakibatkan hukuman penjara 15 tahun.
(Sumber: Cnbcindonesia)