Menurut Direktur Teknik Sharp Shooter, Devin Schweiss, kunci kehebatan senjata ini berasal dari teknologi pintar pencitraan komputer, yang mana menganut teknologi video game perang seperti PUBG atau Mobile Legends, yang berperan sebagai ‘mata pintar’ sehingga target diklaim tidak akan bisa lepas dari pengamatan, layaknya malaikat pencabut nyawa.
“Dengan senjata yang memakai teknologi ini membuat setiap prajurit menjadi seorang sniper alias penembak jitu handal,” kata dia, seperti dikutip dari situs Daily Mail, Senin, 11 Mei 2020. Cara kerjanya yaitu dengan menempatkan kotak merah di sekitar target, prajurit kemudian memilih yang ingin mereka tembak.
Ketika pelatuk ditarik, teknologi tersebut akan menghitung jarak, sudut, arah dan kecepatan target, ditambah arah angin sebelum menembakkan peluru. “Senjata pintar ini dapat digunakan siang dan malam, dan akan kembali ke mode ‘tembakan bebas’ normal dengan satu sentuhan tombol,” ungkap Devin.
Sementara itu, seorang personel pasukan khusus AS, Delta Force, mengaku kagum dan tertarik menggunakan senjata pintar ini. Bahkan, pasukan khusus milik Angkatan Darat (AD) AS itu sampai menyebutnya sebagai teknologi yang luar biasa.
“Kami sudah melakukan uji coba beberapa kali. Senjata ini dapat mengenai target secara langsung dengan tepat dan akurat. ‘Mata pintarnya’ benar-benar dapat mengubah strategi berperang, sehingga dapat mengurangi risiko kematian karena kecelakaan atau mengurangi peluru nyasar yang melukai orang tak bersalah secara besar-besaran,” ungkap personel Delta Force.
We’re proud to have @smart_shooter_ exhibiting and showcasing its products at #ISDEF2019 – Israel’s largest #Defense, #Security & #Cyber expo! pic.twitter.com/WnPSiq8KLH
— ISDEF Expo (@ISDEFExpo) April 10, 2019
‘Malaikat’ pencabut nyawa dari Zionis-Israel ini dibanderol seharga Rp.15 juta (800 poundsterling / US$900), dan kemungkinan besar pembeli pertamanya adalah AD AS yang dilaporkan akan memakai Smash Fire Control System tersebut di medan perang pada 2023. (viva)