Iran Bersikukuh Tetap Kembangkan Rudal Balistik, Abaikan Ancaman AS

AS-IranEramuslim.com – Presiden Hassan Rouhani memerintahkan menteri pertahanan, Kamis (31/12), untuk meningkatkan program rudal Iran kendati mendapatkan ancaman sanksi dari Amerika Serikat.

Sebelumnya, AS berencana menjatuhkan sanksi karena Iran melakukan uji coba rudal balistik pada Oktober lalu.

Berdasarkan kesepakatan dengan negara adidaya Juli lalu, Iran akan melemahkan program nuklir mereka hingga taraf tidak bisa membuat senjata nuklir. Sebagai gantinya, sanksi dan embargo atas Iran akan dihapuskan.

Namun sumber media seperti dikutip Al-Arabiya mengatakan bahwa AS mempersiapkan sanksi baru terhadap perusahaan internasional dan individu yang terlibat dalam uji roket Emad pada 10 Oktober lalu.

Sengketa muncul seputar rudal apa yang boleh dimiliki dan dikembangkan oleh Iran dan apakah senjata itu bisa membawa hulu ledak nuklir atau tidak. Menanggapi ancaman sanksi dari AS, Rouhani malah memerintahkan teknologi rudal mereka ditingkatkan.

“Pemerintah AS jelas masih menggunakan kebijakan mereka yang tidak bersahabat dan campur tangan yang ilegal…angkatan bersenjata harus meningkatkan kemampuan rudal mereka dengan cepat dan signifikan,” kata Rouhani dalam suratnya kepada Menteri Pertahanan Iran, Hossein Dehghan, yang dipublikasi kantor berita pemerintah IRNA.

Tim pengawas sanksi PBB dalam laporan rahasianya yang diperoleh Reuters pada 15 Desember mengatakan bahwa Emad roket yang digunakan pada rudal balistik mampu membawa hulu ledak nuklir. Hal ini merupakan pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB.

Berbeda dengan rudal jelajah yang terbang rendah, rudal balistik melesat di ketinggian sebelum jatuh dibantu gravitasi ke titik sasaran.

Uji balistik Iran dilarang di bawah resolusi Dewan Keamanan 1929, tahun 2010 dan masih berlaku sampai kesepakatan antara Iran dengan AS diterapkan, diduga awal tahun ini.

Jika kesepakatan itu diterapkan, Iran masih “diserukan” untuk tidak membuat rudal balistik untuk membawa senjata nuklir hingga delapan tahun ke depan.(ts/cnn)