Eramuslim.com – Muhammad Amin, kini berusia 80 tahun, memilih bertempur bersama Daulah Islamiyah di suatu tempat di Suriah ketimbang menghabiskan hari-hari terakhir dalam hidup di kampung halamannya di Propinsi Xinjiang, Tiongkok. Rabu (3/6), wajah tua Muhammad Amin muncul dalam video propaganda IS. Ia adalah jihadis tertua, yang terlibat dalam banyak operasi militer, dan pertempuran hebat di Suriah dan Irak.
Ia adalah Muslim Uighur, etnis minoritas tertindas secara budaya dan agama serta mulai terdesak pendatang Suku Han di tanah nenek moyang. Ia diwawancarai tim propaganda IS di suatu wilayah di bawah kendali jihadis.
“Saya bergabung dengan IS, setelah putra saya syahid dalam pertempuran di Suriah,” Amin memulai ceritanya. “Saya tidak sendiri. Empat cucu, putri, dan istri saya, juga bergabung,” demikian Amin.
Dalam video berkualitas tinggi, Amin juga bertutur situasi di Xinjiang. “Selama lebih 60 tahun saya menyaksikan penindasan Muslim Uighur oleh pemerintahan Cina,” ujarnya. Menurut Amin, bergabung dengan Daulah Islamiyah adalah hijrah, perjalanan peradaban Rasulullah Muhammad SAW bersama sahabat dari Makkah ke Madinah. Amin tidak menyebut kampung halamannya di Xinjiang secara jelas, dan bagaimana tiba di Suriah. Ia hanya mengatakan perjalanannya sangat keras.
Ia mengikuti kamp latihan militer di Suriah, tapi tak diberi tugas tempur karena faktor usia. Setelah sekian lama, Amin mendapatkan keinginannya; bertempur di garis depan bersama serdadu IS dari berbagai negara.
Ia sering hanya berada di belakang artileri, senapan mesin, atau menembak lawan dari parit pertahanan. Ia seolah tak lelah, kendati bergerak lambat dibanding serdadu lainnya.
Bersamanya, terdapat sejumlah anak-anak muda Uighur. Jika tak bertempur, anak-anak ini menyanyikan lagu dalam Bahasa Arab yang memuji syahid. Tidak jarang mereka berteriak memaki pemerintah Cina.
“Wahai Cina kafir, kami sedang mempersiapkan diri melawanmu di tanah khalifah!” teriak salah satunya.
Muslim Uighur lainnya menaikan bendera Turkestan Timur, negeri yang menjadi cita-cita seluruh pemeluk Islam di Propinsi Xinjiang. Video bergeser ke sebuah rumah sakit IS di Suriah. Kamera video dibawa masuk. Seorang dokter bermata agak sipit, seorang Muslim Uighur, sedang melakukan tugas non-tempur. Sang dokter berbicara, tapi hanya sedikit. Ia melanjutkan kerja, merawat serdadu terluka.
Di Beijing, pemerintah Cina merespon keras propaganda ini. Mereka tahu apa yang harus dilakukan; memperketat pengawasan terhadap Muslim, tidak hanya di Xinjiang tapi juga di sekujur negeri itu.(rz)