eramuslim.com – Israel kembali berkilah setelah dua kali menyerang markas pasukan perdamaian PBB di Lebanon atau UNIFIL. Serangan itu pertama kali dilakukan pada Kamis (10/10), lalu kembali terulang pada Jumat (11/10).
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim serangan itu dilakukan setelah mendeteksi ancaman Hizbullah di dekat pos UNIFIL. IDF lalu mengaku tidak sengaja melukai pasukan perdamaian dalam serangan itu.
“Para prajurit beroperasi di Lebanon selatan mengidentifikasi sebuah ancaman mendesak terhadap mereka. Para prajurit merespons dengan menembak ke arah ancaman itu,” ujar IDF, seperti diberitakan The Times of Israel, Sabtu (12/10).
“Penyelidikan awal mengindikasikan selama insiden, serangan teridentifikasi di salah satu pos UNIFIL, berlokasi sekitar 50 meter (yard) dari sumber ancaman, menyebabkan dua orang personel UNIFIL terluka,” lanjut IDF.
IDF kemudian menyatakan pihaknya menyampaikan perhatian serius terhadap kejadian itu. Pernyataan itu diikuti klaim bahwa IDF sudah sempat memberi peringatan kepada UNIFIL.
Israel bahkan mengaku peringatan itu diberikan beberapa jam sebelum serangan, meminta UNIFIL untuk mengungsi karena akan ada serangan di dekat lokasi.
“Mereka (IDF) berkata telah memperingatkan beberapa jam sebelumnya untuk mengungsi. PBB menyebut keduanya berasal dari Sri Lanka,” tulis The Times of Israel.
Israel melancarkan serangan di sekitar pos UNIFIL di Lebanon sebanyak dua kali menjelang akhir pekan. Serangan pertama dilakukan pada Kamis (10/10) dan membuat dua prajurit TNI (Tentara Nasional Indonesia) terluka.
TNI menjelaskan kedua prajurit mengalami luka-luka ringan, tetapi masih dapat bertugas. TNI kemudian memastikan prajurit-prajurit Indonesia yang dikirim di sana dalam keadaan aman.
Serangan serupa kembali dilancarkan Israel sehari setelahnya, yakni pada Jumat (11/10). Kali ini, serangan tersebut melukai dua tentara asal Sri Lanka.
UNIFIL juga membeberkan beberapa dinding di posisi PBB 1-31, dekat Blue Line di Labbouneh, runtuh usai buldoser Israel menghantam perimeternya.
Pasukan perdamaian PBB tetap berada di posisi dan meminta bala bantuan dari Pasukan Cepat Tanggap UNIFIL. Setelah itu, UNIFIL lantas menggarisbawahi pasukan perdamaian Lebanon menghadapi risiko serius.
UNIFIL menyatakan serangan yang disengaja terhadap pasukan penjaga perdamaian “merupakan pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional dan resolusi Dewan Keamanan 1701.”
(Sumber: Cnnindonesia)