Tak hanya baju baru, hari raya tak akan lengkap tanpa masakan istimewa. Demikian halnya dengan yang dilakukan para pengungsi Rohingnya. Kendati hanya menyajikan masakan sederhana, mereka berharap ada nuansa baru di hari yang fitri ini.
Gul Meher, nenek berusia 80 tahun memilih memasak bihun menjadi hidangan pencuci mulut yang disebut semai. Anak laki-laki serta empat cucunya menyantap masakannya dengan lahap. “Aku merasa sangat bahagia walaupun hanya bisa masak sedikit untuk cucu-cucuku,” tuturnya.
Selain melaksanakan sholat Ied, hari kemenangan kali ini juga diwarnai dengan demonstrasi damai menuntut keadilan dan repatriasi. Selama sekitar satu jam, sejumlah pengungsi mengacungkan banner dan plakat yang berisi tuntutan pengakuan kewarganegaraan dari Myanmar serta jaminan keamanan dari PBB.
Sekitar 700 ribu warga Rohingnya tiba di Bangladesh sejak tragedi yang disebut PBB dan AS sebagai ‘pembersihan etnis’ pecah di Myanmar.Pimpinan komunitas pengungsi Mohammad Mohibullah menyatakan mereka ingin PBB menyertakan perwakilan Rohingnya selama proses perjanjian repatriasi. Namun hingga tulisan ini dibuat belum ada perwakilan dari PBB yang bersedia memberikan komentarnya. (rol)