Ini Alasan Laut China Selatan Jadi Rebutan Enam Negara

Eramuslim – Perairan Natuna memanas. Klaim China atas Natuna dibantah dengan tegas oleh pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri.

Ada dua hal yang menjadi dasar argumen kedua negara, namun China hanya mengakui salah satunya.

China punya Nine Dash Line atau Sembilan Garis Putus-putus yang dibuat  sejak 1947, saat China masih dikuasai Partai Kuomintang.

Garis Putus-putus itu menjadi batas teritorial laut Negeri Tirai Bambu, membujur dari utara, menabrak laut Filipina, terus ke selatan, hingga mencaplok sebagian Perairan Natuna milik Indonesia. Insiden Kapal China yang menyelonong masuk itulah yang saat ini menjadi ramai.

Saat itu, pemerintahan Kuomintang menciptakan garis demarkasi yang mereka sebut sebagai “eleven-dash line”. Berdasarkan klaim ini China menguasai mayoritas Laut China Selatan termasuk Kepulauan Pratas, Macclesfield Bank serta Kepulauan Spratly dan Paracel yang didapat China dari Jepang usai Perang Dunia II.

Klaim ini tetap dipertahankan saat Partai Komunis menjadi penguasa China pada 1949. Namun, pada 1953, pemerintah China mengeluarkan wilayah Teluk Tonkin dari peta “eleven-dash line” buatan Kuomintang.

Pemerintah Komunis ‘menyederhanakan’ peta itu dengan mengubahnya menjadi nine-dash line yang kini digunakan sebagai dasar historis untuk mengklaim hampir semua wilayah perairan seluas 3 juta kilometer persegi itu.