Tiga Kunci Sukses Da’wah

"Di satu sisi kita mensyukuri, sekarang ini da’wah jauh lebih bebas dibanding masa lalu. Tapi pada saat yang sama, kemaksiatan juga semakin merajalela," tutur Ustadz Syuhada Bahri, Ketua Umum Dewan Da’wah, dalam pengarahannya pada Pembukaan Rapat Kerja (Raker) LAZIS Dewan Da’wah di Gedung Menara Da’wah, Jum’at (31/12).

Raker LAZIS diikuti seluruh personil lembaga dari pusat dan perwakilan Cabang Jawa Barat serta Lampung. Turut hadir dan menjadi narasumber dalam Raker yang berlangsung hingga 1 Januari 2011 tersebut, Komisi Pengawas LAZIS Dewan Da’wah, M Nazif MBA dan DR Ahmad Sumargono.

Ustadz Syuhada mencontohkan, belasan tahun lalu terpaksa mengadakan taklim di dalam mobil ambulan yang berputar-putar di kota Makassar, demi mengelabui intaian aparat. Kini, bahkan Ustadz Syuhada pernah menyelipkan nasehat kepada Presiden RI dalam sebuah acara audiensi musabaqoh hifdzil Qur’an.

Namun, maraknya da’wah dibarengi dengan kemaksiatan yang luar biasa pula. Misalnya, Indonesia kini menjadi wilayah penularan HIV/AIDS tercepat di Asia. "Dalam dua tahun terakhir Indonesia masuk dalam area epidemis dengan perkembangan tercepat di Asia," ujar UNAIDS Country Coordinator, Nancy Fee, saat peluncuran laporan Penularan HIV pada Hubungan Pasangan Intim di Asia di Jakarta, awal April 2010.

Indonesia, Nancy mengungkapkan, juga masuk dalam masa transisi pola penularan HIV/AIDS. Semula melalui penggunaan jarum suntik, kini melalui hubungan seksual.

Menurut Kementerian Kesehatan, per Juni 2010 jumlah penderita HIV/AIDS mencapai 21.770 orang. Itu berasal dari 32 provinsi serta 300 kabupaten dan kota. Padahal, sepuluh tahun silam hanya sekitar 600 orang.

Bahkan menurut penyuluh HIV/AIDS, Dr Ronald Jonathan, jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh Indonesia pada 2010 bisa mencapai 93 ribu sampai 130 ribu orang.

"Prinsip fenomena gunung es yang berlaku mengatakan, jumlah penderita HIV/AIDS yang tampak hanyalah 5-10 persen dari jumlah keseluruhan," ujar Jonathan dalam seminar "Global Diseases 2nd Continuing Professional Development" di Bandar Lampung, medio November tahun lalu.

Ketua Umum Dewan Da’wah juga sangat prihatin dengan hasil survey tentang perilaku seks remaja dan anak-anak, yang dilansir BKKBN, KPAI, dan LSM Buah Hati. Hasil penyigian menunjukkan, gempuran pornografi dan pornoaksi beserta dampaknya yang sangat dahsyat sudah merambah sampai anak SD.

Ustadz Syuhada menegaskan, satu-satunya gerakan yang mampu membalikkan keadaan parah tersebut adalah da’wah.

Selanjutnya Ustadz Syuhada mengemukakan tiga kunci sukses da’wah untuk mengubah keadaan minadzulumati ilannuur.

Pertama, faktor da’i. Juru da’wah yang diperlukan adalah da’i dengan iman yang melahirkan keikhlasan, dengan ilmu yang melahirkan amal saleh, dengan akhlak yang melahirkan keteladanan, dan dengan wawasan aktual yang membangkitkan semangat.

"Itulah profil da’i yang akan mampu mengubah mad’u menjadi generasi lebih baik. Bukan da’i yang sekadar melahirkan fans atau penggemar, yang gampang bubar bila juru da’wah tak lagi disukai," kata Ustadz Syuhada.

Organisasi da’wah yang well-managed adalah faktor yang kedua. Mengutip wasiat Sayidina Ali bin Abi Thalib, Ustadz Syuhada mengingatkan bahwa kebenaran yang tidak well-managed akan dikalahkan oleh kebathilan yang well-organized.

Selain itu, organisasi da’wah juga tidak boleh kehilangan orientasi akibat terlena godaan duniawi.

Dana, diakui Ustadz Syuhada, merupakan faktor penentu berikutnya keberhasilan da’wah. Namun, beliau mengingatkan, dana da’wah haruslah tetap menjamin kemandirian da’wah, sehingga da’i dan organisasi da’wah tetap memiliki ‘izzah.

"Lebih baik kita menghimpun dana recehan dari pribadi-pribadi jamaah, ketimbang dari penguasa atau pengusaha yang membuat lidah kita kelu dalam mendakwahi mereka," Ustadz Syuhada mengingatkan. (nurbowo)

Tiga Kunci Sukses Da’wah

"Di satu sisi kita mensyukuri, sekarang ini da’wah jauh lebih bebas dibanding masa lalu. Tapi pada saat yang sama, kemaksiatan juga semakin merajalela," tutur Ustadz Syuhada Bahri, Ketua Umum Dewan Da’wah, dalam pengarahannya pada Pembukaan Rapat Kerja (Raker) LAZIS Dewan Da’wah di Gedung Menara Da’wah, Jum’at (31/12).

Raker LAZIS diikuti seluruh personil lembaga dari pusat dan perwakilan Cabang Jawa Barat serta Lampung. Turut hadir dan menjadi narasumber dalam Raker yang berlangsung hingga 1 Januari 2011 tersebut, Komisi Pengawas LAZIS Dewan Da’wah, M Nazif MBA dan DR Ahmad Sumargono.

Ustadz Syuhada mencontohkan, belasan tahun lalu terpaksa mengadakan taklim di dalam mobil ambulan yang berputar-putar di kota Makassar, demi mengelabui intaian aparat. Kini, bahkan Ustadz Syuhada pernah menyelipkan nasehat kepada Presiden RI dalam sebuah acara audiensi musabaqoh hifdzil Qur’an.

Namun, maraknya da’wah dibarengi dengan kemaksiatan yang luar biasa pula. Misalnya, Indonesia kini menjadi wilayah penularan HIV/AIDS tercepat di Asia. "Dalam dua tahun terakhir Indonesia masuk dalam area epidemis dengan perkembangan tercepat di Asia," ujar UNAIDS Country Coordinator, Nancy Fee, saat peluncuran laporan Penularan HIV pada Hubungan Pasangan Intim di Asia di Jakarta, awal April 2010.

Indonesia, Nancy mengungkapkan, juga masuk dalam masa transisi pola penularan HIV/AIDS. Semula melalui penggunaan jarum suntik, kini melalui hubungan seksual.

Menurut Kementerian Kesehatan, per Juni 2010 jumlah penderita HIV/AIDS mencapai 21.770 orang. Itu berasal dari 32 provinsi serta 300 kabupaten dan kota. Padahal, sepuluh tahun silam hanya sekitar 600 orang.

Bahkan menurut penyuluh HIV/AIDS, Dr Ronald Jonathan, jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh Indonesia pada 2010 bisa mencapai 93 ribu sampai 130 ribu orang.

"Prinsip fenomena gunung es yang berlaku mengatakan, jumlah penderita HIV/AIDS yang tampak hanyalah 5-10 persen dari jumlah keseluruhan," ujar Jonathan dalam seminar "Global Diseases 2nd Continuing Professional Development" di Bandar Lampung, medio November tahun lalu.

Ketua Umum Dewan Da’wah juga sangat prihatin dengan hasil survey tentang perilaku seks remaja dan anak-anak, yang dilansir BKKBN, KPAI, dan LSM Buah Hati. Hasil penyigian menunjukkan, gempuran pornografi dan pornoaksi beserta dampaknya yang sangat dahsyat sudah merambah sampai anak SD.

Ustadz Syuhada menegaskan, satu-satunya gerakan yang mampu membalikkan keadaan parah tersebut adalah da’wah.

Selanjutnya Ustadz Syuhada mengemukakan tiga kunci sukses da’wah untuk mengubah keadaan minadzulumati ilannuur.

Pertama, faktor da’i. Juru da’wah yang diperlukan adalah da’i dengan iman yang melahirkan keikhlasan, dengan ilmu yang melahirkan amal saleh, dengan akhlak yang melahirkan keteladanan, dan dengan wawasan aktual yang membangkitkan semangat.

"Itulah profil da’i yang akan mampu mengubah mad’u menjadi generasi lebih baik. Bukan da’i yang sekadar melahirkan fans atau penggemar, yang gampang bubar bila juru da’wah tak lagi disukai," kata Ustadz Syuhada.

Organisasi da’wah yang well-managed adalah faktor yang kedua. Mengutip wasiat Sayidina Ali bin Abi Thalib, Ustadz Syuhada mengingatkan bahwa kebenaran yang tidak well-managed akan dikalahkan oleh kebathilan yang well-organized.

Selain itu, organisasi da’wah juga tidak boleh kehilangan orientasi akibat terlena godaan duniawi.

Dana, diakui Ustadz Syuhada, merupakan faktor penentu berikutnya keberhasilan da’wah. Namun, beliau mengingatkan, dana da’wah haruslah tetap menjamin kemandirian da’wah, sehingga da’i dan organisasi da’wah tetap memiliki ‘izzah.

"Lebih baik kita menghimpun dana recehan dari pribadi-pribadi jamaah, ketimbang dari penguasa atau pengusaha yang membuat lidah kita kelu dalam mendakwahi mereka," Ustadz Syuhada mengingatkan. (nurbowo)