Tanggapan Tabloid Suara Islam (SI) Atas Keberatan Ahmad Syafii Maarif

foto: voa-islam.com

SIARAN PERS TANGGAPAN TABLOID SUARA ISLAM (SI) ATAS KEBERATAN AHMAD SYAFII MAARIF TERHADAP PEMBERITAAN SUARA ISLAM EDISI 101 TENTANG APARTEMEN RP. 2 MILYAR DARI ABURIZAL BAKRIE

Assalaarnu’alaikum wr. wb.

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb Pencipta Alam Semesta. Salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Rekan-rekan wartawan yang kami hormati, Perkenankanlah kami menyampaikan tanggapan atas keberatan Ahmad Syafii Maarif terhadap pemberitaan Suara Islam sebagai berikut:

Menurut hemat kami, Ahmad Syafii Maarif seharusnya menjelaskan dengan gamblang: Mengapa beliau, menolak dikonfirmasi (istilah wartawan Suara Islam, tabayyun) tentang, benar atau tidak telah memperoleh apartemen Rp 2 milyar dari Aburizal Bakrie?

Ada dua wartawan yang telah kami utus untuk mewawancarai Syafii Maarif, yaitu Abdul Halim dan Jaka. Halim telah mencoba menghubungi melalui sms pada tanggal 24 dan 25 September 2010, tapi tidak dijawab, justru pada sms tanggal 24 September itu dijawab orang lain yang mengaku disuruh Syafii Maarif untuk menjawab dengan initial MUL, yang menuntut Halim menarik smsnya kepada Syafii Maarif dengan "ancaman" apabila tidak dilakukan akan menghadapi upaya hukum atas dirinya. Sungguh ganjil sekali, karni sehagai wartawan cuma bertanya (tabayun) kepada Syafii Maarif: mengapa dihadapi orang lain, dengan ancaman pula?

Naluri wartawan kami menyuruh karni tidak menyerah begitu saja, bahkan rasa ingin tahu kami sernakin kuat. Setelah Halim tidak berhasil, dilanjutkan jaka selama minimal 7x (!) berusaha menghubungi Syafii Maarif baik, melalui sms maupun telepon ke HP beliau, tapi sama saja tidak dilayani juga. Kami berusaha bersabar selama dalarn rentang waktu lebili dari 2 butan untuk terns rnenghubungi Syafii Maarif, dan itu jelas menghambat kerja kewartawanan yang kami lakukan.

Lantas, apa yang salah pada Suara Islam sehingga Syafii Maarif tidak bersedia untuk melayani pertanyaan wartawan kami? Apakah karena Syafii Maarif memandang Tabloid Suara Islam hanya tabloid kecil yang dibaca terbatas kalangan tertentu saja sehingga tidak perlu diladeni? Atau apa? Kami sungguh merasa tidak dihargai, dilecehkan dan dianggap nobody oleh Syafii Maarif.

Pemuatan berita itupun kami lakukan maih dalam koridor jurnalistik yang benar. Suara Islam menyampaikannya dalam kalimat menggunakan tanda tanya (?). Selanjutnya kami menyebutkan, "menurut" sumber Suara Islam serta upaya mengkonfirmasi Syafii Maarif tapi ditolak.

Suara Islam sangat menyesalkan, sikap Syafii Maarif dan/atau kuasa hukumnya yang tidak menyinggung-nyinggung akan menggunakan HAK JAWAB sebagaimana diatur dalam UU PERS, tetapi justru siap-siap mengajukan somasi dan pengaduan ke Dewan Pers serta kemungkinan jalur hukum lainnya. Namun demikian, Suara Islam mempersilakan Buya Syafii Maarif menjalankan hak-haknya.

Kami mengikuti dengan cermat konferensi pers yang digelar Syafii Maarif di kantor kuasa hukumnya. Di situ karni rnendengar ungkapan caci maki kepada Suara Islam, , misalnya kata-kata "bodoh" dan lain-lain. juga penggunaan ancaman konfrontasi (fisik), oleh orang-orang yang duduk bersebelahan dengan Syafii Maarif dan kuasa hukumnya.

Kami tidak bisa menutupi rasa tercengang kami, bagaimana mungkin kata-kata kasar dan tidak pantas serupa itu dimunculkan dalam suatu konferensi pers oleh Syafii Maarif dan di kantor seorang lawyer senior yang selama ini mengaku memperjuangkan, yang menghargai dan merighormati kebebasan pers serta dikenal tokoh anti kekerasan?

Billaahit-taufiq wal hidayyah,
Wassalaamu’alaikum wr. wb.

Jakarta, 9 Desember 2010

Hormat Kami

M. Luthi Hakim (Wapemred SI)

Munarman (Kuasa Hukum SI)