Direktur Jenderal PendidikanIslam Kemenag RI
Prof. Dr. H. Nursyam, M.Si
Di- Jakarta
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Orde Syi’ah mulai ekspansi ke daerah-daerah di Indonesia dan menyebarkan paham sesatnya melalui buku-buku pelajaran sekolah. Ada tiga judul buku: Dosa-Dosa besar Meruntuhkan Amal Kebajikan, Kisah-Kisah Ajaib, dan Qalbun Salim, yang secara khusus diedarkan untuk anak SD dan dibagikan di sejumlah SD di Sumatera Barat, dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) APBD Sumbar tahun 2010.
Ketiga buku tersebut karangan Prof. Dasteghib, dan diterbitkan oleh Penerbit Cahaya dan Penerbit Qarina, yang beralamat JL. Siaga Darma VIII No. 32 Pejaten Timur Pasar Minggu Jakarta Selatan,12510. Penerbitan dan penyebaran buku-buku tersebut berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam No. Dj.I/375/2009.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka sebagai institusi pengawal penegakan Syari’ah Islam Majelis Mujahidin menyampaikan appeal dan protes keras terhadap penyebaran buku tersebut, dan penyimpangan pengalokasian dana untuk kepentingan penyebaran paham Syi’ah yang bertentangan dengan ajaran Islam yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad Saw. Dengan mengijinkan dan mendanai penerbitan serta penyebaran buku-buku tersebut menunjukkan bahwa:
- Dirjen Bimas Islam telah menyalahgunakan kewenangan melegalisasi ajaran sesat Syi’ah, yang oleh Depag (Kemenag) RI dinyatakan bertentangan dengan Islam dalam Surat Edaran Nomor: D/BA. 01/4865/1983, 5 Desember 1983 tentang, “Hal ihwal Mengenai Golongan Syi’ah” yang menyatakan bahwa ajaran Syi’ah tidak sesuai bahkan bertentangan dengan ajaran Islam.
- Pemerintah Daerah Solok, Sumatera Barat, telah melakukan penyelewengan Dana Anggaran Khusus (DAK) untuk pengadaan dan penyebaran buku-buku yang berisi doktrin dan paham sesat Syi’ah menggunakan APBD Kabupaten Solok tahun 2010.
- Isi buku-buku tersebut menista agama Islam untuk kepentingan paham tertentu (Syi’ah). Beberapa penyimpangan isi buku-buku tersebut antara lain:
Buku Dosa-Dosa Besar : Propaganda Aqidah Syi’ah
1) Api neraka tidak membakar syi’ah/syi’ah tidak akan masuk neraka.
“Umar bin Yazid berkata, “Saya bertanya kepada Imam Ja’far al-Shadiq as.: ‘saya mendengar Anda mengatakan bahwa semua Syi’ah Anda akan memasuki surga betapapun mereka berbuat dosa?’ Imam menjawab, ‘Demi Allah, aku benar-benar mengatakannya. Mereka semua akan masuk surga.’ Kemudian saya bertanya lagi, ‘Jiwa saya sebagai tebusan Anda, sekalipun dosa-dosa mereka begitu besar?’ Imam menjawab, ‘Kalian semua akan memasuki surga dengan syafaat Nabi saw atau para khalifahnya (imam) pada hari kiamat.” (Hal. 11).
2) Doktrin agar menjadi syiah sejati
Syi’ah Sejati, Mereka yang Mengikuti (Menaati) Para Imam:
Benar, kita dapat memberikan gelar syi’ah kepada individu-individu yang mengikuti imam dalam semua aspek karakter dan perkataan. Karena itu, Bab al-Hawaij Imam Musa al-Kazhim berkata, “Syi’ah kami hanyalah orang-orang yang mengikuti kami (dalam semua aspek), melangkah dalam jejak kaki kami, dan meniru amal-amal kami.” (Bihar al-Anwar). Yaitu orang-orang yang disebut dalam al-Qur`an sebagai Khairul Bariyyah (manusia terbaik).
Allah telah mendefinisikan orang-orang seperti itu sebagai khoirul barriyah dalam Al-Qur’an: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal soleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (al-Bayinah: 7)
Nabi saw diriwayatkan telah menerangkan bahwa khoirul bariyyah merujuk kepada Syi’ah (pengikut) Ali: “Wahai Ali, khoirul barriyah artinya engkau dan syi’ah-syi’ah-mu. Pada hari kiamat, mereka akan ridha dengan apa yang Allah limpahkan kepada mereka, dan mereka pun akan diridhai oleh Allah.” (Tafsir al-Thobarsi manaqib khwarazmi, Ibnu Hajar) (hal. 18-19)
3) Yang beriman dengan wilayah/ imamah dijamin selamat.
Tak diragukan bahwa orang yang memiliki wilayah (menjadikan pemimpin, mencintai) Ahlulbait berhak mendapatkan keselamatan. Sesungguhnya, dia akan bersama para nabi as dan imam maksum.
Imam al-Ridha berkata, “Allah akan menghimpun syi’ah-syi’ah kami pada hari pengadilan dalam suatu kondisi sedemikian rupa sehingga wajah-wajah mereka kemilau dengan cahaya. Argumen-argumennya menjadi nyata dan hujjahnya jelas dihaapan Allah. Adalah wajib bagi Allah untuk menhimpunkan syi’ah-syi’ah kami dengan para nabi, para syahid, dan orang-orang yang benar, pada hari keputusan. Orang-orang ini adalah sebaik-baik pengikut.” (Bihar al-Anwar)
Pengertian Wilayah: Sehubungan dengan pengertian kata ‘wilayah’, termaktub dalam kitab Majma al-Bahrayan: “Wilayah adalah kecintaan kepada Ahlulbait. Konsekuensi alamiah dari kecintaan itu adalah mengikuti mereka dalam masalah-masalah keagamaan, memenuhi kewajiban-kewajiban yang disematkan kepada kita, dan menjauhi hal-hal yang dilarang. Wilayah adalah melangkah di atas jejak-jejak kaki Ahlulbait, mengikuti cara-cara mereka dalam perbuatan, perilaku, dan perkaatan.”
Wilayah Ali bin Abi Thalib adalah benteng-Ku. Maka barang siapa yang memasuki benteng-Ku, dia aman dari murka-KU.” (‘Uyun al-Akhbar Ridha)
Tak syak Lgi, memasuki wilayah Ahlulbait yang maksum berarti berlindung kepada Ahlulbait, menjauhi semua perbuatan haram, dan menjauhi musuh-musuh mereka. Kata tahassum bermakna “berlindung pada benteng yang kokoh”, dan ini juga berarti bahwa perlindungan ini bukan hanya fisik saja, namun juga dalam bentuk ruhani. Karena itu, ia merupakan perintah untuk berlindung kepada pribadi-pribadi agung ini dan mengikuti teladan-teladan mulia mereka dalam semua sisi, baik ucapan dan perbuatan.
Ringkasnya, orang yang mengikuti mereka sesungguhnya telah berlindung pada benteng mereka. (hal. 20-21)
4) Cinta ahlussunnah kepada ahlulbait tidak sah sebab tidak ikut ahlulbait
Setelah menguraikan sifat-sifat Syi’ah, Imam Muhammad al-Baqir berkata, “Wahai Jabir, apakah cukup bagi seseorang dengan mengatakan “saya mencintai Ali dan saya telah mencapai wilayah-nya’, sementara dia tidak beramal dengannya?”
“Jika seseorang berkata, “sesungguhnya aku mencintai Nabi saw karena dia lebih utama daripada Ali dan aku adalah syi’ah Muhammad”, tetapi dengan klaim ini dia tidak mengikuti Ahlulbait yng justru diperintahkan oleh Nabi saw untuk diikuti, maka kecintaan itu tidak ada manfaatnya. Yang mengherankan, bahkan setelah mengaku mencintai Nabi saw mereka tidak mengikuti Ahlulbaitnya. Sungguh, semata-mata mengklaim cinta tidaklah cukup.” (hal. 21-22)
5) Mengajarkan syirik, yaitu menyandarkan hajat dan pertolongan kepada imam yang sudah wafat, bukan kepada Allah.
Jika cintanya semakin menguat, maka syafaat pun akan cepat tibanya. Bahkan sakaratul maut yang menyakitkan akan berubah menyejukkan dengan pertolongan Ahlulbait.
Alkisah, terdapat seorang penyair bernama Sayyid Himyari yang wafat pada 173 H. Dia seorang pengikut setia Imam Ali dan telah mengubah sebuah kasidah untuk setiapm pribadi agung ini. Setiap kali terdapat majelis peringatan Ahlulbait, dia selalu mengutip salah satu diantara syair-syairnya. Berbagai kitab Syi’ah dan Sunnah, seperti al-Ghadir (jilid III), Aghani, Manaqib Sarwari, Kasyf al-Ghummah, ‘Amali-nya Syaikh Shadiq, Basyarat al-Mushthafa. Dan Rijal-nya Kasyi menyebut-nyebut namanya. Berikut adalah gambaran umum dari peristiwa yang menakjubkan menjelang wafatnya.
Sayyid Himyari adalah seseorang yang tampan dan jujur. Di saat wafatnya, beliau dikelilingi oleh banyak orang. Di antaranya mereka pun terdapat orang-orang yang menentang Syi’ah. Saat itu, kondisi Sayyid memburuk. Tiba-tiba, sebuah titik hiyan mengenai mukanya. Akhirnya, wajah itu pun berubah menjadi hitam. Para penentang Syi’ah merasa senag menyaksikan penderitaannya. Rasa sakit menyebabkan Sayyid Himyari kehilangan kesadarannya.
Ketika siuman, beliau mengarahkan wajahnya ke Najaf al-Asraf seraya berkata, “Wahai Amirul Mukminin Ali, wahai tumpu harapan orang-orang yang tidak punya harapan. Mungkinkan engkau berhubungan dengan pecint-pecintamu dengan cara seperti ini?”
Beliau mengulang ungkapan ini hingga tiga kali atau lebih. Tak lama setelah menyelesaikan ungkapan permintaannya, seberkas cahaya putih tampak di wajahnya. Kemudian, itu menyebar ke seluruh raut wajahnya. Akhirnya, wajah itu pun kembali bercahaya bak bulan purnama. Sayyid Himyari di penuhi kegembiraan dan membaca syair berikut ini secara sepontan:
Meraka berdusta dengan mengatakan Ali tidak dapat menyelamatkan para penikutnya dari kesulitan. Aku bersumpah kepada Penciptaku aku akan memasuki surga dengan dosa-dosa diampuni. Aku sampaikan berita gembira ini kepada mereka yang mencintai Ali sampai mati dan sepeninggalnya, berpeganglah pada sebelas Imam keturunannya.
Usai membacakan syair ini, dia bersaksi akan keesaan Allah, kenabian Nabi Muhammad saw, dan wilayah Amirul Mukminin Ali. Lantas, beliau menutup mata dan meninggalkan dunia yang fana ini. (hal. 26)
6) Mewajibkan rujuk secara mutlak kepada ahlulbait, bukan kepada al-Quran dan Sunnah.
Dapat disebutkan di sini bahwa topik lain yang juga dibahas secara ringkas dalam al-Qur’an tetapi dipaparkan oleh Nabi saw dan para imam adalah menyangkut otoritas mutlak Ahlulbait sebagai khalifah-khalifah Allah di muka bumi dalam mengajarkan dan mendemonstrasikan hukum-hukum mengenai haq dan batil kepada manusia.
Allah Swt berfirman: “Dan kami turunkan kepadamu al-Qur’an agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (al-Nahal: 44)
Allah mewajibkan kepada manusia untuk merujuk pada Ahlulbait. Dia memerintahkan di dalam al-Qur’an seperti berikut: Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan (ahli dzikir) jika kamu mengetahui. (al-Nahal: 43). (hal. 43)
Buku “Qolbun Salim” :
- Kafir jika mengingkari Wilayah (Kepemimpinan imam Syi’ah), halaman 20 alinea 1, “Begitu pula, setiap kali hati dikuasai oleh gelapnya kekafiran dan kesyirikan kepada Allah, keadaan itu akan membentuk cabang-cabang diantaranya, pengingkaran atas kenabian dan wilayah (kepemimpinan),…”
- 2. Umat Islam yang tidak ikut Syi’ah terjangkit penyakit hati. Hal 27.
Imam dua belas adalah Amirul Mukminin (Imam Ali), al-Hasan, al-Husain, Ali, Muhammad, Ja’far, Musa, Ali, Muhammad, Ali, al-Hasan, dan al-Mahdi (ajjalallahu farajahusysyarif, semoga Allah mempercepat kemunculannya, – peny). Namun orang-orang yang terserang penyakit iri hati dan mencintai kepemimpinan zalim Bani Umayyah dan Bani Abbasiyyah, mengingkari keimamahan mereka.
Apabila Pemerintah tidak mengambil tindakan tegas, berarti Pemerintah telah mengembangkan doktrin sesat syiah kepada generasi muda Islam. Hal ini pasti akan memicu konflik komunal, sosial, juga ideologis.
Demikian surat terbuka ini kami kirimkan agar menjadi perhatian pemerintah, khususnya Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag.
Yogyakarta, 1 Februari 2013
Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin
Irfan S Awwas M. Shabbarin Syakur
Ketua Sekjen
Menyetujui Amir Majelis Mujahidin
Ustadz Drs. Muhammad Thalib