Sastra dakwah di Indonesia diyakini akan semakin semarak dalam tahun-tahun mendatang seiring dengan bermunculannya novel-novel ‘pemikiran’ dari tokoh Islam yang diracik dengan halus oleh para penulis. Sebut saja, “Sang Pencerah” yang berkisah tentang sepak terjang Kyai Ahmad Dahlan. Belakangan, novel itu bahkan bermetamorfosis menjadi film sehingga lebih banyak orang yang menikmatinya. Menyusul “Sang Pencerah”, M. Irfan Hidayatullah, atau akrab disapa Kang Irfan, membuat gebrakan dengan novel terbarunya, “Sang Pemusar Gelombang”, yang mengangkat pemikiran Syaikh Hasan al-Banna, pendiri Ikhwanul Muslimin di Mesir. Dengan konsep memadupadankan pemikiran Hasan al-Banna dengan kondisi dakwah di Indonesia, Irfan dianggap sukses merajut benang di antara keduanya. Apalagi, novel yang dikerjakan kurang dari setahun ini mengambil setting kampus dan mahasiswa yang notabene refleksi dari realita yang ada di masyarakat, tentunya dengan lebih banyak diskusi dan perdebatan tentang pemikiran yang dianut. Tak heran, di dalam novel ini, pembaca akan menjumpai nama-nama tokoh Marxisme dan Sosialis seperti Lenin, Leo Tolstoy, Pramoedya Ananta Toer, dll selain nama-nama tokoh Ikhwanul Muslimin, tentu saja. Awal Ramadhan lalu, novel “Sang Pemusar Gelombang” setebal 520 halaman resmi diluncurkan. Bertempat di Gramedia Matraman, Penerbit Salamadani sebagai penggagas acara tersebut turut mengundang M. Irfan Hidayatullah (penulis novel Sang Pemusar Gelombang), Anis Matta (Wakil Ketua DPR RI), Mustafa Kamal (aktivis dakwah dan anggota DPR F-PKS), serta Ahmad Fuadi (penulis novel best seller Negeri Lima Menara dan Ranah Tiga Warna). Dimulai dengan video trailer novel “Sang Pemusar Gelombang”, acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan teater dari mini teater FLP Ciputat serta grup nasyid Mupla. Ratusan peserta juga memadati ruang aula lantai dua Gramedia Matraman sebagai bukti antusiasme masyarakat untuk menggali proses kreatif novel ini. Menurut Kang Irfan, novel pemikiran ini merupakan cita-citanya yang terpendam. Setelah banyak menulis buku tentang remaja dan keluarga, Kang Irfan memimpikan untuk menulis novel yang berdasarkan sejarah hidup tokoh Islam tapi sangat bernuansa keindonesiaan. “Maka, hadirlah novel ini dengan harapan dapat memicu para penulis lain untuk membuat karya serupa sehingga khasanah novel pemikiran dan novel dakwah semakin bertambah,” ujar Irfan. Novel Sang Pemusar Gelombang terbilang istimewa karena belum pernah ada novel yang menjadikan figur Syaikh Hasan al-Banna sebagai pesan utama yang hendak diketengahkan kepada pembaca Indonesia. Sebelumnya, seorang penulis Mesir, Najib Kailani, pernah membuat novel tentang Syaikh Hasan al-Banna pada tahun 1960-an. Setelah sukses di Jakarta, rencananya novel Sang Pemusar Gelombang juga akan diluncurkan di Bandung, Yogyakarta, dan Padang. (ind)