Safari Duta Qur’an ke Hongkong

"So, is it easy or hard to memorize Qur’an?" tanya Rere.

"Haaard," jawab serempak hampir semua murid Weekend School Masjid Ammar Wan Chai, Hongkong.

Rere tersenyum sambil menggeleng. "No, it’s easy," kata santri kelas VIII SMP Daarul Qur’an Internasional Bandung yang sudah menghafal 9 juz Qur’an. Gadis 14 tahun bernama lengkap Rekha Nur Alisha itu kemudian memberikan tips One Day One Ayat untuk menghafal Kitab Suci.

Dialog tersebut berlangsung saat Duta Qur’an Internasional PPPA Daqu menyambangi Weekend School Masjid Ammar, Sabtu (28/5) siang.

Duta Qur’an Internasional, jelas Direktur Eksekutif PPPA Daqu Tarmizi, adalah santri Penghafal Qur’an yang terpilih dan terlatih untuk memasyarakatkan Al Qur’an di mancanegara. Di antaranya ke Singapura, Taiwan, dan Hongkong.

Safari ke Hongkong berlangsung pada 25-30 Mei 2011. Dalam muhibah ini, Rere ditemani Muhammad Habib Anggawie (12) atau Habib, siswa kelas VI Ponpes I"daad Daqu Ketapang, Tangerang, yang sudah hafal 12 juz Qur’an. Keduanya didampingi Tarmizi dan Sekretaris Yayasan Daarul Qur’an Nusantara, Ustadz Hendy Irawan Saleh.

"Kami ke sini bekerjasama dengan DD Hongkong membawa Duta Qur’an yang insya Allah akan menunjukkan bahwa menghafal Al Qur’an itu sebenarnya bukan perkara yang terlalu sulit. Dengan metode satu hari satu ayat, kita sudah membuktikannya," terang Ustadz Hendy.

Salah satu yang menjamu kedua santri adalah Weekend School Masjid Ammar, Wan Chai.

Sesuai namanya, Weekend School Masjid Ammar hanya berlangsung Sabtu-Ahad. Ini semacam sekolah tambahan bagi anak muslim tingkat SD (primary) dan SMP (secondary). Puluhan muridnya adalah keturunan keluarga dari Malaysia, Aljazair, Inggris, Pakistan, Mesir, dan Hongkong.

Rere dan Habib, surprised menghadapi sambutan tuan rumah yang aktif dan dinamis. Pertanyaan dan celetukan polos sebaya berbagai suku bangsa berjumpalitan mengundang senyum dan tawa. Misalnya Norma, siswa SD kelas 3, yang bertanya makan apakah gerangan Rere dan Habib sehingga mampu menghafal Qur’an.

Tak cukup sekali Habib didaulat melantunkan hafalan Qur’an. "Please once more," pinta Asma Farooq, Kepsek Weekend School Masjid Ammar, setelah terkesima mendengar lantunan Surat Ar Rahman yang dibawakan Habib. Habib lalu melantunkan Surat Al Waqiah. Dan Asma pun merah matanya menahan tangis haru mendengar alunan suara emas Habib.

Sebelumnya, Rombongan PPPA Daqu memenuhi undangan Islamic Kasim Tuet Memorial College (IKTMC), Chaiwan, Kamis (26/5) sore. Ini adalah sekolah Islam terbesar dari beberapa sekolah Islam di Hongkong, yang dipimpin Mr Yusuf Yu.

"By One Day One Ayat methode, it’s not difficult for all to memorize Qur’an," seru Ustadz Hendy di hadapan ratusan siswa SMP dan SMA IKTMC. Ia kemudian mengajak anak-anak menghafal 4 ayat pertama sebuah surat pendek. Ternyata dalam waktu singkat, anak-anak sudah menghafalnya. "So we can memorize Al Qur’an easily!" tandas Ustadz.

Ustadz lalu menampilkan kedua santrinya, Rere dan Habib, untuk melantunkan ayat-ayat hafalannya.

Applaus panjang menyambut akhir penampilan Ustadz Hendy beserta kedua santri. "Subhanallah, very nice," kata seorang guru berkebangsaan Pakistan. Beberapa siswi kelas 1 dan 2 langsung mengerubuti Rere. Mereka berkenalan dan saling tukar nomor ponsel. Salah satunya adalah Laura, siswi kelas 3 yang ternyata berasal dari Bogor, Jawa Barat, Indonesia.

KJRI dan sejumlah komunitas halaqoh (pengajian) PMI (Pekerja Migran Indonesia), juga mengundang Rere dan Habib.

"Luar biasa," ucap Bambang Istiyono sambil menepuk pundak Habib usai tampil di Mushola Al Falah KJRI Hongkong, Jum’at (27/5). "Butuh berapa lama untuk bisa menghafal 12 juz Qur’an itu, Habib?" lanjut General Manager BRI Hongkong itu dengan penuh kekaguman.

Polos, Habib menjawab, "Saya belajar Qur’an di Bali sejak usia 7 tahun dibimbing Ustadz Ahmad Khudori. Lalu menghafal Qur’an di Daarul Qur’an Ketapang Tangerang." Dalam sehari, imbuh Habib, ia menghafal 2 halaman mushaf. Shalat Hajat Hifdzhil Qur’an jadi benteng yang mencegahnya lupa pada hafalan.

Ahad (29/5) menjadi hari terakhir sekaligus paling melelahkan di Hongkong bagi Rere dan Habib. Dimulai tampil di forum halaqoh PMI di Dance Café, yang diramaikan 400-an pekerja. Lalu bersama rombongan Majelis Taklim Al Falah KJRI mengunjungi Masjid Cape Collison Chaiwan, Masjid Tsim Tsat Shui Kowloon, dan Masjid Ammar Wanchai.

Paling berat mencapai Masjid Chaiwan. Rombongan harus berjalan kaki mendaki bukit dan ratusan undakan sebelum tiba di masjid yang bertengger di atas bukit.

Ahad sorenya, usai melantunkan Ar Rahman dan Al Waqiah di forum halaqoh yang diikuti ratusan pekerja migran Indonesia di Masjid Ammar Wanchai, Habib tiba-tiba dipeluk dan diciumi seorang pekerja sambil menyelipkan selembar uang ke tangannya. Jumlahnya 100 dolar Hongkong alias Rp 100 ribu.

"Mudah-mudahan Mbak dapat berkahnya dari hafalanmu ya Nak," kata pekerja itu penuh haru.

Tak hanya dia yang meneteskan airmata menyimak suara emas Habib. Hampir semuanya menangis, termasuk ibu-ibu dari Majelis Taklim Mushola Al Falah KJRI Hongkong. Bahkan seorang pekerja migran sampai entrance hingga pingsan. "Dia kebetulan sedang banyak masalah, jadi sangat terharu mendengar hafalan Qur’an Habib," terang seorang kawannya. (nurbowo)