Ciawi-Bogor, Ahad 21 Februari 2010. Pada momen Rabi’ul Awwal 1431 H ini, saat umat Islam Indonesia kebanyakan memperingati Maulud Rasulullah saw, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Ciawi Kabupaten Bogor menyelenggarakan Dauroh Mubalighoh kedua. Bertempat di Majelis Ta’lim Al-Istiqomah Caringin, acara ini bertajuk “Muslimah Sejati Pejuang Islam Kaffah”. Acara ini juga merupakan kelanjutan dari dauroh sebelumnya yang diselenggarakan 30 Januari lalu di Aula Desa Banjarsari Ciawi.
Acara ini terdiri dari dua sesi utama diselingi sesi tanya jawab dan penayangan film, berlangsung dari pukul 08.45 hingga 11.45. Pemaparan materi disampaikan oleh Mia Nurhasanah, S.Si dari MHTI Ciawi.
Pada sesi pertama, 12 orang peserta yang merupakan para mubalighah di wilayah Ciawi-Caringin Bogor, diajak untuk memaknai kembali arti muslimah sejati, merenungi kondisi umat Islam saat ini, dan mengingatkan posisi penting seorang muslimah dalam umat. Dalam hal ini, ditegaskan bahwa muslimah sejati adalah muslimah yang taat kepada aturan Allah SWT (syariat Islam) sekaligus peka terhadap keadaan umat. Lebih lanjut, dipaparkan sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam QS. Ali ‘Imran (2): 110 bahwa umat Islam adalah umat terbaik yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, serta beriman kepada Allah. Pada kenyataannya, umat Islam saat ini malah berada dalam kondisi yang berkebalikan dari umat terbaik itu. Kondisi tersebut tidak lain diakibatkan umat Islam jauh dari Islam. Di sinilah pentingnya menyadarkan dan mengajak umat untuk kembali kepada aturan Allah. Muslimah sebagai bagian dari umat Islam itu sendiri tentu saja memiliki peran sangat penting.
Pada sesi kedua, pembicara memaparkan urgensi Khilafah Islamiyah. Kondisi umat Islam yang terpuruk saat ini juga akibat tidak adanya kesatuan kepemimpinan yang dapat menjamin aturan-aturan Allah SWT diterapkan secara menyeluruh (kaffah), sementara jelas sekali bahwa di dalam aturan Allah terdapat kemaslahatan. Di samping itu, merupakan keniscayaan bahwa kesejahteraan tercapai manakala aturan Allah itu diterapkan. Ditegaskan pula bahwa berdirinya Khilafah Islamiyah adalah janji dari Allah SWT. Tentunya menjadi sebuah keutamaan, bahkan kewajiban bagi umat Islam untuk berusaha meraihnya.
Dua film ditayangkan sebagai selingan. Film pertama menggambarkan upaya Sultan Muhammad Al-Fatih dalam menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453. Hikmah film ini, yakin dan istiqamah adalah kunci keberhasilan Sultan Muhammad Al-Fatih. Demikian pula seharusnya umat Islam memandang upaya penegakan khilafah, bukan sebagai sesuatu yang mustahil karena hal itu telah menjadi janji pasti dari Allah SWT.
Film kedua melengkapi pemaparan materi sesi kedua. Dalam tayangan film digambarkan kondisi umat Islam dalam naungan Khilafah Islamiyah. Film-film yang ditayangkan sebagai selingan ternyata menambah ghirah keislaman para peserta. Hal ini tampak dari komentar-komentar spontan peserta saat film ditayangkan dan saat sesi tanya jawab.
Pada saat sesi tanya jawab, salah seorang peserta, Ustadzah Neni, menyampaikan curahan hatinya (curhat) betapa perjuangan menegakkan syariat Islam itu memang bukan sesuatu yang mudah. Beliau menceritakan pengalamannya dalam memahamkan keluarganya mengenai Islam. Ternyata dibutuhkan waktu belasan tahun karena ia melakukannya sendirian. Bila dibandingkan dengan cakupan yang lebih luas, tentu saja akan butuh waktu lebih lama lagi. Oleh karena itu, yang diperlukan adalah melakukan perjuangan bersama-sama, bukan berjuang sendirian. Manakala semua bagian dalam umat Isam bersama-sama berjuang menerapkan syariat Allah, maka kehidupan sejahtera sekaligus predikat sebagai umat terbaik itu akan diraih kembali tidak lama lagi.
Endah Nur Rahmi
Asrama Putri Dramaga IPB Jl. Rasamala No. 2 Bogor 16680