Kamis, 20 Agustus 2009 lalu Telkom bekerja sama dengan Eramuslim dan Jakarta Islamic Centre mengadakan kegiatan Pelatihan Internet untuk Ibu-ibu Majelis Taklim yang bernaung di Jakarta Islamic Centre (JIC). Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 30 peserta yang memadati ruangan DKM di lantai dua Masjid JIC. Agar peserta merasa nyaman, panitia membagi dua sesi, yaitu pukul 10.00—11.00 untuk rombongan pertama, dan pukul 11.00—12.00 untuk rombongan kedua.
Untuk kemudahan dalam penyampaian materi, masing-masing peserta difasilitasi dengan laptop. Pemberian materi meliputi pengertian tentang internet, modem, dan kelengkapannya, hingga bagaimana membuat email dan mencari informasi lewat search engine. Peserta juga diperkenalkan dengan salah satu produk Telkom yang menjadikan kegiatan berinternet lebih mudah, yaitu Flexi dan Speedy. Tak lupa pula, peserta diarahkan untuk membuka situs-situs yang bermanfaat dan menambah wawasan, seperti eramuslim.com.
Pelatihan yang juga dihadiri oleh pemred eramuslim.com, Ustadz Mashadi, ini berjalan lancar dan memberi manfaat bagi peserta. Seperti yang dituturkan oleh Hj. Suhaety, anggota Majelis Taklim Baitur Rahmah, mengatakan bahwa, “Walaupun banyak kesulitan, seperti Bahasa Inggris, tapi pelatihannya bagus dan bermanfaat. Kan tidak ada kata telat untuk belajar. Dengan pelatihan ini, setidaknya, ibu-ibu bisa memantau anak-anak kalau sedang main internet. Kalau bisa, kegiatan ini rutin diadakan.”
Kegiatan yang bertema “Mengenal Dunia dan Akhirat Lebih Dekat dengan Speedy” ini juga bertabur doorprize. Antusiasme ibu-ibu terlihat ketika sesi praktek membuat e-mail dan juga saat doorprize.
Acara ini terselenggara atas kerja sama Eramuslim, Telkom Jakarta Utara, dan Jakarta Islamic Centre dan didukung oleh Permata’s jilbab.
Sekilas tentang Jakarta Islamic Centre
Keberadaan Jakarta Islamic Centre tentunya harus dapat memberi manfaat bagi masyarakat di sekitarnya, terutama di wilayah utara Jakarta. Tak hanya akan meninggalkan kemegahan bangunan terbesar setara masjid Istiqlal, tetapi manfaat keberadaannya juga harus dapat dirasakan oleh masyarakat yang bertempat di Jakarta Utara.
Jika menilik sejarah kelam sebelum JIC berdiri, banyak orang bergidik. Malu dan mencibir. Tantangan inilah yang dihadapi pengurus JIC untuk menciptakan new image bagi daerah tersebut.
“Alhamdulillah, JIC dapat memberikan nilai positif bagi masyarakat. Dulu kalau orang ditanya, ‘rumahnya di mana? Lalu dijawab, ‘Kramat Tunggak’ dengan rasa malu, tapi kini sebaliknya, dengan bangga menjawab, ‘di dekat Islamic Centre’, jelas Hani, Humas JIC.
Terdapat lima majelis taklim yang tergabung di JIC, yaitu Majelis Zikir, Bina Rohani, Ikatan Pengurus Haji Indonesia, Persaudaraan Muslimah, dan Bina Muslimah. Kelima majelis taklim tersebut digabungkan dalam satu wadah, yaitu majelis taklim JIC pada tanggal 21 Februari 2009.
Kegiatan Majelis Taklim JIC tak hanya bersifat akhirat, hal-hal duniawi juga diperhatikan, misalnya dalam hal pemberdayaan ekonomi. Selain itu, adapula kajian rutin harian dan bulanan. Menjelang Ramadhan, Majelis Taklim JIC juga mengadakan bimbingan baca quran secara intensif. Tak kurang dari dua ratus ibu-ibu yang telah terhimpun dalam majelis taklim tersebut. Jumlah itu pula yang akan menyemarakkan ajang bazaar dan wisata kuliner yang akan digelar pada awal Ramadhan tahun ini.
JIC telah kedatangan beberapa ustadz kondang, seperti Ustadz Wahfiudin, Ustadz Subky al-Bughury, dan juga Hj. Khofifah Indar Parawansa. Untuk mewadahi partisipasi masyarakat dari berbagai usia, JIC juga menggelar tarhib Ramadhan yang diisi dengan seminar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bertemakan Parenting dan juga karnaval. JIC juga mengadakan jambore untuk para mahasiswa dan Wisata Peradaban bagi remaja (usia SMP dan SMA). Selain itu, masyarakat umum juga dapat siraman rohani dengan kegiatan Obrolan Hikmah Ramadhan yang akan digelar selama Ramadhan.
Meski terus bergeliat, JIC tak luput dari kekurangan. Megahnya bangunan dan ruangan yang harus dimaksimalkan terus memecut para pengurus JIC untuk bekerja optimal, apalagi ketika JIC sudah mulai dapat mewarnai lingkungan sekitarnya secara positif.
“JIC menjadi sesuatu yang berharga bagi masyarakat sekitar dan masyarakat sekitar pun menjadi lebih religius, terlihat dari kegiatan ekonomi, misalnya. Dulu di sekitar sini banyak yang menjual minuman keras, sekarang berjualan kopiah dan busana muslim”, jelas Hani.
Tak hanya sampai di situ, JIC juga menginspirasi tempat-tempat lain di Indonesia yang menjadi tempat lokalisasi prostitusi, misalnya di Bandung dan Jateng yang hingga sekarang belum ditutup. “Dari masyarakat, ulama, dan utamanya pemerintah harus mendukung dan momennya harus tepat”, tutur Hani.
(Indah)