"Kitalah yang butuh berderma, karena orang dermawan setiap pagi didoakan malaikat agar kaya. Sebaliknya, orang yang bakhil didoakan malaikat agar bangkrut!"
Ratusan jamaah Masjid An Nuur Kampung Melayu, Subang, Selangor Darul Ehsan, Malaysia, tertegun menyimak kalimat Ustadz Jel Fathullah tersebut. Bahkan sebagian tampak meneteskan airmata menyimak tadzkirah Ustadz Jel yang memeras hati dan iman.
Namun, tidak demikian dengan Ci Yusuf. Aktivis GPM (Global Peace Mission) Malaysia ini merekam gambar Ustadz Jel sambil mengulum senyum.
"Butuh itu dalam Bahasa Malaysia artinya kemaluan," usai Jumatan Yusuf membuka rahasia kenapa dia tadi tersenyum simpul. "Hah, astaghfirullaaah…," Ustadz Jel pun terperanjat, sebelum kemudian tertawa.
Peristiwa yang terjadi pada Jum’at, 29 April lalu, itu mewarnai Safari Dakwah Komite Dakwah Mentawai (Kodam) Indonesia ke Malaysia. Safari berlangsung sejak 19 April hingga 7 Mei 2011. Diikuti 24 da’i dan aktivis kemanusiaan dari berbagai ormas Islam di Tanah Air, termasuk Ustadz Jel Fathullah yang anggota Komisi Fatwa MUI Sumatera Barat.
Azlan Mohd Shariff, Direktur Relief Operations GPM, menjelaskan, safari merupakan kelanjutan kerjasama kemanusiaan di Mentawai pada awal April sebelumnya. Saat itu, bersama Kodam serta Konsorsium LAZ Jakarta (Al Azhar Peduli Ummat, PPPA Daarul Qur’an, LAZIS Dewan Da’wah, LPM Dompet Dhuafa), GPM mengunjungi Mentawai selama sepekan dengan sejumlah program kemanusiaan.
"Kita harus serius berdakwah di Mentawai disertai pemenuhan kebutuhan hidup mereka terutama pendidikan," tandas Ci Azlan yang berprofesi sebagai direktur sekolah penerbangan helikopter di Malaysia.
Para da’i Indonesia tersebut dikirim ke Selangor, Kedah, dan Penang serta Negeri Sembilan. Mereka mengisi pengajian, kuliah subuh, taklim maghrib, dan tadzkirah Jum’at di masjid, surau, serta kolej dan pertemuan komunitas.
Materi pokok dakwah adalah kewajiban untuk turut memikirkan nasib atau urusan kaum muslimin. Termasuk warga muslim minoritas di Mentawai.
Para da’i didampingi Nurbowo, Koordinator Lapangan Konsorsium LAZ Jakarta, yang mempresentasikan peta dakwah di Kepulauan Mentawai dengan film dan slideshow.
Banyak peristiwa lucu terjadi karena perbedaan bahasa da’i dan audiens. Misanya kata awak yang maknanya berkebalikan menurut Bahasa Padang dan Malaysia. Pun kata bisa dan boleh, yang maknanya terbalik-balik menurut Bahasa Indonesia dan Malaysia.
Ustadz Jel yang didaulat menjadi khatib Jum’at di Masjid An Nuur Kampung Melayu, mengaku baru kali ini grogi jadi khatib. "Seumur-umur jadi khatib baru kali ini saya deg-degan, takut salah, keringatan," kata alumnus Universitas Al Azhar Kairo ini sambil terkekeh.
Dia kira, prosesi Jumatan di Kampung Melayu Selangor sama saja dengan di Kampung Melayu Jakarta. Ternyata berbeda, sehingga di awal prosesi Ustadz Jel sempat berpikir dia tak jadi naik mimbar.
Takut melanggar norma setempat, Ustadz Jel berkhutbah membaca teks yang diterimanya dari panitia. Ternyata teks khutbah campuran Bahasa Arab dan Bahasa Arab Jawi, yang sempat membuatnya keseleo lidah. Dan yang paling teruk (parah) baginya adalah kewajiban membaca doa di khutbah kedua, yang juga berisi do’a bagi Sultan dan putranya.
"Teruk nian, teruk nian. Kalau di Indonesia khutbah begini, bisa bubar jamaahnya dan saya disemprit kawan-kawan," seusai Jumatan Ustadz Jel menertawakan dirinya sendiri.
Alhamdulillah, secara umum sambutan masjid dan jamaah sangat baik. Petugas kolektor GPM dapat menghimpun derma untuk Mentawai senilai ratusan hingga ribuan ringgit Malaysia setiap pengajian. Sebagian sumbangan berupa mata uang rupiah dari jamaah asal Indonesia.
Selain itu, beberapa nazir masjid juga memberikan komitmen untuk membantu secara rutin. Misalnya berupa beasiswa yatim-mualaf dan mukafa’ah da’i Mentawai. Ada juga yayasan masjid yang bersedia menghimpun dana untuk membangun surau yang diperlukan di Mentawai.
Sambutan serupa juga diberikan Kuasa Majlis Agama Islam Selangor, yang memfasilitasi upaya penggalangan dana melalui masjid-masjid dan surau yang di bawah pengawasannya.
Dana bantuan selanjutnya akan dikelola GPM bersama Kodam dan Konsorsium LAZ untuk didayagunakan di Mentawai.
"Insya Allah, kegiatan seacam ini akan kita jadikan agenda rutin, untuk menggalang dana kemanusiaan bagi kaum muslimin Indonesia, Gaza, maupun di belahan dunia lainnya," ujar H Mohd Asri, CEO Global Peace Mission. (bowo)