Laporan Kegiatan Qurban LAZIS Dewan Dakwah 1430 H di Maluku

Waktu Kegiatan :
Tanggal 25 sd 30 Nopember 2009

Lokasi Kegiatan :
Pulau Ambon dan Pulau Seram Bagian Timur

Tujuan Kegiatan :

  1. Menyampaikan amanah Qurban hingga kepedalaman Indonesia
  2. Mengadakan liputan dan pengambilan gambar pelaksanaan Qurban
  3. Mendapatkan informasi dan masukan tentang kondisi faktual di lapangan yang menjadi tantangan da’wah pedalaman.
  4. Menggali potensi sosio ekonomi komunitas muallaf bagi pengembangan tingkat kehidupan ke taraf yang lebih baik.

Ringkasan Perjalanan :

Berangkat dari Jakarta Rabu dini hari 25/11/09 pukul 00.50 WIB dan tiba di Airport Ambon pukul 06.50 WITA, lalu melanjutkan perjalanan dengan taksi bandara menuju pesantren Al-Anshor di Air Besar (sekitar 40 KM dari bandara arah ke kota).
Kegiatan dilanjutkan pukul 09.00 dengan training Strategi Penggalangan Dana dan Jurnalistik Dasar bagi Da’i, sekitar 30 peserta hadir dari berbagai kalangan, al. Pengurus dan da’i Dewan Da’wah Maluku, para guru dan pengelola lembaga sosial serta para mahasiswa STAIN dan IAIN.

Training berakhir pukul 15.00 WITA dan tim meneruskan perjalanan menuju pelabuhan penyebrangan di Tulehu (sekitar 20 KM dari kota Ambon) dan dengan kapal ferry tim menyebrang ke pelabuhan Way Pirit (perjalanan laut sekitar 5 jam), sekitar pukul 20.00 WITA tiba dan dilanjutkan dengan naik kendaraan umum menuju Masohi yang berjarak 100 KM dari pelabuhan Way Pirit. Di Masohi (Maluku Tengah) kami dijemput oleh mobil rental (jenis Toyota Rush) dan melanjutkan perjalanan selama belasan jam lagi.

Alhamdulillah kami tiba dengan selamat di Kecamatan Bula Kabupaten Seram Timur sekitar pukul 08.00 WITA pagi, mobil sempat mengalami pecah ban selama perjalanan malam tersebut.

Setelah bersih diri dan istirahat sejenak dikediaman keluarga ust. Abu Imam tim melanjutkan perjalanan ke Desa Solan Kec. Bula yang berjarak kurang lebih 40 KM dari kota Kecamatan, jalanan cukup besar tetapi belum diaspal hanya jalan “sirtu”. Sepanjang jalan didapati pengeboran minyak bumi milik asing dan terdapat rumah-rumah pelacuran yang menjadi tempat hiburan bagi para pekerja.

Menjelang waktu ashar tim tiba di perkampungan Desa Solan, penduduk ada di tiga dusun yang kesemuanya muallaf sejak tahun 2001 (mereka masuk Islam pada waktu kerusuhan 1999 sd 2004).

Desa Solan terletak di Pulau Seram, terdiri dari Dusun Solan, Bonfia Pante, dan Bonfia Gunung. Dari Ambon, ibukota Maluku, desa ini bisa ditempuh dalam waktu sekitar 20 jam melalui jalan laut dan darat yang cukup berat atau berbahaya.

Warga Solan terdiri 88 Kepala Keluarga (KK) dengan 700 jiwa. Menurut Kepala Desa Solan, Abu Bakar As-Shiddiq, masyarakat Dusun Solan tadinya beragama Kristen Protestan. Sedangkan warga Dusun Bonfia penganut animisme Hindu. Mereka masuk Islam pada tahun 2000 atau setahun setelah konflik antar-agama di Maluku meletus.

Di desa ini sudah ada tokoh agama yaitu Imam Abdul Rahman (59 tahun). Tetapi Imam ini juga tidak dapat sepenuhnya konsentrasi untuk mengurus para muallaf ini, terakhir Imam ini mengaku sudah tidak lagi shalat berjamaah selama tiga pekan karena sibuk mengurus kebunnya yang berada di hutan, imam juga perlu makan jadi dia harus berjibaku membuka kebun untuk menghidupi diri dan keluarganya.

Sebagian besar masyarakat tidak dapat menjawab apa profesi mereka, yang pasti alam menyediakan apa saja bagi keperluan hidup mereka, ada ikan di laut yang berlimpah, tanahnya subur untuk berbagai tanaman keras dan sayuran, durian terbaik di Maluku ada di sana, dan dari bunga yang tumbuh di hutan menghasilkan madu alam yang luar biasa, desa ini juga di kenal orang untuk berburu rusa sejak zaman dahulu.

Fasilitas keagamaan di Solan hanya ada dua, yaitu Masjid Al Ikhlas dan TPA (Taman Pendidikan Al Qur’an). Kedua bangunan sangat sederhana dan terbuat dari kayu.

Pemahaman dan praktik keagamaan masyarakat desa terpencil ini masih sangat minim. Membaca Surah Al Fatihah dan Al Ikhlas pun belum bisa. Dalam beribadah mereka hanya mampu berusaha mengikuti gerakan dan ucapan Imam.

Hari Raya Ied Adha di desa ini tidak terasa, mungkin karena masyarakatnya masih belum paham tentang hari raya umat Islam, sehingga ketika menjelang pelaksanaan Shalat Ied Adha kami harus memanggil masyarakat dari rumah ke rumah untuk mengajak mereka ke masjid, dan sampai di masjid sebagian besar orang begitu saja masuk ke masjid tanpa mencuci kaki dan atau mengambil air wudhu terlebih dulu, padahal mereka berjalan tanpa alas kaki menuju masjid.

Pemotongan hewan Qurban (satu ekor sapi) ditanggapi dengan sukacita, dan ust Abu Imam menjelaskan tentang syariat Qurban ini dalam khutbah Ied Adhanya. Selanjutnya kami memotong 10 ekor kambing dan dua ekor sapi di daerah yang lainnya di Maluku.

Rekomendasi :

  • Pendampingan komunitas muallaf ini perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak, terutama Dewan Da’wah. Pengiriman da’i menjadi prioritas melihat minimnya pengetahuan syariat islam. Secara umum pembinaan terhadap muallaf di Maluku perlu mendapatkan perhatian dan solusi kreatif, masih ada ribuan muallaf di Maluku yang tidak mendapatkan pembinaan dari para da’i dan atau pendampingan peningkatan kehidupannya.
  • Komunitas di Desa Solan Kecamatan Seram Bagian Timur ini dapat di jadikan pilot project bagi pengembangan komunitas binaan Dewan Da’wah Maluku. Baik pengembangan strata sosial maupun ekonomi, termasuk pengembangan melalui jalur pendidikan dasar & menengah, supaya generasi muslim berikutnya menjadi lebih baik. Selanjutnya LAZIS Dewan Da’wah dapat bersinergy dengan berbagai lembaga Zakat/Infaq maupun bersama stakeholder lokal (misalnya pusat budidaya perikanan dan peternakan Maluku, yang telah mencoba pengembangan makanan pokok yang berasal dari sagu, budidaya sayuran organik, budidaya rumput laut dll).