Waktu menunjukkan pukul 04.45 WITA, rombongan KISPA berangkat menuju Masjid Sadar yang terletak di Jalan Tegal Wangi Gg. Kenanga No.13, Sesetan, Denpasar untuk mengisi kuliah Subuh. Pagi itu hujan cukup deras mengiringi perjalanan kami. Ini merupakan hari terakhir bagi kami dalam rangkaian acara Munasharah Palestina di Bali.
Masjid Sadar Sesetan
Kami pun tiba dilokasi sekitar pukul 05.10 WITA, jamaah pun sudah berdatangan untuk menunaikan shalat Subuh berjamaah. Selesai menjalankan shalat Subuh, panitia segera menyiapkan peralatan yang dibutuhkan selama kuliah Subuh, mulai dari laptop, LCD, hingga layar lebar. Jamaah yang hadir kurang lebih berjumlah 120 orang.
Dalam ceramahnya Ustadz Ferry Nur menyampaikan bahwa nuansa Gaza Allah perdekatkan kepada para relawan di kapal Mavi Marmara. Apa yang dirasakan oleh rakyat Gaza akibat kekejaman Zionis Israel maka Allah buat para relawan juga merasakan seperti halnya apa yang mereka rasakan. “Rakyat Gaza ditendang, relawan pun ditendang. Rakyat Gaza di penjara, relawan pun dipenjara” ungkap Ferry.
Sebagai mana biasanya sebelum kuliah Subuh berakhir, jamaah diajak untuk lebih bisa meraskan detik-detik penyerangan pasukan Israel ke kapal Mavi Marmara melalui film dokumenter yang berhasil diselamatkan. Setelah itu dilakukan penggalangan dana.
Diperolehlah dana untuk Palestina sebesar Rp.1.517.000. Selain itu, KISPA juga menyerahkan kenang-kenangan berupa kalender KISPA 2010 dan film Gaza Under Attack kepada ketua pengurus Masjid Sadar Sesetan, Bapak Yusuf.
Selepas kuliah shubuh di Masjid Sadar Sesetan, kami berangkat untuk sarapan pagi. Kami cukup lama mencari warung mana yang tepat untuk sarapan pagi, hal ini disebabkan banyak warung yang masih tutup. Akhirnya kami memutuskan untuk sarapan di ‘Bubur Ayam Bang Yossi’ yang berada di Jalan Teuku Umar, Denpasar Barat.
Selesai sarapan pagi, pada pukul 08.00 WITA kami pulang ke penginapan, sebab Ustadz Ferry Nur kembali akan mengisi kuliah Zuhur di masjid daerah Nusa Dua Indah.
Masjid Ibnu Batutah
Pukul 12.30 WITA rombongan sudah tiba di Masjid Ibnu Batutah yang terletak di Nusa Dua Indah. Masjid ini merupakan masjid terakhir yang kami kunjungi dalam rangkaian acara Munasharah Palestina di Bali. Kami pun shalat Zuhur berjamaah di lantai 2 masjid tersebut. Nampak terlihat kaum wanita pun turut serta hadir dalam acara tersebut. Sehingga jumlah jamaah masjid yang hadir bertambah banyak.
Setelah diperdengarkan taujih robbani, Ustadz Ferry Nur menyampaikan beberapa pelajaran yang bisa diambil dari penyerangan Israel terhadap kapal Mavi Marmara. Salah satunya ialah tentang doa orang yang dizhalimi mustajab di sisi Allah. Saat semua barang bawaan yang beliau bawa diantaranya tustel, handphone, dirampas Israel termasuk didalamnya uang rakyat Indonesia sejumlah US$ 35.000. Beliau merasa khawatir dan gelisah. “Sebab yang namanya Israel kalau barang sudah diambil pasti tidak akan kembali” terang Ferry. “Misalnya tanah Palestina sampai saat ini masih dirampas Israel, belum dikembalikan. Kemudian tembok Buroq diambil Israel sekarang dijadikan tembok ratapan, dan masjid Ibrahimi di Hebron juga diambil Israel sampai sekarang juga tidak dikembalikan, apalagi ini uang jumlahnya tidak sedikit dan yang namanya Israel idiologinya kapitalis dan materialis, maka saya sangat khawatir terhadap uang tersebut. Bagaimana tanggung jawab saya terhadap ummat nanti?” tambah Ferry.
Akhirnya ketika dipenjara beliau berdoa kepada Allah agar uang tersebut diselamatkan dan tidak diambil oleh Israel. Ternyata doa tersebut dikabulkan oleh Allah. Hari Rabu dini hari, beliau dan relawan lain yang satu penjara dengan beliau di penjara no.9 disuruh keluar menuju sipir penjara. Khusus beliau dipanggil untuk disuruh menghitung uang yang kemarin diambil oleh Israel. “Alhamdulillah pas saya hitung tak berkurang satu rupiah pun” ungkap Ferry dengan wajah gembira. “Tak terbayang betapa bahagianya saya sebab kalau uang itu diambil dan tidak dikembalikan bagaimana saya harus menggantinya” tambah Ferry.
Mendengar cerita beliau, jamaah terlihat terkesima sebab hal tersebut merupakan pengalaman spiritual yang amat berharga.
Sebelum acara ditutup, Bapak Yusuf selaku ketua Masjid Ibnu Batutah menerima kenang-kenangan yang diberikan KISPA berupa kalender KISPA 2010 dan film Gaza Under Attack. Setelah itu dilakukan penggalangan dana dan diperoleh sebesar Rp.2.666.000 + 1 cincin + 1 arloji.
Menuju Jakarta
Selesai sudah rangkaian acara Munasharah Palestina. Kini rombongan diajak panitia untuk makan siang di Pondok Makan Tempo Doeloe, yang berada di Jalan Sunset Road, Kuta sebagai sebuah ucapan terimakasih kepada KISPA yang sudah membagi ceritanya kepada kaum muslimin di Bali. Selesai makan kami diajak panitia menuju ‘Kampung Nusantara Pusat Oleh-Oleh Khas Bali’ yang terletak tidak jauh dari tempat kami makan siang untuk sekedar membeli pernak-pernik khas Bali untuk kemudian diberikan kepada keluarga, tetangga dan sahabat-sahabat kami di Jakarta.
Akhirnya kami pulang dari Bali sekitar pukul 21.00 WITA karena pesawat kami dijadwalkan terbang pukul 22.00 WITA. Mudah-mudahan acara Munasharah Palestina yang diadakan oleh DSM Bali dan DMC menjadikan kaum muslimin di Bali memiliki kepedulian yang tinggi terhadap rakyat Palestina meskipun mereka minoritas di Bali. Dan semoga silaturahim ini dapat terus terajut hingga Masjid Al Aqsha dapat kembal ke pangkuan umat Islam (mrr/fn)