Kisah Mavi Marmara di Bali (bagian 2)

Setelah bangun dan membersihkan diri, Sabtu, 26 Juni 2010 tepat pada pukul 04.45 WITA rombongan KISPA diantar menuju tempat kedua dari serangkaian “Munasharah Palestina” yang diadakan oleh DSM (Dompet Sosial Madani) Bali dan DMC (Disaster Management Center), sebuah lembaga kemanusiaan yang berada di bilangan kota Denpasar, Bali.

Rombongan diantar menuju Masjid Baitul Makmur, Perumnas Monang-Maning, Denpasar untuk memberikan kuliah Subuh. Rombongan pun tiba di lokasi beberapa menit sebelum masuk adzan Subuh, di Bali waktu Subuh masuk pada pukul 05.12 WITA.

Kuliah Shubuh di Masjid Baitul Makmur

Salah satu dari sekian banyak hal yang menarik yang kami dapati dari rangkaian acara Munasharah Palestina di Bali adalah tentang jumlah jamaah shalat Subuh di Masjid Baitul Makmur. Kalau masjid-masjid di berbagai tempat khususnya di Jakarta jamaah shalat Subuhnya hanya dua sampai dengan tiga shaf, mungkin juga hanya imam dan muadzin saja, maka di Masjid Baitul Makmur jamaah shalat Subuhnya mencapai sepuluh hingga lima belas shaf dimana satu shafnya terdiri dari dua puluh orang.

Dengan kata lain, masjid tersebut terasa penuh sesak. Tak ketinggalan kaum wanita pun ikut shalat berjamaah. Bahkan menurut penuturan salah seorang panitia yang bernama Gigih, “Kalau di hari Ahad jumlah jamaahnya bisa luber keluar masjid sama seperti shalat Jum’at” tutur Gigih, yang selalu setia menemani rombongan.

Kuliah Subuh dimulai tepat setelah shalat Subuh selesai dilaksanakan atau kurang lebih pukul 05.40 WITA. Para pengurus masjid maupun jamaah shalat Subuh terlihat sangat antusias dan sudah tidak sabar ingin segera mendengarkan Kisah Mavi Marmara dari relawan kemanusiaan yang ikut dalam Freedom Flotilla, Ustadz Ferry Nur. Karena antusiasnya, kuliah shubuh ini tanpa didahului sambutan oleh Ketua Pengurus Masjid Baitul Makmur, Bapak Bambang Santoso.

Diawal ceramahnya Ustadz Ferry Nur menyampaikan salam khusus dari rakyat Turki untuk rakyat Indonesia sebab mereka bangga dan senang dari kurang lebih 600 aktivis kemanusiaan yang berangkat dalam Freedom Flotilla ada 12 WNI yang ikut dalam misi tersebut, dimana sebelumnya pada program Viva Palestina pertama hingga ketiga tidak ada satupun Warga negara Indonesia yang ikut dalam misi tersebut.

Selain itu beliau pun menyampaikan berbagai kisah yang beliau alami dari mulai masuk Islamnya seorang tua renta non muslim yang bernama Peter Vanner (63 tahun), berkebangsaan Inggris yang ikut dalam Freedom Flotilla hingga akhirnya beliau dipenjara di penjara Israel.

Sebelum kuliah subuh berakhir, jamaah disajikan sebuah film dokumenter yang menggambarkan kondisi di kapal Mavi Marmara beberapa jam sebelum tentara Israel menyerang hingga jatuh korban dari relawan yang berada di kapal tersebut.

Sebagai mana biasanya dalam acara Munasharah, penyelenggara melakukan penggalangan dana untuk Palestina dan terkumpul dana sebesar Rp.1.766.000 dari jamaah shalat Subuh Masjid Baitul Makmur.

Setelah kuliah subuh berakhir pada pukul 07.15 WITA, maka sebagai jalinan silaturrahim, Ketua KISPA memberikan kenang-kenangan berupa kalender KISPA 2010, yang menampilkan upaya terencana Zionis Israel untuk menghancurkan Masjid Al Aqsha dan sebuah film (DVD) Gaza Under Attack, yang berisi penyerangan Zionis Israel terhadap Gaza yang terjadi pada akhir 2008 dan awal 2009. Kenang-kenangan tersebut diterima langsung oleh Bapak Bambang Santoso, selaku ketua pengurus Masjid Baitul Makmur beserta jajarannya. Rombongan pun akhirnya pamit dengan pengurus Masjid Baitul Makmur

Waktu akhirnya mendekati pukul 07.30 WITA, tidak terasa perut pun mulai keroncongan. Segera panitia mengajak dan mengantar kami untuk sarapan pagi. Butuh waktu cukup lama untuk mencari tempat yang cocok untuk sarapan pagi dikarenakan warung yang menjual makanan yang halal tidak terlalu banyak ditemukan di Bali. Akhirnya kami pun sarapan pagi di ‘Warung Madiun’ yang terletak di Jalan Cok Agung Trisna No.51 ditemani oleh panitia yakni, Gigih, Tanto, dan Hafid.

Pada pukul 10.30 WITA rombongan kembali menuju penginapan untuk beristirahat dan melakukan persiapan sebelum ke acara berikutnya. Setelah tubuh cukup fit dan kembali segar, rombongan diajak menuju Masjid Nurul Huda untuk menunaikan shalat Zuhur dan Ashar (jama’ taqdim dan qashar), masjid tersebut terletak tidak jauh dari lokasi penginapan atau berada di daerah Tuban, Bali. Yang menarik dari masjid ini adalah lokasinya yang persis bersebelahan dengan Gereja, seperti halnya Masjid Istiqlal di Jakarta.

Bertemu MUI Bali

Selesai shalat, kami dijadwalkan untuk bertemu pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) provinsi Bali. Acara berlangsung di ‘Rumah Makan Keluarga de Surau’ yang terletak di Jalan Mahendradatta No.9C, Denpasar, Bali. Acara terlihat sangat santai, ada sekitar sepuluh hingga lima belas pengurus MUI Bali yang hadir salah satunya adalah Bapak Zaenal yang juga merupakan pengurus Masjid Baitul Makmur Monang-Maning Denpasar. Namun, ketua MUI Bali sendiri, KH. Hasan Ali tdak dapat hadir dikarenakan urusan yang tidak bias ditinggalkan. Mereka nampak serius mendengarkan sharing yang disampaikan oleh Ustadz Ferry Nur terkait peristiwa di kapal Mavi Marmara. Sebelum sesi tanya jawab, rombongan KISPA maupun pengurus MUI Bali makan siang terlebih dahulu karena makanan sudah terhidang.

Diakhir acara baik rombongan KISPA membagikan kalender KISPA 2010 kepada pengurus MUI yang hadir dan foto bersama sebagai sebuah ikatan silaturrahim dan kenang-kenangan.

Menuju Masjid Al Furqan

Rombongan akhirnya meninggalkan ‘Rumah Makan de Surau’ untuk kemudian menuju lokasi ceramah berikutnya, Masjid Al Furqan, yang terletak di Gatsu Barat, Denpasar. Kami berangkat pukul 15.00 WITA dan tiba dilokasi pukul 15.30 WITA. Terlihat jamaah Masjid Al Furqan sudah berkumpul di masjid meskipun adzan Ashar belum berkumandang. Tidak ketinggalan kaum wanita pun turut serta dalam shalat Ashar berjamaah.

Selesai menunaikan shalat Ashar berjamaah pada pukul 15.44 WITA, persiapan ceramah pun dimulai. Ketua pengurus Masjid Al Furqan, Bapak H.M Bustani memberikan sambutannya. Dalam sambutannya beliau menyampaikan ucapan terima kasih kepada KISPA yang sudah mau bersilaturahim dari Jakarta ke Masjid Al Furqan dan berbagi kisah Mavi Marmara kepada jamaah Masjid Al Furqan.

Ceramah dimulai setelah Bapak H.M Bustani menyampaikan sambutannya, kepada jamaah dibagikan Buletin Al Aqsha yang mengangkat headline tentang masuk Islamnya Peter Vanner (63 tahun), warganegara Inggris. Hadir sekitar tujuh puluh lima orang baik laki-laki maupun perempuan.

Dalam ceramahnya, Ustadz Ferry Nur menyampaikan beberapa ibroh dari peristiwa pembajakan kapal Mavi Marmara oleh tentara Zionis Israel. Salah satu diantaranya adalah menegaskan akan kebiadaban Zionis Israel.

Beliau mengutarakan, bahwa ada 9 orang dari relawan Turki yang dibunuh oleh pasukan Zionis Israel salah satunya ialah Furqan Dogan, berusia 19 tahun, yang dibunuh secara sadis, wajahnya ditembak dengan jarak sekitar 45 cm sebanyak lima kali.

Menurut beliau, hal itu dilakukan Zionis Israel karena faktor kebencian yang amat sangat besar terhadap para relawan kemanusiaan yang hendak menuju Gaza untuk menyampaikan bantuan kepada rakyat Gaza yang sudah 4 tahun diblokade oleh Zionis Israel.

Mendengar berbagai hal yang disampaikan oleh Ustadz Ferry Nur tentang kebiadaban Zionis Israel dan penderitaan hidup yang dialami rakyat Gaza membuat jamaah Masjid Al Furqan dengan ikhlas menginfakkan hartanya untuk rakyat Palestina. Dan yang terkumpul secara sepontan berjumlah Rp.1.811.000.

Diakhir acara, seperti biasanya KISPA memberikan kenang-kenangan kepada pengurus Masjid Al Furqan berupa kalender KISPA 2010 dan film (DVD) Gaza Under Attack, yang berisi penyerangan Zionis Israel terhadap Gaza yang terjadi pada akhir 2008 dan awal 2009. Kenang-kenangan tersebut diterima langsung oleh Bapak H. M Bustani, selaku ketua pengurus Masjid Al Furqan. Rombongan pun akhirnya meninggalkan Masjid Al Furqan pukul 17.15 WITA.

Selepas bersilaturahim dan ceramah di Masjid Al Furqan, rombongan KISPA langsung menuju penginapan untuk bersih-bersih dan persiapan shalat Maghrib. Sholat Maghrib dan Isya’ kami lakukan dengan jamak qashar. Setelah itu, kami diajak untuk makan malam, sebelum nantinya kami menuju lokasi Tabligh Akbar berikutnya.

Setelah sekian lama mencari tempat makan yang tepat, panitia memutuskan untuk makan malam di ‘Nasi Pecel Ibu Tinuk’. Kami pun menyantap hidangan sop buntut ditambah satu gelas jus apel. Tepat pada pukul 19.30 WITA, kami bersegera menuju Masjid Al Ihsaan, Sanur untuk acara Tabligh Akbar.

Menuju Masjid Al Ihsaan

Ketika rombongan tiba di Masjid Al Ihsaan sekitar pukul 20.00 WITA, tampak jamaah sudah berkumpul dan menunggu kedatangan Ustadz Ferry Nur. Hadir sekitar 75 orang mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Mereka tampak bersemangat dan antusias untuk mendengarkan peristiwa yang terjadi di kapal Mavi Marmara.

Setelah diperdengarkan lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an, barulah Ustadz Ferry Nur menyampaikan kejadian yang beliau alami selama berada di kapal Mavi Marmara bersama lebih kurang 600 aktivis kemanusiaan lainnya yang berasal dari 50 negara.

Salah satu poin yang beliau sampaikan kepada jamaah Masjid Al Ihsaan terkait pembajakan kapal Mavi Marmara adalah pentingnya menuntut ilmu. Beliau menyampaikan bagaimana pentingnya ilmu, apalagi sangat terasa ketika berada dalam kondisi kritis.

Peristiwa dibelenggunya tangan para relawan ketika Zionis Israel membajak kapal Mavi Marmara dan menggiringnya menuju pelabuhan Ashdod, menjadi bukti akan pentingnya menuntut ilmu. Jika tidak memliki ilmu tentu akan banyak alasan dan akan mengabaikan kewajiban shalat yang telah diperintahkan, dengan alasan tangan dibelenggu Zionis Israel dan tidak boleh berdiri.

“Pada pagi hari Senin, tanggal 31 Mei 2010, kapal sudah berhasil dikuasai tentara Israel. Ketika waktu Zuhur telah tiba. Maka sebagai muslim, kewajiban menunaikan shalat tidakl boleh ditinggalkan meskipun dalam kondisi sesulit apapun. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat Adz Dzariyat ayat 56 yang berbunyi “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku (Allah)”. Maka sholat pun tetap dilaksanakan meskipun tangan terbelenggu. Inilah yang disebut dengan rukhsah (keringanan). “Jika tidak bisa berdiri boleh duduk, kalau tidak bisa duduk boleh berbaring, kalau tidak bisa berbaring boleh isyarat, kalau isyarat juga tidak bisa maka orang tersebut lebih baik dimasukkan ke kubur karena sudah tak ada manfaatnya lagi” jelas Ferry.

Diakhir acara jamaah disuguhkan film dokumenter yang menggambarkan detik-detik penyerangan tentara Israel ke kapal Mavi Marmara. Sebuah film yang satu-satunya berhasil diselamatkan relawan setelah ratusan alat dokumentasi dirampas oleh Zionis Israel. Selain itu, dilakukan penggalangan dana untuk Palestina dan terkumpul dana sebesar Rp.1.621.000 + 2 cincin emas.

Tak lupa KISPA pun akhirnya memberikan kenang-kenangan berupa kalender KISPA 2010 dan film (DVD) Gaza Under Attack kepada pengurus Masjid Al Ihsaan. Harapannya agar film tersebut bisa diperbanyak sehingga kaum muslimin di Bali bisa menontonnya di rumah masing-masing.

Akhirnya rangkaian acara Munashoroh Palestina di hari kedua selesai sudah, rombongan meninggalkan Masjid Al Ihsaan dan menuju penginapan untuk beristirahat guna menyiapkan keesokan harinya. (mrr/fn)