Kementerian Lingkungan Hidup untuk ke tiga kalinya bekerjasama dengan DPP Wahdah Islamiyah gelar Sosialisasi Program Eco-Pesantren dan Pembentukan Kader Lingkungan Pondok Pesantren Cluster Sulawesi Selatan Tahap III, Selasa (28/7) di Hotel Singasana Makassar.
Sebanyak 27 Pesantren Se Sulsel mengikuti acara ini. Tiap pesantren diwakili tiga orang, dua orang unsur pimpinan dan satu orang pengelola.
Asisten Deputi Urusan Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan, Ir.Bambang Widyantoro yang bertindak sebagai Keynote Speaker, mengatakan bahwa Kementerian Lingkungan Hidup akan lebih banyak lagi menggandeng Pesantren sebagai mitra melalui jalur agama dalam upaya melestarikan lingkungan.
Ponpes sebagai elemen sosial memainkan peran penting dalam pemberdayaan masyarakat, olehnya itu diharapkan pesantren selain sebagai kekuatan sosial dalam pendidikan dan pembinaan sekaligus sebagai ujung tombak dalam mempelopori pelestarian lingkungan.
Masalah lingkungan hidup diharapkan menjadi tanggung jawab semua pihak, Pemerintah dan peranan tokoh Agama dan para Santri, karena hal ini sudah menjadi masalah umat manusia secara global, yang akan mempengaruhi kehidupan makhluk untuk saat ini dan yang akan datang.
Sosialisasi dimulai dengan materi tentang Kewajiban Manusia dalam melestarikan lingkungan sesuai dengan perspektif Islam oleh H.Rahmat Abdurrahman, Lc, MA dari MUI Makassar.
Ustadz Rahmat mengatakan bahwa Islam sangat erat kaitannya dengan lingkungan hidup, begitu banyak dalil-dalil dalam al Quran dan Hadis yang menganjurkan untuk menjaga lingkungan. Diantaranya Q.S Ar-rum : 41 “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Hadis Rasulullah, “Jauhi dua perkara yang membawa laknat, yaitu; membuang air di jalan umum dan di tempat berteduh.” Dihadis yang lain Rasul melarang membuang air di bawah pohon yang sedang berbuah dan, “barangsiapa yang menghidupkan tanah mati maka itulah bagiannya…”
Ustadz yang juga merupakan Ketua Departemen Dakwah DPP WI ini, juga mengatakan bahwa alam akan memberi respon sesuai dengan tindakan manusia. Orang yang bermaksiat, maka makhluk yang berada disekitarnya juga akan memberi efek negatif kepada pelaku. Orang yang melakukan ketaatan, maka lingkungan disekitar akan bersahabat dan bahkan dalam riwayat diminta ampunkan oleh makhluk yang disekitarnya, sampai ikan-ikan dilaut .
Pembicara berikutnya, Kepala Bidang Masyarakat Pemukiman Kementerian KLH Oleh Wartim Sumana, S.Sos dengan materi Panduan Program Eco Pesantren Menuju Pesantren Ramah Lingkungan.
Wartim mengatakan bahwa Kerusakan Lingkungan identik dengan kerusakan moral dan akhlak, ribuan pulau akan hilang, jutaan ton padi akan menurun, berbagai macam penyakit muncul akibat rusaknya alam. Berbagai macam aturan dan upaya telah diterapkan tetapi belum maksimal hasilnya. Olehnya pendekatan melalui Pesantren diterapkan.
Menurut Wartim, KLH mohon bantuan agar masalah lingkungan disikapi bersama dalam memperhatikan alam sekitar. Di Indonesia ada sekitar 1700 Pesantren dengan sekitar 5 Juta Santri yang menjadi potensi strategis dalam pelestarian lingkungan.
Dalam suatu forum internasional, menurut Wartin Sumana, yang menjadi kesimpulan dalam pertemuan tersebut adalah “Kerusakan Bumi Akibat Ulah Manusia”. Kesimpulan ini sesuai dengan Q.S Ar-rum : 41 yang telah disebut di atas.
Sekilas tentang Eco-Pesantren, berasal dari kata Eco, yang diambil dari kata ecology yang merupakan terminology yang erat kaitannya dengan lingkungan hidup dan kata Pesantren. Jadi berarti sebuah institusi pendidikan Islam yang mempunyai kepedulian pada aktivitas yang tanggap terhadap lingkungan hidup.
Dengan adanya program ini, diharapkan ada kebijakan dari Pesantren dalam sosialisasi materi lingkungan hidup dalam pengajian, majelis taklim, khutbah, dan pengembangan kurikulum lingkungan berbasis Islam. Serta menjadikan Pesantren sebagai pusat pembelajaran (Central of Excellence) yang berwawasan lingkungan dan meningkatkan aktifitas yang mempunyai nilai tambah baik secara ekonomi, social dan ekologi.
Sebagai contoh menurut Wartim, sudah ada Pesantren yang mengelola Panas yang berasal dari Bak Tinja untuk digunakan sebagai bahan bakar pengganti gas dalam memasak. Ada juga Pesantren yang sudah mengelola sampah pembalut Wanita menjadi Keset Kaki. Bahkan ada Pesantren mengelola sedemikian rupa ludah santri berkembang jadi bakteri yang dapat digunakan menghancurkan sampah. Sehingga dengan demikian, sampah tidak membawa masalah, tapi membawa berkah.Diperlukan ide kreatif dan inovasi dari pihak Pesantren. mnh/wi