Kontroversi pemberitaan salah satu stasiun televisi swasta Metro TV yang mengaitkan Rohis (rohani Islam) sebagai pintu masuknya terorisme, telah menuai banyak kecaman bahkan ribuan aktivis Rohis telah menggelar aksi demo di bundaran HI untuk menolak tuduhan tersebut.
Tergerak oleh rasa ghirah akan Islam, beberapa musisi (baca: Munsyid) dan mantan aktivis Rohis mencoba untuk mengkonter tuduhan miring terhadap Rohis itu dengan cara mereka sendiri yaitu dengan membuat klip video musik tentang Rohis, yang inti video klip itu sendiri berusaha menggambarkan bahwa Rohis menerima siapa saja yang mau bergabung bersama untuk belajar Islam setahap demi setahap di sekolah dan menolak stigmanisasi Rohis sebagai sarang teroris.
Namun ternyata klip video musik yang dibuat para musisi ini dianggap justru dapat “melemahkan” Rohis itu sendiri dan bisa membuat kontroversi baru. Untuk itulah pada Kamis siang kemarin (4/10) bertepat di kantor Hidayatullah, aktivis JITU (Jurnalis Islam bersatu) meminta klarifikasi dari pihak pembuat video klip tersebut.
Ada beberapa hal menurut JITU yang dianggap kontroversial dalam video klip musik tentang Rohis itu, di antaranya penggambaran sosok teroris yang mukanya tertutup, yang hal ini bisa menyudutkan gerakan Islam tertentu (karena Hamas dan beberapa Jihadis di dunia Islam sering menutup muka layaknya ninja agar tidak diketahui wajah mereka), dikhawatirkan video klip itu justru telah terperangkap dalam skenario BNPT dan gagasan deradikalisasi. Kemudian penggambaran sosok penyanyi dalam klip yang menenteng gitar juga sambil membaca Al-Quran, hal ini dianggap kontroversial karena bisa jadi bias bagi aktivis Rohis sendiri. Dan kontroversi yang paling mencolok lagi adalah adanya adegan flashmob yang dilakukan aktivis Rohis bercampur baur antara laki-laki dan perempuan yang tentu saja bukan mahramnya. Belum lagi kontroversi terhadap halal-haramnya musik itu sendiri.
Dalam tanggapannya terhadap video klip musik tentang Rohis, ustadz Mahladi sebagai pimred Hidayatullah menjelaskan bahwa pada intinya berislam itu harus kaffah (menyeluruh) namun tentu saja semua itu tidak bisa instan karena semuanya harus melalui proses. Beliau mengharapkan ke depannya ada cara lain untuk mengkonter tuduhan Rohis sarang teroris dengan cara yang lebih baik lagi tanpa harus menimbulkan kontroversi baru.
Beberapa aktivis JITU (yang kebanyakan mantan Rohis) juga mengkritisi cara “membela diri” aktivis Rohis dengan membuat video klip musik karena pada era Rohis dahulu belum pernah ada ceritanya aktivis Rohis ngeband atau melakukan flashmob bersama ikhwan-akhwat karena pada era itu hijab sangat ketat diterapkan.
Alhamdulillah masukan dari JITU disambut baik dari pihak produser dan para musisi yang terlibat dalam video klip tersebut. Dalam klarifikasinya Kamis kemarin kepada JITU, pihak produser dan musisi yang terlibat dalam video klip menjelaskan bahwa mereka sendiri mengakui kekurang pahaman mereka tentang ilmu Syar’i dan mereka juga masih belajar dan meminta maaf atas kekhilafahan mereka. Dan untuk itu ke depannya mereka akan melibatkan para ulama pakar Syariah untuk berkonsultasi jika nanti akan membuat video klip lagi, pihak produser pun telah merevisi video klip yang mereka buat sesuai dengan masukan-masukan yang telah ada.
Pihak JITU sendiri sangat mendukung kreatifitas Rohis dan siap saling berkordinasi dalam upaya nasehat menasehati sesama muslim serta bekerjasama dengan aktivis Rohis.(fq)