Majelis Mujahidin akan mengadakan Kongres Mujahidin IV yang akan berlangsung di Kompleks Masjid Az-Zikra, Sentul, Bogor, 16-18 Syawal 1434 H, bertepatan dengan 23-25 Agustus 2013 M, dengan tema sentral: “Seabad Perjuangan Indonesia Bersyari’ah (1334-1434H).” Selain masalah kepengurusan dan organisasi, kongres tersebut juga akan membahas berbagai persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia.
Ketua Panitia Kongres Mujahidin IV, Arfan M Alwy, dalam pertemuan di Markaz Majelis Mujahidin Jabodetabek, Jalan Candi Borobudur, Pamulang Villa Blok AJ 4 No. 4, Tangerang, 15 April 2013, mengemukakan bahwa berbagai krisis yang melanda bangsa Indonesia hingga kini belum menemukan solusi yang tepat. Kegagalan ideologi demokrasi, liberalisme dan nasionalisme kerdil justru merusak tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Kemungkaran demokrasi telah melahirkan dekadensi moral, kerusakan masyarakat dan kekacauan pemerintahan yang kian bertambah parah. Arfan Alwy juga menyinggung adanya revolusi seksual dan reproduksi pada remaja yang mulai menjamur di kota-kota besar di Indonesia akibat mengikuti perilaku seks dari tren budaya Barat.
“Di tengah merajalelanya korupsi, narkoba, konflik sosial, muncul kondisi memalukan, yaitu revolusi seksual akibat bebasnya peredaran kondom yang diprogramkan Menteri Kesehatan dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH,” katanya.
Seorang pakar kesehatan dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Siswanto Agus Wilopo, dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), 16 April 2013 menyatakan:
“Institusi publik akan semakin sulit mengendalikan perilaku seksual dan reproduksi dalam era globalisasi khususnya meluasnya penggunaan teknologi komunikasi elektronik.” Menurut Siswanto, para remaja perlu mendapatkan pemahaman penggunaan untuk menghindari penyalahgunaan kontrasepsi terkini.
“Peredaran obat-obat kontrasepsi emergensi dan aborsi medis perlu pengendalian tepat dan ketat, sehingga tidak akan memberikan dampak negatif yang lebih buruk kepada para remaja,” katanya.
Ia menegaskan pula bahwa tidak hanya remaja, transisi demografi itu juga memberikan implikasi ganda bagi dokter kesehatan masyarakat.
Implikasinya antara lain dokter kesehatan masyarakat harus menangani perubahan struktur penduduk yang semakin menua di Indonesia, serta menghadapi revolusi seksual dan reproduksi yang terjadi pada remaja dan usia dewasa yang sangat besar jumlahnya.
“Hal itu disebabkan kelompok remaja dan dewasa terutama penduduk perempuan relatif lebih banyak. Pada 2010 jumlah wanita subur berkisar 67,4 juta orang, pada 2020 jumlahnya akan mencapai 71,2 juta orang, dan pada 2027 akan mencapai 72,1 juta orang,” katanya lagi.
Di tengah merajalelanya korupsi, narkoba, konflik sosial, muncul kondisi memalukan, yaitu revolusi seksual akibat bebasnya peredaran kondom yang diprogramkan Menteri Kesehatan.
Untuk itu Kongres Mujahidin IV diharapkan dapat mencetuskan gagasan brilian tentang solusi konkret konsep-konsep kenegaraan berdasarkan syari’at Islam, membangun masyarakat bebas dari kemiskinan dan negara bebas dari penindasan, kezaliman serta kejahatan. Karena itu Kongres Mujahidin IV berkepentingan mengajak semua eksponen bangsa untuk menjadikan agama sebagai landasan utama menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan.
Majelis Mujahidin mengajak, perlu adanya komitmen ulama, pemimpin negara dan rakyat untuk memperbaiki Indonesia menuju Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur (Negara yang sejahtera di bawah ampunan Allah Swt.)