November mendatang, ibu-ibu Indonesia akan mendapat kado istimewa berupa film bertajuk Emak Ingin Naik Haji. Memang, film ini tak hanya patut ditonton oleh kaum hawa, namun, film keluarga ini juga layak disaksikan oleh seluruh anggota keluarga.
Mizan Productions yang sukses menghadirkan Laskar Pelangi dan Garuda di Dadaku bekerja sama dengan Smaradhana Pro meluncurkan Emak Ingin Naik Haji, sebuah film drama religi yang mengangkat berbagai nilai kehidupan: kegigihan, ketulusan, kasih sayang, semangat berbagi, berserah diri, dan berbagai nilai indah lainnya yang mungkin saja terlupakan oleh sebagian besar dari kita.
Emak Ingin Naik Haji bercerita tentang Emak, seorang wanita paruh baya yang dengan gigih berusaha untuk dapat mewujudkan impiannya, yaitu pergi ke tanah suci Mekah untuk menunaikan haji. Kehidupan Emak sehari-hari hanya bergantung pada hasil jualan kue yang dititipkan di warung atau pesanan orang. Kalau beruntung, ada juga sedikit tambahan uang dari Zein, anak Emak satu-satunya yang berjualan lukisan keliling hasil karyanya sendiri.
Walaupun Emak tahu bahwa naik haji adalah salah satu hal yang mungkin sulit diraih, tetapi Emak tidak putus asa, dia tetap mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk disetorkan ke tabungan haji di bank. Zein, yang melihat kegigihan Emak tersebut, juga berusaha dengan berbagai cara untuk dapat mewujudkan keinginan Emak. Apakah ada jalan bagi Emak agar keinginannya terwujud?
Kelanjutan cerita ini dapat kita saksikan saat film Emak Ingin Naik Haji ini dirilis di bioskop pada 12 November mendatang.
Emak Ingin Naik Haji digarap oleh Aditya Gumay yang mengadaptasi sebuah cerpen berjudul sama yang ditulis oleh Asma Nadia pada 2007. Aditya mengakui, saat pertama kali membaca cerpen tersebut, ia tak kuasa menitikkan air mata dan ingin mewujudkannya dalam layar lebar. Ia pun kemudian bekerja sama dengan Adenin Adlan untuk menggarap skenario Emak Ingin Naik Haji hingga rampung pada Januari 2008.
Beberapa artis senior terlibat dalam film Emak Ingin Naik Haji. Sebut saja, Aty Kanser yang berperan sebagai Emak, Didi Petet, Niniek L. Karim, Henidar Amroe, Cut Memey, dan Reza Rahardian yang populer setelah berakting dalam film Perempuan Berkalung Sorban.
Meski dibuat dengan biaya minim, produser Emak Ingin Naik Haji, Putut Widjanarko, meyakinkan bahwa film ini tak kalah berkualitas dengan dua film sebelumnya yang sukses diluncurkan Mizan Productions. Keunggulan Emak Ingin Naik Haji adalah tema sosial yang mengangkat kehidupan sehari-hari masyarakat. Lebih khususnya, Emak Ingin Naik Haji menyentil fenomena sosial keluarga muslim yang hidup berkecukupan dan dapat berkali-kali naik haji sementara banyak keluarga muslim lain yang tak mampu menunaikan rukun Islam kelima tersebut atau harus bersusah payah menabung bertahun-tahun untuk mewujudkan impiannya pergi haji.
Emak adalah representasi dari kelompok masyarakat yang sangat merindukan Mekah, tetapi karena persoalan finansial, maka pergi haji menjadi sebuah hal yang sangat jauh di awang-awang. Sementara Juragan Haji, yang diperankan oleh Didi Petet, bersama keluarganya dengan penuh kemudahan dapat melakukan ibadah haji dan umroh kapan saja mereka inginkan. Adapula Pak Joko, yang memaksakan diri untuk pergi haji karena ingin memamerkan titel hajinya untuk meraup suara pada pemilihan umum.
Aty Kanser yang berperan sebagai Emak di film ini mengungkapkan bahwa keterlibatannya dalam film tersebut adalah karena ingin menyemarakkan syiar Islam. “Kalau bukan karena syiar mah, Emak nggak mau ikutan,” ujar Emak Aty Kanser yang kerap berperan sebagai seorang ibu yang tabah.
Sementara itu, Reza Rahardian, yang berperan sebagai Zein, mengatakan bahwa film Emak Ingin Naik Haji adalah kado untuk ibunda tercintanya. Film ini juga mengasah kepiawaian Reza dalam memerankan Zein. Untuk mendalami karakter Zein, Reza mengakui bahwa ia sampai harus bermalam di rumah yang menjadi lokasi rumahnya dalam film. “Saya harus tinggal, menetap, tidur, mandi di lokasi tersebut bahkan setelah semua kru, sutradara sudah pulang semua,” ujar Reza. Reza menambahkan, film Emak Ingin Naik Haji adalah film luar biasa yang membuatnya yakin untuk berperan sebagai Zein saat pertama kali membaca skenarionya.
Aditya Gumay, yang juga bertindak sebagai sutradara, mengakui bahwa saat ini, tim produksi sedang sibuk melakukan shooting di beberapa wilayah di Jakarta dan sekitar pulau Jawa. Bagi Aditya, shooting yang masih berjalan ini banyak mendapatkan kemudahan. Sama seperti penuturannya dalam milis FLP Sumut, Aditya mengungkapkan beberapa kemudahan dalam proses shooting. Salah satunya, ketika kru kesulitan untuk mendapatkan lokasi shooting yang bisa menggambarkan keadaan yang sesuai dengan cerita. Sebuah rumah kumuh milik Emak yang bersebelahan dengan rumah mewah tempat sang juragan haji. Kemudahan tiba-tiba saja muncul ketika salah satu orang tua murid di sanggarnya (Sanggar Ananda, red), menawarkan rumah besar dan rumah kontrakan miliknya. Walhasil, kru pun langsung bergerak mendandani rumah kontrakan itu agar semirip mungkin dengan gambaran dalam cerpen.
Meski tak menargetkan dengan angka, co-producer Emak Ingin Naik Haji, Gangsar Sukrisno, menegaskan bahwa film Emak Ingin Naik Haji adalah film keluarga, sebuah drama religi yang layak dinikmati oleh seluruh anggota keluarga. Film ini pun ibarat oase di tengah padang pasir film bertema cinta yang marak di layar lebar. Kehadiran film ini pun ikut menyemarakkan film bertema religi yang mulai mendapat tempat di masyarakat akhir-akhir ini.
(Indah P.R.)