DI TANAH air, beberapa pekan sebelum keberangkatan tim kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) ke Palestina, ACT menggagas terbentuknya Aliansi Masyarakat Indonesia untuk Palestina yang dideklarasikan di Masjid Istiqlal pada 4 Juni 2010 dengan 25 anggota dari lembaga kemanusiaan dan elemen masyarakat lainnya. Upaya ini digagas ACT sebagai bentuk tahapan baru gerakan kemanusiaan untuk rakyat Palestina agar kepedulian terhadap rakyat dan bangsa Palestina ini terasa lebih besar, lebih terasa "Indonesia"nya tanpa harus menghilangkan jati diri lembaga itu masing-masing.
Meski belum berjalan secara maksimal, Aliansi ini justru mendapat dukungan dari Duta Besar Republik Indonesia untuk Mesir, Abdurrahman Muhammad Fahir. Dalam kesempatan bertatap muka ketika menerima delegasi ACT, Imam Akbari dan Bayu Gawtama di ruang tamunya di KBRI Kairo, Senin (12/7/2010), beliau menyampaikan pesan bahwa sebaiknya semua lembaga kemanusiaan itu bersinergi dalam membantu masyarakat Palestina.
"Kami di sini siap memfasilitasi semua kepentingan elemen masyarakat di tanah air untuk menyampaikan kepeduliannya terhadap rakyat Palestina. Saya yakin, apapun nama lembaganya, tujuannya kan sama-sama membantu rakyat Palestina untuk mencapai kemerdekaannya. Ada yang mau bikin rumah sakit, bikin sekolah dan lain sebagainya, itu semua bagus. Sinergi itu biar lebih terasa ini semua atas nama rakyat dan bangsa Indonesia," papar Dubes.
Dalam kesempatan itu Dubes Abdurrahman juga menyampaikan pesannya secara khusus kepada lembaga kemanusiaan atau individu-individu yang hendak ke Gaza melalui Mesir, agar lebih menghargai posisi Mesir sebagai sebuah negara yang menurutnya sangat menghargai Bangsa Indonesia sebagai negara sahabat.
"Saya sering mendapat laporan dari Pemerintah Mesir tentang sikap individu atau kelompok di tanah air yang kerap mengecam Pemerintah Mesir ketika visa mereka belum atau lambat dikeluarkan. Seharusnya kita bisa lebih bersabar, biarkan mereka mengambil keputusan, toh itu hak mereka untuk memberi atau tidak izin untuk masuk ke negara mereka," tambahnya.
Selaku perwakilan Indonesia di Mesir, pihaknya akan selalu memfasilitasi siapapun yang hendak ke Mesir.
"Jangankan relawan kemanusiaan yang jelas-jelas memiliki kepedulian tinggi terhadap saudara-saudara mereka di Palestina, tenaga kerja yang ilegal pun kita layani di sini, karena bagaimanapun mereka juga warga Indonesia."
Saran Dubes bagi yang hendak mendapat kemudahan untuk mendapat visa ke Mesir atau bahkan memasuki Gaza, sebaiknya bersilaturahim dengan Dubes Mesir di Jakarta.
"Beliau – Dubes Mesir di Jakarta- kan perwakilan negaranya di Indonesia, beliau juga yang bisa memberi rekomendasi kepada pemerintahnya di sini, termasuk kepada Kemenlu dan State Security Mesir. Insya Allah, hubungan baik dengan perwakilan Mesir di Indonesia justru yang bisa membuat Pemerintahnya di sini pun memberi izin melewati Rafah," jelasnya.
Dubes RI di Mesir merasa kagum dengan langkah-langkah yang diambil tim ACT dengan membentuk Aliansi Masyarakat Indonesia untuk Palestina, dan juga kesabaran tim ACT menunggu keluarnya visa dari pemerintah Mesir.
"Ada beberapa pihak yang karena kesal visanya tidak keluar-keluar, justru malah menghujat pemerintah Mesir. Bukannya diberi izin justru benar-benar akan ditolak permohonan mereka," kata Dubes.
Duber juga menyinggung soal bom molotov yang sempat dilemparkan di Kedubes Mesir sebagai sebuah penghinaan, sebab di Mesir sendiri demonstrasi saja hampir tidak pernah terjadi. Tidak hanya itu, hujatan atau perilaku tidak terpuji kepada pemerintah Mesir dikhawatirkan merusak hubungan persahabatan Indonesia – Mesir yang sudah terjalin sangat baik selama 63 tahun. mnh/ACT