Selama tiga hari, YADMI menggelar seminar, silaturahim, dan diskusi di tiga tempat di Jakarta. Dalam rangka mengupayakan peran masyarakat dan dakwah di bidang ekonomi, sosial, dan pemikiran, YADMI bekerja sama dengan The Habibie Centre, Dewan Masjid Indonesia, serta akademisi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah menggelar kegiatan tersebut.
Dakwah dan Pemenuhan Hak Ekonomi Sosial Masyarakat
Hari pertama diskusi Ramadhan digelar di Gedung Habibie Centre yang terletak di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, pada tanggal 8 Sepember 2009. Menampilkan tiga narasumber sebagai pembicara, yaitu Dr. dr. K.H. Tarmizi Taher, Datuk Haji Mohammad Nakhaie Haji Ahmad, dan Ahmad Watik Pratiknya, diskusi tersebut berlangsung khidmat dan penuh dengan analisis mengenai kejadian kontemporer yang dihadapi oleh umat muslim di Melayu, khususnya Indonesia dan Malaysia.
Dalam paparannya, Tarmizi Taher sebagai Ketua Dewan Pembina YADMI menyatakan, “Sudah waktunya orientasi dakwah diarahkan untuk sebisa mungkin menyentuh persoalan sosial kemasyarakatan, semisal perbaikan gizi anak-anak, pelestarian lingkungan, bahaya penyalahgunaan obat, pemberantasan korupsi, penciptaan pemerintahan yang bersih (good governance), kemitrasejajaran antara laki-laki dan perempuan dan penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) serta perjuangan untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat secara lebih beradab.”
Selanjutnya, Tarmizi menambahkan bahwa dakwah hendaknya ditujukan antara lain untuk memecahkan kebutuhan mendasar manusia akan jaminan kesejahteraan yang merupakan norma-norma keadilan sosial dan prinsip-prinsip persaudaraan dalam Islam.
Sementara itu, Datuk Haji Mohammad Nakhaie sebagai Wakil Pembina YADMI, menyatakan, “Persoalan kebangkitan tidak akan berhasil dengan bicara retorik semata-mata tanpa disusuli dengan pembinaan sistem yang mampu diterjemahkan dalam praktis kehidupan. Pendekatan retorik vs sistem telah memperlihatkan kegagalan dan persoalan kebangkitan kekal sebagai intellectual exercises, sedangkan umat terus dilanda kemunduran dan kejahilan.” Datuk Nakhaie pun menyemangati bahwa kita harus berusaha keluar dari kepompong permasalahan dan membina pendekatan baru yang berasaskan sistem vs sistem untuk menggerakkan perubahan dan mengembangkan peradaban Melayu/Islam.
Ahmad Watik Pratiknya yang tampil sebagai pembicara ketiga dalam diskusi banyak mengelaborasi hak ekonomi sosial dari sudut pandang kedhaifan dan refleksi pelaksanaan dakwah. Ia pun mengusulkan skema reka ulang format dakwah unuk kaum dhuafa yang termaktub dalam empat langkah acuan, yaitu (1) pemahaman objek dakwah tentang keunikan dirinya dan dalam konteks perubahan yang dialami; (2) perumusan perubahan-perubahan perilaku yang diharapkan; (3) perumusan pendekatan, metode dan wahana dakwah yang tepat; (4) perumusan tujuan secara berjenjang/bertahap, berupa proses perubahan/interaksi yang berkelanjutan.
Diskusi hari itu ditutup dengan acara buka bersama dan sholat berjamaah.
Sementara pada hari kedua, 9 September 2009, diadakan silaturahim YADMI dengan Dewan Masjid Indonesia. Acara yang bertempat di Restoran Handayani Prima, Matraman, Jakarta ini diselingi dengan dialog terbuka mengenai persoalan umat.
Rangkaian kegiatan YADMI pun ditutup dengan diskusi yang diselenggarakan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang bertema meng-counter arus liberalisme. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 10 September 2009 dengan menghadirkan beberapa ulama intelektual setempat. (Ind)