Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank Negara Indonesia (BNI) pada 5 Oktober 2009 telah menyetujui pemisahan (spin off) Unit Usaha Syariah (UUS) BNI menjadi Bank Usaha Syariah (BUS) yang ditargetkan dapat beroperasi pada awal 2010. Persiapan yang telah dilakukan adalah dengan pengurusan izin PT ke Depkumham dan izin operasional ke Bank Indonesia. Selain itu, pengalihan karyawan dari UUS menjadi BUS telah dilakukan dengan memberi penjelasan kepada 500 karyawan UUS BNI. Secara infrastruktur, baik sistem, prosedur, dan pengambilan keputusan yang independen, UUS BNI dinilai siap bermetamorfosis menjadi BUS. Sementara soal modal, BNI menyiapkan modal sebesar Rp 1 triliun untuk pemisahan UUS BNI menjadi BUS. Jumlah ini dua kali lipat dari modal minimal yang ditetapkan Bank Indonesia untuk BUS hasil spin off, yaitu sejumlah Rp 500 miliar.
UUS Memang Didesain Temporer
Ada dua faktor yang melatarbelakangi dilakukannya spin off UUS BNI menjadi BUS, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal melingkupi komitmen kuat pemerintah terhadap pengembangan ekonomi syariah, antara lain: regulasi yang semakin kondusif, seperti dikeluarkannya Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 tahun 2008 tanggal 16 Juli 2008, UU No. 19 tahun 2008 tanggal 7 Mei 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, Peraturan BI tentang Bank Umum Syariah, PBI tentang Unit Usaha Syariah dan dalam pembahasan berupa penyempurnaan ketentuan pajak, termasuk pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN) terhadap produk yang berdasarkan prinsip jual beli serta kemudahan bank untuk melakukan spin off unit syariahnya.
Selain itu, potensi pertumbuhan bisnis syariah juga terus meningkat. Dalam 5 tahun terakhir, pertumbuhan perbankan syariah jauh melampaui perbankan konvensional. Perbankan syariah menunjukkan angka pertumbuhan yang sangat signifikan dengan total pembiayaan, dana pihak ketiga (DPK), dan pertumbuhan aset 34% per tahun. Hal ini jauh melampaui pertumbuhan bank konvensional sebesar 19% dan 25%, masing-masing untuk dana dan kredit pada periode yang sama.
Kesadaran masyarakat akan penerapan nilai-nilai syariah juga meningkat, hal ini dapat dilihat dari jumlah nasabah UUS BNI yang hingga saat ini mencapai 295.116 nasabah dan terus bertambah. Peluang pengembangan syariah pun masih terbuka lebar karena pangsa pasar perbankan syariah baru sekitar 2% dari total perbankan nasional. Hasil survei yang dilakukan pada tahun 2000-2001 di beberapa provinsi di Jawa dan Sumatra menunjukkan bahwa nasabah masih meragukan kemurnian prinsip syariah terhadap bank syariah yang dioperasikan secara dual banking system. Untuk menghindari keragu-raguan dan persepsi masyarakat tersebut, UUS perlu dikonversi menjadi BUS. Hal ini disampaikan oleh Gatot Suwondo, Direktur Utama BNI pada RUPSLB.
Tidak lupa pula bahwa benchmark kinerja BUS relatif lebih unggul dibandingkan UUS. Dengan menjadi BUS, BNI Syariah dapat mengundang investor terutama dari Timur Tengah dan dapat lebih menumbuhkembangkan BNI Syariah. Selain itu, setelah menjadi BUS, BNI Syariah akan menurunkan posisi financing to deposit ratio (FDR) menjadi di bawah 100%.
Sementara itu, faktor internal yang melatarbelakangi UUS BNI menjadi BUS adalah business plan UUS saat pendirian memang mendesain UUS bersifat temporer dan telah menargetkan spin off pada tahun 2009. UUS BNI juga telah memiliki kapabilitas dan kompetensi yang memadai, baik dari sisi SDM, sistem dan infrastruktur. Customer base yang dimiliki oleh UUS BNI juga cukup besar selain didukung oleh track record dan kinerja yang baik. Saat ini, UUS BNI mempunyai 25 kantor cabang syariah, 30 kantor cabang pembantu syariah, dan 700 syariah channeling outlet (window).
Fokus pada Segmen Retail dan UKM
Setelah menjadi BUS, segmentasi pasar BNI Syariah masih terfokus pada segmen retail dan UKM untuk jangka menengah. Namun, dalam jangka panjang, BUS BNI Syariah diharapkan dapat masuk ke segmen korporasi secara selektif dengan bersinergi baik dengan BNI maupun partner strategic lainnya.
BNI Syariah juga tetap akan menggunakan tag line “Insya Allah membawa berkah” karena dianggap masih valid dan relevan dengan pengembangan bisnis ke depan.
Mengenai strategi pemasarannya, BNI Syariah dalam jangka pendek (near term) akan tetap fokus pada segmen “broad retail” dengan memanfaatkan platform dan kompetensi yang dimiliki saat ini. Hal ini juga sejalan dengan proses dan tahapan penyusunan risk infrastructure BUS. Dalam jangka menengah, BUS mulai masuk ke segmen baru, yakni Selected Corporate/Wholesale sebagai opsi, yang dapat dipercepat dengan melakukan kerjasama dengan investor strategic yang memiliki pengalaman global dan kompetensi di segmen tersebut.
Secara internal, BNI Syariah akan berfokus pada upaya konsolidasi internal, termasuk di dalamnya proses clean up kualitas aktiva. Hasil tersebut digabungkan dengan proyeksi ke depan akan dihasilkan berapa besar persisnya modal yang ditempatkan dan termasuk kapasitas labanya. Namun, sebagai asumsi awal, BNI Syariah menargetkan pertumbuhan 3 tahun ke depan pada kisaran 30-35% pertahun, baik dari sisi dana maupun pembiayaan, dengan alokasi ke segmen retail dan komersial. Jumlah ini dapat meningkat, khususnya apabila investor baru masuk dengan membawa tambahan modal dan ekspertise.
Sejalan dengan hal tersebut, Achmad Baiquni, Direktur BNI mengungkapkan bahwa untuk pertumbuhan pendanaan BUS ditargetkan mencapai 40-45%, sementara untuk pertumbuhan pembiayaan ditargetkan 30-35%.
Persaingan dan ‘Policy’ 2010
Secara umum, peluang pengembangan pangsa pasar syariah masih terbuka luas, BUS BNI akan menggarap segmen-segmen yang baru, baik secara behavior maupun geografis, dengan tetap mengintensifkan segmen pasar yang telah dimiliki saat ini dengan memanfaatkan jaringan dan dukungan IT yang memadai, serta rangkaian produk yang lengkap dan inovatif. Sementara itu, kebijakan yang akan diambil BUS pada tahun 2010 adalah konsolidasi internal dan melengkapi infrastruktur organisasi guna menciptakan landasan pertumbuhan yang kuat ke depan. Selain itu, dilakukan pula redefine dan remapping target segmen, serta fokus pada peningkatan dana, recovery aset, dan ekspansi pembiayaan yang sehat. Hal ini sejalan dengan target BUS BNI Syariah, yaitu peningkatan jumlah nasabah 30-35% dan penjagaan kualitas aset dengan jumlah NPF di bawah 5%, serta CAR > 12%.
Produk dan CSR BNI Syariah
Produk BNI Syariah meliputi liabilities product, assets product, dan services (produk layanan). Liabilities product yang dimiliki BNI Syariah antara lain: BNI iB Giro (Wadiah), BNI iB Deposito/Time Deposits (Mudharabah), Tabungan iB Plus (mudharabah) + BNI Syariah Card, BNI iB Haji/ Hajj Savings (mudharabah), BNI iB Giro USD (wadiah), BNI iB Deposito/Time Deposits USD (mudharabah), Hajj Card. Assets product BNI Syariah terdiri atas consumer products dan commercial products. Produk konsumer antara lain: BNI iB Griya (murabahah) – mortgage loans, BNI iB Oto (murabahah) – Auto loans, BNI iB Multijasa (murabahah) – Multi purpose loans. Sementara produk komersial meliputi murabahah, mudharabah, musyarakah, bank guarantee, rahn, Qardhul Hasan, BNI Cerdas Syariah (ijarah), BNI Sehat Syariah (ijarah), BNI Sakinah (ijarah), BNI TKI Syariah – Labour Finance, BNI Islamic Card (Hasanah Card & ATM/Debit Card), IMBT, FX Finance.
Selain mengeluarkan produk, BNI Syariah juga menggulirkan Corporate Social Responsibility (CSR), antara lain: pengembangan dana qardh sebagai dana bergulir pada masyarakat di lingkungan kantor cabang BNI Syariah, yang bertujuan untuk mengembangkan usaha kecil serta meningkatkan taraf hidup masyarakat.
BNI Syariah juga memberi dana bantuan untuk korban bencana seperti gempa di Yogya, Tasikmalaya dan Padang.
Selain itu, BNI Syariah juga telah bekerja sama dengan Koperasi Peternak Sapi Perah Setia Kawan dalam melakukan pembinaan dan pendampingan kepada para peternak di di Nangkojajar-Pasuruan dalam rangka menyiapkan Mitra binaan dari penerima Program Kemitraan menjadi pengusaha mikro/kecil mandiri yang memenuhi syarat untuk memperoleh pembiayaan BNI iB Tunas Usaha.
Dengan berbagai faktor kesiapan tersebut, BUS BNI Syariah diharapkan dapat meningkatkan kualitas pasar bank syariah, produktivitas dan efisiensi, serta mendukung rencana percepatan pertumbuhan perbankan syariah.
(Ind/rep/bni)
foto: okezone