Bike for Da’i

"Assalamu’alaikum, Bapak, Saya di gunung ini, naik sepeda dari dusun," seru Zainal Muttaqin (30) mengabarkan dengan suara riang, Sabtu siang, 9 Juli lalu.

Zainal adalah da’i Dewan Dakwah Sumatera Barat yang sudah belasan tahun bertugas di Dusun Rokdog, Desa Madobak, Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.

Rokdog terletak di lembah perbukitan yang mengelilinginya. Dusun ini bisa ditempuh dari Desa Muara Siberut, ibukota kecamatan, dengan perahu kayu kecil (pompong) selama 3 jam mengarungi Sungai Sararekat. Muara Siberut sendiri terjangkau dari Padang dengan kapal laut selama 10 jam perjalanan.

Sinyal ponsel belum menjangkau Dusun Rokdog, sehingga Ustadz Zainal mesti jalan kaki selama kurang lebih 1 jam mendaki ketinggian gunung jika ingin bertelepon.

Tapi sejak mendapat kiriman sebuah Mount Bike dari LAZIS Dewan Da’wah, Rabu 6 Juli lalu, Zainal cukup mengayuh seperempat jam untuk mencapai spot sinyal seluler.

"Alhamdulillah, sepeda ini sangat mendukung aktivitas dakwah saya. Untuk koordinasi dengan Ustadz Mahmud di Madobag, kini saya tak perlu berjalan kaki 2 jam dari Rokdog," tutur Ustadz Zainal Muttaqin yang asli orang Rokdog dari kabilah Sakulok.

Suami Marianna pun berharap, dengan fasilitas transportasi tersebut tragedi yang baru dialaminya tak terulang lagi.

Pada Juni 2011, Nur Habibah Zahra, anak ketiga mereka yang masih bayi, demam dan batuk. Zainal dan istrinya menolak untuk mengobati putrinya pada dukun adat (sikkerei). Mereka berupaya memulihkan si bayi dengan ikhtiar sederhana, sambil menunggu saat yang tepat untuk membawanya ke Puskesmas di Muara Siberut.

Sayang, saat yang tepat itu tak jua datang. Sang Ustadz yang hanya mengandalkan hasil lading untuk makan sehari-hari, tak ada biaya sekadar Rp 300 ribu untuk membawa anaknya ke Puskesmas. Untuk mendapat pinjaman ke desa lain, terkendala sarana komunikasi dan transportasi. Nur Zahra pun meninggal dunia.

Direktur Eksekutif LAZIS Dewan Dakwah, Ade Salamun, menjelaskan, sepeda gunung yang diterima da’i tersebut berasal dari Zis QATAR. "Pengiriman sepeda untuk operasional dai di pelosok Nusantara itu merupakan Program Bike for Da’i," jelas Ade.

Kereta angin menjadi pilihan, karena jauh lebih ekonomis dibanding sepeda motor. Baik penggunaan maupun perawatannya. Di pedalaman Mentawai misalnya, sepeda motor masih termasuk barang mewah. Ongkos pengangkutannya mahal. Ditambah lagi harga bensin di sini sekitar Rp 9 ribu per liter. Itu pun langka sejak empat bulan terakhir.

Butuh perjuangan tersendiri untuk menyampaikan sebuah sepeda kepada dai pedalaman seperti Ustadz Zainal di Rokdog. Ade menerangkan, sepeda dibeli di Pasar Raya Kota Padang, karena selisih harganya lumayan jauh dibanding jika membeli di Muara Siberut. "Beda harganya bisa mencapai ratusan ribu per buah," katanya.

Dari Muara Padang, sepeda dibawa ke Darmaga Siberut dengan menumpang kapal motor kayu (Sumber Rejeki). Pengapalan dikenai charge jasa buruh angkut dan bagasi.

Sepuluh jam kemudian, tiba di Darmaga Siberut, sepeda harus menunggu antrean untuk dibongkar dari perut kapal. Lagi-lagi kena charge buruh angkut.

Selanjutnya sepeda dibawa ke Darmaga Muara Siberut dengan becak-motor. Menempuh jarak sekitar 7 km.

Dari Muara, sepeda diangkut dengan pompong menyusuri Sungai Sararekat selama sekitar 3 jam menuju Rokdog.

Jasa bongkar dan angkutan muatan di Darmaga Rokdog, menjadi rejeki anak-anak setempat.

Bayangkan betapa mahal dan berliku serta lelahnya perjalanan membawa sepeda dari Padang ke pedalaman Mentawai. Namun semua itu terbayar lunas dengan kemaslahatan sepeda nan tak teperi buat para da’i.

Dengan bersepeda, Ustadz Zainal yang lulusan SMA Rawamangun Jakarta tahun 1984, lebih intensif mengunjungi rumah-rumah jamaah yang dihubungkan jalan tanah atau tapak beton. Sistem gerigi sepeda membuat jalan yang naik turun gunung tak jadi masalah. Bahkan membuatnya sehat.

Maslahat besar sepeda gunung juga dirasakan Ustadz Mahmud (24) di Dusun Madobag. Alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir yang baru sebulan bertugas dakwah ini, mengakui kendala transportasi di dusunnya.

"Insya Allah dengan sepeda ini, dakwah lebih lancar. Setidaknya saya tidak lagi harus berjalan kaki sejauh satu kilometer untuk mendapatkan sinyal ponsel," kata da’i asal Siantan, Pontianak, Kalimantan Barat, ini sambil tersenyum.

LAZIS Dewan Da’wah mengajak kaum muslimin untuk mendukung Program Bike for Da’i. Cukup dengan Rp 1,75 juta (satu juta tujuhratus limapuluh ribu rupiah), sebuah sepeda gunung kiriman Anda bakal mendukung dakwah di pedalaman Nusantara.

Untuk informasi dan berinvestasi akhirat dalam program ini, silakan mampir ke Gedung Menara Da’wah Lantai 1 Jl. Kramat Raya 45 Jakarta, Telp. (021) 31901233; Fax. (021) 3903291. Atau silakan SMS ke nomor 08128109391. (nurbowo)