Pada saat kapal Mavi Marmara merapat di Sarayburnu, Istanbul Turki, Sebi Solidarity for Palestine (SSP) mengadakan acara bedah buku “Mavi Marmara Menembus Gaza”. Acara di laksanakan di Aula Al Ghazali STEI SEBI, Sawangan, Depok, Ahad (26/12). Acara ini masih merupakan salah satu rangkaian dari acara Syahru Inthifadhah. Bedah buku kali ini, langsung menghadirkan penulis buku Mavi Marmara Menembus Gaza, Ustadz Fery Nur, Ketua KISPA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina), dan Firtra Ratory (Reporter TV One) dan di moderatori oleh Aries Hermawan, staf kemahasiswaan STEI SEBI.
Sebagai pembicara pertama, ustadz Ferry Nur langsung menegaskan pentingnya membela tanah suci palestina, terutama Gaza. “Gaza adalah tempat lahirnya Imam Syafi’I, jadi terutama bagi mereka yang mengaku mazhab Syafi’I seharusnya wajib membela Gaza”, ungkapnya. Bahkan banyak non muslim sekalipun yang empati terhadap kondisi Gaza saat ini. Lantas mengapa umat Islam enggan untuk membela Gaza. Dihadapan kurang lebih seratus peserta mahasiswa beliau mengatakan “kita malu pada Allah, mereka non muslim saja peduli atas penderitaan saudara-saudara kita di Gaza, Palestina”.
Selanjutnya ustadz Ferry Nur lebih banyak bercerita tentang pengalaman beliau saat terjadi pembajakan dan pembantaian relawan di kapal Mavi Marmara. Terlihat mata beliau dan perserta berkaca-kaca ketika menceritakan tragedi kemanusiaan yang mendapat banyak kecaman dari berbagai pihak tersebut.
“Bayangkan!… Seorang pemuda yang sudah terluka parah, lalu di tembak dahinya dari jarak 45 cm, apa ini tidak kejam?!, apa ini tidak biadab?!”. Ungkap beliau dengan nada yang tinggi, sambil memperagakannya dengan mengacungkan jarinya ke salah seorang peserta dari jarak 45 cm.
Menurut Ustadz Ferry Nur, pelajaran yang bisa di ambil dari tragedi kemanusiaan kapal Mavi Marmara adalah menegaskan kepada dunia akan kebiadaban dan kebohongan bangsa Zionis.
Sementara Firtra Ratory, yang juga kenalan dekat ustadz Ferry Nur, diawal pembicaraannya sedikit mengomentari buku Mavi Marmara Menembus Gaza. Namun beliau lebih banyak bercerita tentang pengalaman beliau ketika mendapat tugas meliput serangan tentara Israel ke Gaza tahun 2008 dan pasca kejadian Mavi Marmara.
“Saya sempat menangis ketika bertemu dengan keduabelas relawan asal Indonesia di Yordania” ungkapnya.
Di akhir sesi tanya jawab, kedua pembicara lebih menekankan bahwa sebagai mahasiswa harus menjadi yang terbaik di bidangnya masing-masing, agar nantinya dapat membantu menyelesaikan permasalahan umat kedepannya, salah satunya permasalahan Palestina.
Sebagai tanda jalinan ukhuwah dan silaturrahim antara KISPA dengan Firtra Ratory dari TV One dan panitia acara, ustadz Ferry Nur bemberikan Kalender KISPA 1432H / 2011M, semoga bermanfaat. (d.Medikom SSP/Gustani/fn)