Indonesia International Motor Show (IIMS) 2010 memang telah usai. Namun, tema mobil ramah lingkungan masih diteruskan. Bahkan, PT Toyota Astra Motor memperkenalkan mobil ramah lingkungan bernama FT-EV. Seperti apa mobil konsep tersebut?
Mobil Listrik Ramah Lingkungan
Jelas saja FT-EV disebut-sebut sebagai mobil ramah lingkungan karena memanfaatkan tenaga listrik sebagai bahan bakarnya. Menurut Admal Syayid, Section Head Communication Department PT Toyota Astra Motor, pihaknya merancang FT-EV sebagai mobil futuristik karena alasan pemanasan global.
Admal Syayid, Section Head Communication Department PT Toyota Astra Motor
“Bensin sekarang menipis, juga ada efek dari global warming, banyak kandungan CO2 baik di industri maupun di perumahan. Otomatis itu akan menjadi efek negatif bagi bumi,” ujar Admal.
Karenanya, Toyota merancang mobil ramah lingkungan dengan tujuan mencapai zero emission. Selain FT-EV yang menggunakan listrik, ke depannya, Toyota juga akan mengembangkan mobil dengan hybrid fuse dan hidrogen. FT-EV sendiri berteknologi baterai baru dengan disain radikal yang belum pernah ada sebelumnya. Rencananya, mobil konsep ini akan mulai diproduksi massal pada 2012 di Jepang. Sementara, di Indonesia, masih butuh waktu lama untuk mewujudkan mobil futuristik itu, di antaranya penyediaan pom bensin listrik.
Di negara asalnya, Jepang, FT-EV II sudah diproduksi sekaligus merupakan penyempurnaan dari produk pertamanya. FT- EV II lebih kecil dari model Toyota manapun, bahkan dibandingkan micro-car Toyota iQ (mobil empat penumpang terkecil di dunia). Dengan ukuran sekecil itu, FT-EV II masih bisa mengakomodasi empat orang dengan layout tiga plus satu, seperti Toyota iQ. Komposisinya tiga orang dewasa dan satu anak. Jika tidak dipakai, kursi anak juga bisa diubah fungsinya jadi tempat barang. Kunci efisiensi ruang FT-EV II adalah penataan yang teliti dan berhati-hati soal penempatan baterai dan motor listrik. Hasilnya, ruang depan bisa dimanfaatkan untuk kompartemen penumpang.
Dalam IIMS 2010, Toyota menawarkan sekitar 21 mobil, di antaranya Avanza, Rush, dan Prius. Tentu saja, segmen yang disasar Toyota sangat luas, mulai dari kelas menengah hingga atas, untuk keluarga besar maupun kecil, bahkan bagi yang baru bisa mengendarai mobil. Dengan kisaran harga mulai dari Rp160 jutaan, Toyota optimis dapat bertahan dalam persaingan bisnis mobil.
Terus Berinovasi
Filosofi Kaizen rupanya dipahami betul oleh karyawan Toyota. Kaizen yang bisa berarti inovasi tiada henti tersebut benar-benar diterapkan mulai dari level bawah (produksi) hingga top manajemen.
“Kalau di Jepang itu, budaya Kaizen itu improvement, tidak pernah puas pada step tertentu. Bayangkan. Itu yang membuat budaya kerja. Dilakukan di semua level,” kata Admal.
Tak heran, Toyota seakan tak pernah berhenti mengeluarkan produk baru. Inovasi bagi Toyota tidak ada kata berhenti, hal tersebut berlaku di semua titik fasilitas, baik pelayanan, produk mobil, maupun penyediaan spare part.
Soal improvement rupanya juga berlaku dalam hal menangani masalah. Terkait dengan masalah fuel pump yang akhir-akhir ini terjadi, Admal mengakui, pihaknya juga berusaha dengan baik mengatasi complain dari pelanggan.
“Jadi, yang sekarang dilakukan adalah bagaimana kita mengatasi complain konsumen, menyediakan spare part itu. Kalau Toyota itu menjual mobil, tidak hanya menjual. Masalah kenyamanan bermobil pun kita perhatikan,” tandas Admal.
Toyota juga memberdayakan pekerja lokal dalam hal produksinya. Hal ini terlihat dari produk Avanza yang sebagian besar dibuat di Indonesia. (ind)