Inilah rahasia sukses bisnis masa kini: bisnis online! Tak perlu lapak dan toko ‘gede’, tapi dapat untung banyak. Pak Mukhlishin, adalah salah satu pengusaha muslim yang mencoba ‘nyemplung’ di bisnis online tersebut. Dengan kepercayaan diri tinggi dan yakin sukses, Mukhlishin mampu meraup omset yang cukup fantastik meski tokonya hanya di gang sempit.
Bermula dari Raihan
Siapa yang tak kenal Raihan? Mahasiswa dan aktivis dakwah serta komunitas muslim mungkin tak asing lagi dengan gerai Raihan yang cabang utamanya terletak di Jalan Pemuda, Rawamangun, tepat di depan Kampus Universitas Negeri Jakarta. Raihan adalah sebuah toko yang menjual berbagai pernak-pernik busana muslim, dari kepala hingga ujung kaki, dari obat-obatan herbal hingga kosmetik Islami. Dengan segmentasi pasar yang setia, Raihan pun mendapat nama. Namun, tak banyak yang mengenal siapa di balik kesuksesan Raihan, dialah Mukhlishin, bapak empat anak yang kini merintis menjadi pengusaha fashion muslim di dunia online.
Sejak awal tahun 2000-an, tepatnya setelah menikah, Mukhlishin mulai terjun ke industri fashion, khususnya busana muslim. Sebelumnya, dia pernah merasakan menjadi karyawan di toko buku I’tishom selama dua tahun. Pengalaman bekerja di I’tishom membuatnya menemukan peluang bisnis, yaitu busana muslim. Mulailah ia berjualan busana muslim dengan cara klasik: konsinyasi dan menitipkan barang dagangannya di beberapa tempat, dari Jakarta, Depok, Bogor, hingga Cikarang. Dua tahun berjalan, Mukhlishin dan istri mampu membeli ruko di Jalan Pemuda dan membuka Raihan. Waktu itu, strategi marketing yang sangat ampuh dilakukan oleh Mukhlishin yaitu dengan tagline: “Beli Jilbab Bisa Dapat Hape”. Karena telepon genggam saat itu masih menjadi barang langka, strategi ini pun langsung menaikkan omset Raihan hingga 40%. Kemudian, dua tahun berlalu, Mukhlishin sudah menyiapkan strategi baru yaitu dengan memberikan hadiah laptop, namun musibah menimpanya. Toko Raihan habis dilalap api pada tahun 2004, padahal ia baru saja membuka cabang Raihan di dekat stasiun Bogor. Bukan hanya barang dagangannya ludes, Mukhlishin pun harus menanggung utang kepada supplier. Ia memang menolak barang-barangnya ‘diputihkan’ oleh supplier karena tidak mau membebani supplier. Dari kejadian itu, ia bangkit dan dapat membuka cabang Raihan di Depok.
Selain membuka toko Raihan, Mukhlishin pun mencoba peruntungan dengan membuka warnet dan juga ikut MLM. Dari MLM tersebut, Mukhlishin menjadi Distribution Centre dan merasakan jalan-jalan ke Singapura dan Thailand, namun selang beberapa tahun, MLM tersebut bubar. Di sisi lain, usaha warnetnya kandas karena dirasakan tidak maksimal dalam keuntungan. Ia lalu bergabung dengan komunitas Tangan Di Atas (TDA), dan berkenalan dengan bisnis online.
Ambil Manfaat dari Kegagalan Kegagalan demi kegagalan pernah dilalui Mukhlishin dan keluarga. Setelah tokonya terbakar, usaha MLM dan warnet juga kandas, tapi ia terus berusaha untuk bangkit. Dari musibah yang menimpa tokonya, ia berpikir untuk menjadikan utang-utangnya kepada supplier sebagai motivasi untuk terus berusaha dan menghasilkan keuntungan yang banyak. Dari usaha MLM, ia bersyukur karena dapat menghadiri berbagai seminar motivasi dan wira usaha yang membuatnya bertahan hingga sekarang. Sementara dari usaha warnet, ia dapat mengenal bisnis online. Tak ada yang sia-sia.
Pertengahan tahun 2008, Mukhlishin membuat situs griyaraihan.com. Namun, ia terhenyak ketika menyadari bahwa bisnis online tak semudah yang dibayangkannya. Dalam bisnis online, dibutuhkan pelayanan yang cepat dan juga stok barang yang lumayan besar. Ia sempat terseok-seok menjalankan bisnis tersebut hingga muncul ide dengan membuka TanahAbang.asia dan menyewa ruko di Tanah Abang pada pertengahan 2009. Strategi mendekat ke supplier ternyata lumayan ampuh, hingga enam bulan berjalan, omsetnya lumayan fantastis.
Mukhlishin yang berlatar pendidikan pesantren dan sempat berkuliah di LIPIA selama tiga tahun ini rupanya banyak belajar dari para pengusaha Cina. Ia mengakui, tidak ada salahnya belajar dari para pengusaha Cina yang sudah sukses di industri fashion, sambil mencari celah agar pengusaha muslim dapat pula berkompetisi dengan mereka. Meski omset pakaian muslim turun naik sesuai musim, ia percaya usaha yang dirintisnya dapat sukses. Oleh karena itu, ia menyempatkan diri untuk fokus di SEO (search engine optimization) agar lebih banyak orang lagi yang mengenal TanahAbang.asia miliknya. Dengan bisnis online ini, Mukhlishin tidak perlu menyewa kios yang mahal di Tanah Abang. Ia mengistilahkan kios yang ditempatinya di Blok F Tanah Abang sebagai ‘tempat jin buang anak’ karena terlihat sepi dan tidak banyak kios yang dibuka. Bagi Mukhlishin, kondisi tersebut tidak masalah karena kiosnya digunakan sebagai gudang sementara bisnisnya tetap berjalan lewat online. Yang terpenting baginya adalah pelayanan yang cepat dan stok barang yang memadai. Dengan tiga karyawannya, Mukhlishin terus berusaha memenuhi permintaan pelanggan. Hingga saat ini, TanahAbang.asia menyediakan 700 item barang dari jilbab hingga kaos kaki dan setiap harinya terdapat 8-12 produk baru. Dalam waktu dekat, ia akan pindah ke ruko yang dapat menampung stok barang dagangannya.
Rahasia Sukses
Ketika ditanya rahasia sukses, Mukhlishin hanya tersenyum dan merasa belum mencapai kesuksesan. Namun demikian, dalam usahanya selama ini, ia terus mengamalkan hadits Rasulullah saw yaitu dengan banyak bersedekah dan memohon doa orang tua. Seperti yang dilakukannya saat ini, ia menargetkan untuk membebaskan tanah wakaf yang dicicilnya dengan harga Rp6 jutaan per bulan. Dari situ, ia termotivasi untuk terus meningkatkan omset dan menggenjot usahanya.
Mau tahu bagaimana cara merintis usaha online a la Mukhlishin? Beginilah caranya. Misalnya, A punya teman 4 orang, ingin membuka bisnis online busana muslim. Busana muslim juga banyak variannya, ada jilbab, rok, baju hamil, mukena, dan sebagainya. Tiap orang siapkan modal Rp20 juta dan tentukan fokus usahanya, misalnya jualan baju hamil. Kemudian, sewa kios di Tanah Abang agar dekat dengan supplier. Karena bersama-sama, jadi modal untuk stok barang dapat diminimalisasi. Dengan modal per orang Rp20 jutaan, sudah dapat menyediakan stok di atas Rp50 juta. Untuk sewa kios, tiap orang urunan Rp2 juta (dengan asumsi harga kios di tempat sepi Rp10 juta/tahun). Lalu, tiap orang membuat website sendiri-sendiri dengan perkiraan masing-masing sudah memiliki laptop. Bagaimana menyiasati stok barang? A misalnya cuma stok rok, B cuma stok jilbab. Untuk membedakan bahwa setiap rok itu punya A, setiap jilbab itu punya B, setiap produk itu tadi bisa diupload di setiap website. Kalau produknya laku di website yang lain, keuntungan tinggal dibagi dua. Setelah berjalan sekitar setahun, tiap-tiap orang akan dapat berjalan sendiri-sendiri karena sudah mempunyai brand masing-masing. Pangsa pasar pun tidak hanya dalam negeri, tapi bisa merambah ke luar negeri, omset Rp1 milyar pun bukan sekadar impian. Hmm, bagaimana? Tertarik untuk mencoba terjun ke bisnis online?? (Ind)