Jika ada yang bilang ‘modal dengkul’ itu impossible, ternyata hal itu bisa dipatahkan oleh Erita, owner UKHTI Collection, yang mengaku memulai bisnis hanya dengan berbekal konsep, tanpa uang. Siapa sangka, ide ibu rumah tangga tersebut dapat menghasilkan ratusan juta rupiah per bulan. Bagaimana kisahnya?
Mencari Celah
Sudah delapan tahun perkawinan dijalani Erita sebagai ibu rumah tangga biasa. Gelar sarjananya pun seakan tinggal kenangan. Namun, berawal dari menjadi agen sebuah produsen kaos muslimah, ide bisnis Erita pun dimulai. Gamis, rok, dan kerudung dengan merk UKHTI terlebih dahulu dipasarkan oleh Erita dengan cara menjahit ke seorang teman. Pada Mei 2008, seorang teman yang mempunyai usaha konveksi menawarkan kerja sama dan Erita pun menyambutnya dengan segudang konsep.
“Saya punya konsep tapi nggak punya modal, saya punya jaringan tapi nggak punya uang. Tapi teman saya mempercayakan,” ujar Erita yang ditemui di sela-sela pemotretan produk UKHTI terbaru.
Mulailah sejak saat itu, UKHTI kaos muslimah diproduksi massal sebanyak 150 pieces. Dengan jaringan yang sudah ada, Erita dapat dengan mudah memasarkan produk UKHTI. Kurang dari seminggu, UKHTI sudah laris di pasaran, permintaan pun semakin meningkat.
Erita mengakui, keunggulan UKHTI adalah dari segi desain, kualitas, dan harga. UKHTI menyasar ke tiga segmen yang masih belum terakomodasi oleh merk lain, yaitu anak-anak, remaja, dan dewasa (ibu-ibu muda).
“Jadi, memang ada tiga produk, kids, teen, dan UKHTI dewasa. Saya coba lihat peluang dari tiga itu,” kata Erita yang juga belajar dari kekurangan dan keunggulan produsen lain untuk menciptakan produk baru.
Selain harganya yang terjangkau, berkisar antara Rp55 ribu hingga Rp195 ribu, UKHTI juga mempunyai ciri khas bordir dan sablon (pada awal peluncurannya) dan kombinasi warna yang apik. Celah inilah yang terus dioptimalkan UKHTI untuk merebut hati masyarakat.
Dari Pemilik Mall Hingga Juragan Bahan
UKHTI ternyata mendapat sambutan luar biasa di Malaysia pada awal peluncurannya. Bisa jadi karena gencarnya promosi lewat dunia maya (website dan blog), hampir 75% produksi UKHTI diserap Malaysia pada tahun pertama UKHTI muncul. Sampai-sampai, sang pemilik mal di Malaysia yang ingin membeli UKHTI tersebut datang langsung ke Indonesia khusus untuk bertemu dengan Ibu Erita, owner UKHTI.
“Ternyata, dia kaget, UKHTI kok hanya diproduksi di satu rumah kecil,” ujar Erita menirukan sang pemilik mal tersebut.
Seiring berjalannya waktu, pada tahun kedua, UKHTI sudah mulai dilirik oleh konsumen dalam negeri. Hal ini juga hasil dari pertumbuhan jaringan UKHTI yang sudah mencapai 49 agen di seluruh Indonesia dan 7 agen besar di Malaysia.
Erita pun masih terus belajar berbagai teknik bisnis, khususnya yang berkaitan dengan fashion, seperti teknik pencelupan. Namun, Erita menyayangkan, sangat sedikitnya muslim yang memiliki pabrik bahan sehingga menjadi kendala bagi pebisnis fashion seperti Erita. Diakui Erita, bahan baku masih didapatkan dari non-muslim yang seringkali tidak adil dalam menerapkan bisnis dan lebih mengutamakan dari kalangan etnis tertentu. Oleh karena itu, Erita berharap, ke depannya, dengan menjamurnya industri fashion muslim di Indonesia, ada pengusaha muslim yang mendirikan pabrik bahan sehingga lebih mudah dalam suplai bahan baku.
Dukungan Suami dan Komunitas TDA
Alhamdulillah, dalam menjalani profesinya sebagai pebisnis sekaligus ibu rumah tangga, Erita sangat terbantu dengan adanya dukungan dari suami. Suami Erita bahkan resign dari tempatnya bekerja di salah satu bank BUMN untuk membantu Erita full-time. Berkat kerja sama yang apik antara keduanya, pertumbuhan UKHTI pun semakin signifikan. Pada produksi pertama, 100 pieces UKHTI terjual habis dalam hitungan minggu. Berikutnya, ketika UKHTI diproduksi sebanyak 300 pieces, dan saat iklannya mulai tayang di beberapa majalah, hampir setengah dari produksi tersebut sudah laku. Dari segi keagenan, tahun-tahun pertama UKHTI berdiri sudah dapat merangkul 35 agen dan per Juni 2010 telah mencapai 49 agen se-Indonesia.
Tak pelak, melihat industri fashion muslim di Indonesia yang semakin semarak, UKHTI pun menjadi salah satu alternatif kaus muslimah yang oke. Tak hanya kaus muslimah yang longgar dan panjang yang diproduksi UKHTI, tapi juga ada gamis dengan harga ekonomis dengan kualitas bahan yang bagus.
Erita juga tak memungkiri, dengan bergabung ke komunitas pengusaha seperti Komunitas Tangan Di Atas, secara tak langsung memberikan banyak motivasi dalam bisnis. Erita yang kini bergabung dengan Komunitas TDA Depok sangat appreciate dengan diselenggarakannya berbagai seminar dan pelatihan yang diadakan TDA. Selain motivasi, TDA juga memberikan tips bangkit di saat usaha sedang down yang otomatis sangat berguna bagi para pengusaha.
Anda yang tertarik dengan produk UKHTI, dapat mengunjungi situs www.myukhti.com. (ind)