Medio 1990-an mungkin sangat sulit menemukan salon muslimah di daerah Jakarta dan sekitarnya. Berawal dari peluang tersebut, Ratih Damayani membuka salon muslimah yang menjadi pionir dari menjamurnya salon muslimah yang kini ada. Dulu dikenal sebagai ‘salon jongkok’ kini dapat menghasilkan omset puluhan juta rupiah dalam sebulan.
Sarjana Komputer yang Jadi ‘Tukang Salon’
Ratih Damayani lulusan Universitas Gunadarma, angkatan 1992, jurusan Manajemen Informatika. Ketika kuliah, ia kesulitan menemukan tempat perawatan khusus muslimah. Ia pernah ‘terjebak’ di salon khusus wanita yang ternyata dimiliki oleh non-muslim sehingga membuat dirinya tidak nyaman. Adapula ketika creambath di sebuah salon tradisional, tiba-tiba anak laki-laki sang pemilik salon masuk ke ruangan ingin mengambil sesuatu dan Ratih pun ‘kecolongan’ lagi. Bermula dari kejadian tersebut, Ratih berinisiatif mengambil kursus salon dan kecantikan dan bertekad membuka salon khusus muslimah, padahal waktu itu, ia masih kuliah.
Konsumen awalan Ratih adalah para mahasiswi UI dan Gunadarma, seperti Asma Nadia dan Helvy Tiana Rosa. Saat itu, salon muslimah Ratih dikenal sebagai ‘salon jongkok’. Kenapa demikian? Karena peralatan yang minim, hanya berbekal dua bangku dan dua kaca, para konsumen harus jongkok dulu jika ingin dipotong rambutnya.
“Saat creambath, waktu itu, saya belum punya steamer, jadi pakai air hangat, masak air dulu. Wah, tradisional banget deh. Facial juga, dulu masih lima ribu, creambath lima ribu. Seru deh, pokoknya, abis selesai facial, tangan pada keriput,” ujar Ratih sambil tertawa.
Namun, masa itu dijalani Ratih dengan semangat dan makin banyak para muslimah yang datang ke salonnya.Saking banyaknya janji dengan konsumen, Ratih pun sempat melewatkan beberapa mata kuliah.
Tiga tahun kemudian, Griya Az-Zahro sudah mempunyai karyawan. Pada masa itu, Ratih juga ‘teken kontrak’ dengan Teater Bening sebagai make up character saat mereka manggung. Saat akhir pekan, Ratih dkk kebanjiran order, bahkan satu hari dapat melayani tiga acara. Maklum, ketika itu, Griya Az-Zahro sudah melayani paket pernikahan dan juga dekorasi sehingga pesanan pun membludak. Hingga saat ini, sudah sekitar 700 pengantin yang dirias oleh Griya Az-Zahro.
Pada tahun 2000, Griya Az-Zahro semakin berkembang dan pindah ke Jalan Nusantara, Depok, hingga tahun 2004. Tahun berikutnya, Griya Az-Zahro sudah dapat menempati bangunan tiga lantai yang terletak di Jalan Sarikaya hingga saat ini. Pada saat pindah ke Jalan Nusantara tersebut, Griya Az-Zahro mampu merekrut 100 orang sebagai member. Yang uniknya lagi, bukan para akhwat yang kebanyakan tertarik, tapi ibu-ibu biasa, bahkan ada yang pakai rok pendek.
“Waktu itu, saya cukup kaget juga. Justru yang pertama jadi member kita bukan akhwat, orang-orang yang ibu-ibu umum, pakai rok pendek, lama-lama pakai celana panjang. Malah ada yang jadi muallaf,” ungkap Ratih.
Member Lokal, Pejabat, Hingga Turis Mancanegara
Griya Az-Zahro ternyata juga mempunyai pelanggan yang setia. Dari 2.700 member yang tercatat hingga saat ini, beberapa di antaranya adalah para pejabat (pemerintahan Depok), wanita non-muslim, dan turis mancanegara. Biasanya, pada masa liburan, wisman yang berasal dari Malaysia, Belanda, dan Prancis tersebut mampir ke Griya Az-Zahro hanya untuk perawatan.
“Target dia setiap tahun kemari memang untuk perawatan. Karena dia bilang, disana pijatnya nggak enak. Pernah kejadian, waktu dia datang dari Prancis, pertama tujuannya ke sini dulu sebelum liburan ke mana-mana, setelah tahu tutup jam 6, dia pulang dan nangis,” kata Ratih yang juga membuka kursus salon dan kecantikan bagi para muslimah.
Yang menarik dari Griya Az-Zahro, selain perawatan tubuh yang lengkap untuk muslimah, adalah salon untuk para pria. Disediakan tempat khusus bagi para bapak yang sambil menunggu istrinya perawatan, juga dapat melakukan perawatan sama seperti istrinya. Biasanya, para bapak tersebut dipersilakan naik ke lantai tiga yang akses masuknya dari tangga di sisi depan salon sehingga tidak melewati tempat perawatan para muslimah.
“Maksud kita adalah agar bapak-bapak yang nunggu itu juga bisa perawatan. Banyak ya yang sudah rutin, mulai dari facial, lulur, massage,” ujar Ratih yang kini mempunyai 16 orang pegawai.
Melihat geliat Griya Az-Zahro yang semakin berkembang, ternyata tak membuat Ratih tertarik untuk membuka cabang. Namun, sistem franchise pernah dilakukan Ratih hingga berdiri beberapa salon muslimah di berbagai daerah. Sistem franchise tersebut juga tidak bersifat permanen, tapi hanya dalam jangka waktu dua tahun. Setelah itu, franchisee dapat mendirikan salon sendiri dengan nama berbeda.
Berbagi ilmu, itu yang lebih penting bagi Ratih, ketika ditanya alasan tidak membuka cabang.
“Kita bantu teman-teman yang mau buka salon, dari sisi pendiriannya, dan untuk nama, bagi kita nggak penting. Saya membantu orang-orang yang ingin punya salon walaupun dengan nama mereka sendiri, berbagi ilmu, itu lebih penting,” tandas Ratih yang juga merangkul beberapa salon di Depok untuk pelatihan, misalnya Salon Sari Soekresno, Aniefa, dan Bu Astuti.
Impian Miliki One Stop Shopping, Muslimah Center
Ratih, yang juga General Manager Nun Collection, memiliki impian untuk mendirikan muslimah center dengan konsep one stop shopping.
“Impian saya yang terbesar, saya ingin membuat muslimah center di Depok, lengkap dengan kolam renang, sport center, salon muslimah dan salon prianya, termasuk gedung pertemuan, kolam renang, satu paket,” ujar Ratih berbinar.
Impian tersebut rupanya dapat terwujud melihat begitu terampilnya Ratih mengelola bisnis yang dijalaninya saat ini. Dengan memanfaatkan jaringan yang sudah ada, Ratih mampu menggaet pasar luar negeri, seperti Singapura dan India. Selain Griya Az-Zahro, Ratih juga membuka butik yang menjual berbagai perlengkapan muslimah, dari gamis eksklusif dengan harga terjangkau, perlengkapan haji dan umroh, hingga pakaian renang syar’i khusus muslimah dengan desain yang unik. Dalam waktu dekat, Ratih juga akan meluncurkan produk jilbab terbaru dengan brand “Jilan”, yang berarti ‘pilihan terbaik’. Jilbab dari bahan jersey yang dapat dipakai untuk bekerja maupun santai tersebut akan dibandrol dari harga Rp60 ribu dan di-launching saat PKS Expo, 16—20 Juni 2010 mendatang di Kawasan SCBD. Nantinya, produk jilbab dari Ratih akan segera menyusul dengan aneka model dan motif, seperti dengan hiasan payet, sulam pita, lukis, hingga airbrush. Selain itu, Ratih juga berencana membuka biro haji dan umroh.
Di antara seabreg bisnis yang dilakoninya, ibu satu anak ini merasa belum sampai di puncak kesuksesan. Salonnya yang mampu menarik 600-an pengunjung setiap bulannya serta menghasilkan omset puluhan juta rupiah, belum terhitung penghasilan dari bisnis lain, tidak menyilaukannya untuk berhenti sampai di sini. Ratih terus berusaha membuka sentra bisnis baru, contohnya membuat Az-Zahro Skin Care yang merupakan pengembangan dari bisnis salon yang dijalaninya.
Bagi Ratih, orang yang menganggap harus memulai bisnis dengan modal besar, itu salah besar.
“Mulai berbuat besar, akan berbuat besar. Kalau kita berbuat kecil, hasilnya juga kecil. Cukup dengan modal yang kita mulai dengan yang ada dengan perhitungan, maka bisnis itu pertama, orang mau bisnis, punya tekad, kemauan yang kuat dan tinggalkan semua kekhawatiran, “ungkap Ratih membocorkan rahasia suksesnya.
Yang penting adalah niat yang benar, usaha yang maksimal, lakukan dengan cara yang baik, dan serahkan hasil kepada Allah. InsyaAllah, sukses di tangan kita.
Griya Az-Zahro dapat Anda temui di Jalan Sarikaya III No. 146 RT 05 RW 14, Depok, (samping SMUN 1). Telp. 021-7777 222. e-mail: [email protected]. (ind)