Sungguh miris di negara berpenduduk muslim terbesar di dunia ini, sertifikasi halal masih diperdebatkan. Ada perusahaan yang tidak menganggap penting label halal di produknya, atau bahkan, ada yang memalsukan label halal hanya karena menganggap biaya sertifikasi halal hanyalah tambahan biaya yang akan menguras kantong perusahaan mereka.
Lukmanul Hakim, Direktur Eksekutif LPPOM MUI, mengatakan, perusahaan yang masih menganggap bahwa sertifikasi halal adalah biaya tambahan, berarti mereka tidak bisa menghitung.
“Coba bandingkan dengan biaya iklan mereka, milyaran! Sementara biaya sertifikasi halal itu nggak sampai Rp20 juta,” ujar Lukmanul seusai Press Conference International Halal Business and Food Expo 2010 di Gedung MUI, Selasa (18/5).
Selain itu, Lukmanul menambahkan, advantage value dari label halal itu sangat luar biasa. Halal sudah mengglobal, bahkan perusahaan dari Eropa dan Amerika berlomba-lomba mengklaim produk mereka sudah halal, seperti yang dilakukan oleh Nestle, McDonald, dan KFC. Belum lagi, disediakan counter khusus muslim food di beberapa supermarket di negara mereka.
“Total muslim di dunia itu lebih dari 1,5 milyar, lho. Itu potensi bisnis yang tinggi. Jadi, kalau ada perusahaan yang masih berpolemik seperti itu, berarti dia tidak bisa menghitung,” tegas Lukmanul.
Selanjutnya, Lukmanul menyambut baik adanya International Halal Business and Food Expo 2010 yang juga merupakan ajang kerja sama antara MUI, Kementerian Agama, dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Khususnya yang disebutkan terakhir, Lukmanul beranggapan, kerja sama dengan Depbudpar sudah lama ditunggu-tunggu terkait dengan potensi wisata di Indonesia.
“Alhamdulillah, sekarang bisa sinergis dengan Depbudpar. Karena bagaimana Indonesia ingin menjadi World Halal Center kalau ternyata pariwisatanya belum halal?! Semoga dengan kerja sama ini, cita-cita Indonesia sebagai pusat halal dunia bisa tercapai,” kata Lukmanul.
Industri bisnis halal di Indonesia sudah mengalami perkembangan yang menggembirakan. Selain perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah non-bank sudah mulai marak dan dikenal, ada pula hotel syariah seperti Hotel Sofyan. Selain itu, Garuda Airlines sebagai maskapai penerbangan nasional juga mulai menyediakan layanan makanan halal bagi para penumpangnya. Ke depannya, beberapa industri dan usaha juga bakal dirintis menjadi bisnis halal, di antaranya, spa.
Wah, terbayang ya, bagaimana spa yang halal?!
“Ya dari sistemnya, bahannya. Yang penting, kita bisa mengidentifikasi dan mengklasifikasi, mana yang halal, mana yang non-halal. Karena masyarakat kita heterogen, itu diserahkan ke masyarakat, memilih yang mana,” ujar Lukmanul.
Makin semangat rasanya bagi masyarakat Indonesia yang suka wisata, baik wisata kuliner maupun wisata-wisata yang lain, jika sudah ada sertifikasi halal di berbagai bisnis. Nah, untuk mengetahui apakah bisnis atau makanan yang sudah halal, tak ada salahnya Anda mengunjungi International Halal Business and Food Expo 2010 yang akan digelar di JCC, 23—25 Juli 2010. (ind)