Organisasi Ikhwanul Muslimin di Libya menyebut aksi penculikan yang dilakukan oleh sekelompok orang bersenjata terhadap Perdana Menteri Libya Ali Zaidan pada hari Kamis (10/10) kemarin, sebagai aksi sandiwara belaka.
Ikhwanul Muslimin Libya menuduh bahwa aksi penculikan ini hanya untuk mengalihkan fakta bahwa Perdana Menteri Ali Zaidan telah gagal dalam menjalankan amanah pemerintahan.
Dalam wawancaranya dengan kantor berita Jerman, salah seorang petinggi Ikhwan Bashir Kabti mengatakan “ada keyakinan bahwa apa yang terjadi dalam aksi penculikan tersebut merupakan sandiwara belaka. Tujuan nya adalah untuk memenangkan simpati rakyat Libya, dan menutupi kegagalan Ali Zaidan dalam mengatur negara.”
Dalam wawancara tersebut, Bashir Kabta juga berbicara mengenai fakta-fakta kegagalan Pemerintah Zidane di sisi keamanan, termasuk kegagalannya dalam membangun tentara nasional Libya., dan gagal menghentikan penututpan pelabuhan minyak Libya.
Ali Zidan diculik oleh sekelompok orang bersenjata pada hari Kamis pagi dari kediamannya di Corinthia Hotel di kota Tripoli, dan kemudian dilepaskan beberapa jam kemudian setelah intervensi dari pasukan bersenjata pemerintah.
Pihak keamanan Libya saling tuduh mengenai aksi penculikan ini, Departemen Pemberantasan Kejahatan yang berada di bawah Kementerian Dalam Negeri dituduh bertanggung jawab atas aksi penculikan ini. Sementara itu, pejuang Revolusioner yang dituduh sebelumnya oleh Departemen Pemberantasan Kejahatan telah membantah bahwa pihaknya ikut bertanggung jawab atas aksi tersebut. (Aljazeera/Zhd)