(2). Bersanding dengan kekuatan laut besar lainnya seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Prancis, yang telah lebih dulu menempatkan kekuatan lautnya Djibouti.
(3). Bukti ekspansi armada laut Cina sebagai kekuatan blue water navy.
Melalui format kerjasama maritim Cina-Djibouti ini, secara jelas menggambarkan bahwa dalam upaya mewujudkan keunggulan maritimnya di Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur, kemudian menerapkan modus kerjasama ekonomi dengan negara-negara lain dengan berkedok sebagai kerjasama ekonomi. Padahal tujuan strategisnya adalah penguasaan geopolitik maupun pemanfaatan geosrratragisnya.
Untuk mencermati sepak-terjang angkatan laut Cina, kekuatan angkatan lautnya memang harus kita kenali secara seksama. Salah satu yang layak sorot adalah akuisisi kapal induk CV-16 Liaoning eks Rusia yang dibeli dengan harga murah (USD 20 juta). Meskipun Liaoning merupakan kapal induk bekas dengan ukuran relative kecil sehingga kurang ideal sebagai penopang gugus tempur laut di garis depan, namun kapal induk ini sangat berguna untuk meningkatkan kemampuan operasional angkatan laut Cina.
Setelah mengalami perbaikan menyeluruh, CV-16 Liaoning kini digunakan untuk pelatihan pendaratan dan lepas landas pesawat tempur angkatan laut Cina. Seperti Shenyang J-15 flying shark (tiruan Sukhoi Su-33 yang dirancang khusus untuk mendarat dan tinggal landas di dan dari kapal induk).
Sebagai kapal induk, Liaoning mampung mengangkat 24 pesawat tempur J-15, 6 helikopter antikapal selam Changhe Z-18 F, 4 helokopter peringatan dini, Changhe Z-18m dan 2 helikopter SAR Harbin Z-9 C. Namun dibandingkan kemampuan kapal induk AS, Cina masih jauh ketinggalan. Misal, Liaoning belum mampu menampung pesawat peringatan dini jarak jauh sekelas F-2 D dan pesawat angkut logisitik sekelas Grumman C-2 Greyhound.
Meskipun masih ketinggalan jauh dari kekuatan laut AS, namun kehadiran Liaoning diiringi dengan armada laut Cina yang lebih modern, tetap merupakan ancaman serius bagi AS dan sekutu-sekutunya. Krisis Korea yang semakin memanas dengan penempatan dan pergelaran sistem partahanan rudal-rudal anti rudal THAAD AS di Korea Selatan, maka kehadiran kapal induk Liaoning maupun pesawat tempur model J-15 Shenyang tetap masuk kategori ancaman nasional bagi Pentagon. Apalagi kapal selam dengan peluru kendali berhulu ledak nuklir tetap berbahaya bagi AS dan negara-negara yang memandang Cina sebagai musuh atau pesaing.