Eramuslim.com – Dalam diskusi yang mengangkat tema ‘2018, Tahun Politik Nan Penuh Tantangan” saya mengajak dan mengajukan sejumlah pertanyaan tentang demokrasi yang kita anut dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kita sering asyik membicarakan proses-proses yang berlangsung dalam demokrasi kita. Bicara tentang calon, tentang survei, tentang uang mahar, tentang biaya politik, tentang cara kampanye dll. Terutama saat menghadapi Pilkada, Pileg dan Pilpres. Asyik bagi mereka yang akan meraih jabatan dan mereka yang kecipratan duit dari proses-proses demokrasi tsb.
Namun sangat jarang dan lupa membahas secara mendalam tentang output demokrasi yang sudah berlangsung 20 tahun sejak reformasi.
Mengenai apa saja? Apakah hasil demokrasi kita sesuai dengan teori ( Dudley Sears?) yang mengatakan Pemerintahan yang berhasil dalam pembangunan adalah Pemerintahan yang berhasil mengurangi kemiskinan, mengurangi pengangguran dan menekan kesenjangan sosial (indeks gini ratio). Bagaimana posisi Indonesia dalam tiga (3) indikator tersebut pasca demokrasi liberal sekarang?
Apakah kualitas kepemimpinan bangsa makin meningkat atau malah sebaliknya? Apakah moral dan mental rakyat makin bagus dan patut dibanggakan di kancah Internasional? Bagaimana indeks IPMnya dibanding negara Asia lainnya? Makin meningkatkah?
Apakah sistem sekarang mampu mendayagunakan SDM potensial dan cerdas sehingga optimal berkontribusi bagi pembangunan bangsa? Atau malah yang baik-baik banyak berada di luar sistem dan tersingkir ?