Eramuslim.com – Hacker melancarkan salah satu serangan terbesar yang pernah terjadi pada Jumat (21/10/2016). Serangan yang menggunakan ratusan ribu perangkat yang terhubung ke internet ini membuat situs-situs besar di AS dan Eropa mendadak lumpuh, sebagaimana dilansir Reuters.
Serangan tersebut ditujukan kepada perusahaan infrastruktur jaringan internet Dyn di New Hampshire. Klien-klien perusahaan ini seperti Twitter, Paypal, Airbnb, Spotify dan banyak lainnya mengalami gangguan koneksi beberapa kali selama serangan berlangsung dari jam 7 pagi waktu setempat hingga sore.
Beberapa situs besar lainnya yang tidak bisa diakses di AS dan beberapa bagian Eropa adalah Mashable, CNN, New York Times, Wall Street Journal, Yelp dan beberapa anak perusahaan internet di bawah naungan Amazon.com Inc.
Serangan ini tidak mempengaruhi konten dan fungsi situs, tapi membuat akses melambat atau bahkan pengguna tidak bisa masuk. Dalam kasus Paypal, pengguna di AS dan beberapa negara Eropa tidak bisa melakukan pembayaran.
Dyn mengatakan serangan ini berdatangan dari jutaan alamat internet, menjadikannya salah satu serangan hacker terbesar yang pernah terjadi. Ahli keamanan jaringan mengatakan serangan diduga berbentuk denial-of-service atau DDoS yang membuat situs mati karena kebanjiran permintaan akses.
Menurut kepala strategi Dyn, Kyle York, pelaku menggunakan ratusan ribu perangkat internet yang telah diinfeksi kode perusak sehingga mampu melumpuhkan situs-situs besar, dimulai dari bagian timur Amerika Serikat lalu menyebar hingga Eropa.
“Kerumitan serangan ini menjadikannya tantangan bagi kami,” kata York.
Para hacker juga memanfaatkan layanan penghubung lalu lintas internet seperti yang ditawarkan oleh Google milik Alphabet Inc dan Open DNS milik Cisco Systems Inc. Hal ini membuat Dyn kesulitan untuk memutus aliran situs penyerang.
Dyn mengaku telah berhasil mengatasi serangan tersebut pada pagi hari yang berlangsung selama dua jam.
Beberapa jam kemudian serangan kembali dilancarkan, dan menyebabkan gangguan yang sama. Pada sore harinya, serangan ketiga muncul dan kembali harus dilawan.
Kasus ini terjadi di tengah ancaman siber yang dialami AS, termasuk tudingan keterlibatan hacker asal Rusia.
Namun belum diketahui dari mana serangan kali ini Departemen Keamanan Dalam Negeri AS dan FBI sedang menyelidiki kasus ini.(jk/arrahmah)