Beberapa Gerakan Islam di Mesir mengecam kebijakan partai Nur yang akan memilih “Ya” untuk rancangan Konstitusi baru, dan menganggap hal tersebut sebagai pelengkap kebijakan partai untuk mendukung sistem saat ini.
Ala’ Abu Nasr, Sekjen partai Pembangunan dan Pengembangan, sayap politik Jama’ah Islamiyah Mesir, mengatakan dalam akun facebooknya, “apa yang disebut konstitusi baru ini tidak tepat disebut dengan nama itu, dan tempatnya adalah tempat sampah.” dan dalam mengomentari sikap partai Nur ia mengatakan,”sungguh aneh, bahwa kita menemukan mereka yang menyebut dirinya gerakan Islam dengan kebohongan, mengajak untuk berpartisipasi dalam referendum dan memilih “ya” untuk Konstitusi baru.”
Sedangkan Safwat Abdul Ghani, salah satu anggota majelis Syuro dari Jama’ah Islamiyah mengatakan,”tidak pilihan lain bagi gerakan Islam kecuali memboikot referendum, dan seruan partai Nur tidaklah mengejutkan..” melihat bahwa selama ini Nur selalu berada di pihak pemerintah kudeta.
Selain itu, Abu Samrah, Sekjen Partai Islam juga mengomentari sikap Nur,”partai Nur berusaha untuk menghacurkan proyek Islam,sebelumnya Nur menyebut dirinya partai Islam namun ia jatuh kepelukan “keamanan”, hingga pemimpinnya terpecah belah, ketika sebagiannya menolak masuk dalam komite 50.”
Mahmud Fathi, Pemimpin partai “al-Fadhilah” mengatakan,”seruan partai Nur tertolak, bahwa partai Nur Salafu memerangi Islam dengn bergabung bersama gerakan Sekuler Ateis, untuk memadamkan segala yang berbau Islam..” (hr/im)