eramuslim.com – Mantan Perdana Menteri (PM) Israel Ehud Olmert menyampaikan kekhawatiran bahwa dukungan internasional terhadap Tel Aviv “terkikis dengan cepat” sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza. Olmert menyalahkan PM Benjamin Netanyahu dan strategi perangnya sebagai penyebab menurunnya dukungan.
Tidak hanya itu, Olmert juga mencetuskan bahwa perang melawan Hamas di Jalur Gaza seharusnya diakhiri karena Israel sudah meraih kemenangan.
Seperti dilansir Al Arabiya, Jumat (5/7/2024), pernyataan itu disampaikan Olmert, yang menjabat PM Israel periode tahun 2006-2009 lalu, dalam wawancara dengan wartawan Al Arabiya English, Rosanna Lockwood, baru-baru ini.
“Saya pikir itu (dukungan untuk Israel-red) terkikis dengan cepat. Tidak ada pertanyaan soal itu,” sebutnya.
“Saya pikir sebagian besar negara-negara yang mendukung Israel pada dasarnya masih menjadi pendukung dan sahabat negara Israel dan rakyat Israel, tapi belum tentu mendukung pemerintah Israel,” jelas Olmert dalam pernyataannya.
Dia menyalahkan penurunan dukungan global untuk Tel Aviv itu pada apa yang disebutnya sebagai “kesombongan dan kebrutalan” Netanyahu.
“Ini adalah akibat dari sikap terhadap perdana menteri. Saya pikir ini bukanlah perubahan dramatis atau fundamental dalam sikap dasar negara-negara tersebut terhadap negara Israel dan rakyat Israel,” ucap Olmert.
Dalam wawancara tersebut, Olmert juga mengomentari perang yang terus berkecamuk antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza. Olmert menegaskan bahwa perang “harus dihentikan sekarang” karena Tel Aviv sudah “menang”.
“Perang seharusnya dihentikan sekarang. Saya tidak melihat manfaat signifikan apa pun untuk melanjutkan konfrontasi militer. Israel telah memenangkan konfrontasi militer ini. Hamas telah melemah secara dramatis … sekarang saatnya untuk memulangkan semua sandera secepat mungkin,” cetusnya.
Lebih lanjut, Olmert menuduh Netanyahu lebih memprioritaskan karier politiknya di atas kepentingan negara Israel. Dia meragukan Netanyahu akan menyetujui gencatan senjata dengan Hamas jika hal itu berarti mempertaruhkan dukungan dari anggota garis keras dalam koalisi pemerintahannya.
“Berdasarkan pengalaman yang kami miliki dengan Netanyahu, dia akan lebih mengutamakan kepentingan pemerintahannya dan mengutamakan stabilitas koalisi ini dibandingkan kepentingan nasional Israel,” sebutnya.
Kendati demikian, Olmert mengatakan dirinya tidak meyakini bahwa Netanyahu harus diadili atas kejahatan perang. Dia juga membela tindakan pasukan Israel dalam perang di Jalur Gaza.
“Saya pikir tidak ada perintah dari siapa pun di Israel … untuk menembak tanpa pandang bulu terhadap warga Palestina,” ujarnya.
Dalam wawancara itu, Olmert mengakui hilangnya banyak nyawa warga sipil Palestina dalam operasi militer Israel di Jalur Gaza. Namun dia menyalahkan Hamas, dan menuduh kelompok militan Palestina itu bersembunyi di dalam infrastruktur sipil — tuduhan ini telah dibantah oleh Hamas.
Laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza, seperti dilansir AFP, menyebut sedikitnya 38.011 orang tewas akibat rentetan serangan Israel selama nyaris sembilan bulan terakhir perang berkecamuk di Jalur Gaza. Sekitar 87.445 orang lainnya mengalami luka-luka akibat perang di wilayah tersebut.
(Sumber: Detik)