Sekitar 2500 orang dari berbagai tempat di Lampung memadati indoor Gedung Sumpah Pemuda Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Way Halim Bandar Lampung, Ahad (12/06/2011) dalam acara Konferensi Rajab 1432 H yang diselenggarakan DPD I HTI Lampung.
Dari pagi hingga menjelang Zhuhur, hadirin antusias tak beranjak dari duduknya hingga akhir acara. Mereka mengikuti dengan seksama seruan tegaknya khilafah di Bumi Ruwa Jurai itu. Orasi pembicara dan testimoni ulama yang disertai tarian saman dan nasyid berirama semangat kemenangan Islam menambah semangat tersendiri kepada hadirin.
Pekik takbir dan seruan syariah dan khilafah bergema berulang kaliditeriakkan oleh para peserta disertai kibaran bendera hitam dan putih bertuliskan dua kalimat syahadat, Arrayah dan Alliwa.
Ketua DPD I HTI Lampung Ust Abu Muhammad dalam sambutan hangat penuh apresiasi pada peserta Konferensi Rajab menyampaikan, sebelum diruntuhkannya khilafah oleh imperialis Inggris pada 28 Rajab 1342 (3 Maret 1924), umat Islam pernah berjaya dan memimpin peradaban dunia.
Mengutip Will Durant dari bukunya The Story of Civilization, ia mengingatkan bahwa pada masa khilafah dulu, para khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan manusia. Sistem khilafah mampu menjamin masyarakatnya hidup sejahtera.
“Sementara kehidupan umat Islam saat ini melarat dan tercabik-cabik dalam 57 negeri,” pekiknya.
Sedangkan orator kedua, Ust M Warji berbicara tentang Indonesia dalam cengkeraman kapitalisme global. Meski tidak dengan cara militer, Indonesia saat ini masih terjajah. Buktinya tidak sedikit kekayaan alam Indonesia dikeruk asing dan itu dilegalkan dalam banyak UU yang dibuat DPR. “Semuanya menguntungkan asing ketimbang rakyat!” ujarnya.
Sementara itu, Ust Abu Farhat dan Ust Yung Eko dalam orasinya menyebutkan khilafah sebagai solusi untuk mengentaskan problematika yang dihadapi umat. Pangkal keterpurukan umat Islam tersebut menurutnya adalah disebabkan ketiadaan khilafah sebagai institusi politik Islam yang menaungi umat dan melindungi dari rongrongan para penjajah.
Sehingga jawaban atas keterpurukan umat Islam adalah dengan menegakkan kembali sistem khilafah. “Sudah saatnya, kita saling satukan pikiran dan hati kta demi tegaknya khilafah”, tandas keduanya serentak.
Konferensi Rajab hari ini juga diramaikan aksi teatrikal oleh para pemuda Islam yang berupaya menggambarkan keadaan umat Islam tanpa khilafah.
Selain itu, Konferensi ini juga menghadirkan perwakilan ulama pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Huda 606 Kalianda/ketua Forum Komunikasi Ponpes se Lampung Selatan Kyai Endang Ahmad Arif. Dari tokoh pengusaha Lampung diwakili dr. Tito Sunarto, S.H. Tokoh intelektual Dr. Iing Lukman, P.h.D. Tokoh muballighoh Dra. Hj. Rosniawati, serta tokoh mahasiswa dari Universitas Lampung el-Jundi Khomsin Romadon.
Kesemua tokoh memberikan testimonial di podium. Para tokoh juga secara simbolik memberikan dukungan penegakan Syariah dan Khilafah, dengan menerima bendera Arrayah dan Alliwa dari Ust Abu Muhammad.
Konferensi ini juga diselenggarakan di seluruh 29 kota besar Indonesia sejak 2 Juni hingga 29 Juni dari ujung Timur Jayapura hingga ujung Barat Banda Aceh. Dan puncaknya pada 29 Juni di Stadion Lebak Bulus Jakarta.(joy)