Di Gaza, Palestina, pengepungan oleh Israel telah lama menyebabkan stagnasi ekonomi dan akses terbatas pada makanan, medis dan bantuan pembangunan. Tetapi bulan Ramadan terus berlangsung, dan semangat tinggi kembali hadir, menyelimuti setiap rumah di sana.
Lentera yang muncul mana-mana di bulan Ramadan, menerangi sepanjang malam. Lentera Ramadan di Gaza biasanya diimpor melalui terowongan bawah tanah Gaza.
Seorang pemilik toko tengah membaca Al Qur’an di tokonya sambil menunggu jualannya. Di Gaza, bahkan di bulan lainpun Al Quran berdengung sedemikian rupa, apalagi di bulan Ramadan.
Ramadhan adalah waktu untuk memberi hadiah. Tapi tidak semua orang punya uang untuk membeli barang. Perekonomian Gaza terus stagnan, dan pengangguran mencapai 60%.
Seorang anak laki-laki menjual pakaian di pinggir jalan.
Kurma, salah satu makanan yang selalu melimpah setiap Ramadan.
Daging juga mengalami permintaan yang tinggi selama bulan Ramadhan.
Para peneliti mengatakan kali ini adalah Ramadan yang terpanas dalam 30 tahun terakhir, dan dengan seringnya pemadaman listrik di Gaza, sulit sekali untuk mengalahkan panas yang menyengat.
Untuk melaksanakan tarawih, rakyat Gaza menggunakan generator.
Pada siang hari, orang-orang berkumpul di masjid untuk mendengarkan ceramah dan kajian selama bulan Ramadhan. (sa/pn)