Seringan apapun jalan bagi mereka yang ingin berjihad di jalan Allah swt, selalu ada yang memberatkan hati. Dan seberat apapun yang akan dihadapi, tak akan pernah dihindari.
Itulah mungkin yang terlihat dan terasakan pada aktivis Armada Kebebasan ke Gaza yang pada Senin kemarin ditembaki langsung oleh Israel.
Setelah korban tewas jatuh sebanyak 20 orang, sisanya ditahan, diborgol, dan diperlakukan cukup buruk pula. Sebagian dideportasi ke negara lain, dalam hal ini Yordania. Sebagian lain masih ditahan di Israel, termasuk 2 orang asal Indonesia.
Yang sudah bebas, agak sedikit bernafas lega. Agak sedikit, karena bagaimana tidak, apalagi yang bisa dibanggakan dengan begitu hebat oleh seorang Muslim di zaman yang compang-camping seperti sekarang dibandingkan dengan menemui saudara-saudara di Gaza yang dikepung lahir dan batin oleh penjajahnya, Israel? Dan karena niat itu belum tercapai, namun masih bisa kembali kepada keluarga dengan kondisi fisik yang masih selamat.
Keluarga yang menyambut sama harunya. Ini bukan masalah suka ataupun duka. Ketika anggota keluarganya akan berlayar ke Gaza, dimana anak-anak kecil berumur 10 tahun sudah hafal Al-Quran, mereka sadar sepenuhnya bahwa perjalanan itu mungkin akan menjadi akhir dari hidup orang yang dikasihinya. Dan mereka tentu saja, sudah ikhlas. Yang dihadapi oleh mereka adalah Israel, sebuah institusi tidak resmi di Palestina, tidak resmi karena mereka mengambil hak dari orang Palestina, dan mereka sudah terkenal telengas terhadap orang Islam.
Namun ketika kembali pun, itu disyukuri pula oleh keluarga mereka. Walau dalam hati dan jiwa mereka mungkin sempat terucap, "Jangan pulang terlalu cepat, wahai Mujahid!" (sa/wb)