Erdogan: Jika Terus Biarkan Serangan terhadap Al Quran, Turki akan Menolak Swedia Masuk NATO

eramuslim.com – Sikap Swedia yang mendiamkan aksi pembakaran Al Quran benar-benar membuat marah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, sehingga kemungkinan mereka mendapat persetujuan masuk NATO semakin kecil.

Dalam pernyataannya pada Rabu (1/2), Erdogan kembali menegaskan bahwa Turki akan mengesampingkan lampu hijau bagi negara Nordik itu untuk bergabung sebagai anggota NATO selama mereka mengizinkan serangan terhadap kitab suci Umat Islam.

“Kami tidak akan mengatakan ‘ya’ untuk (Swedia) masuk ke NATO selama Anda mengizinkan kitab suci kami, Al-Quran, untuk dibakar, dicabik-cabik, dengan persetujuan petugas keamanan Anda,” kata Erdogan, mengacu pada pembakaran Alquran baru-baru ini di Stockholm, seperti dikutip dari Anadolu Agency.

Erdogan menegaskan negaranya mengikuti dengan cermat perkembangan mengenai proses keanggotaan NATO untuk Finlandia dan Swedia. Ia mengatakan bahwa pandangannya tentang Finlandia positif, tetapi tidak untuk Swedia.

Pernyataannya muncul setelah ekstremis Denmark-Swedia Rasmus Paludan pekan lalu membakar salinan Alquran pada dua kesempatan terpisah, pertama di luar Kedutaan Besar Turki di Stockholm dan kemudian di depan sebuah masjid di Denmark.

Paludan juga mengatakan akan membakar kitab suci umat Islam setiap Jumat sampai Swedia diterima sebagai anggota NATO.

Swedia dan Finlandia secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan NATO Mei lalu, sebuah keputusan yang dipicu oleh perang Rusia di Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari 2022.

Di bawah memorandum yang ditandatangani Juni lalu antara Turki, Swedia, dan Finlandia, kedua negara Nordik berjanji untuk mengambil langkah-langkah melawan teroris untuk mendapatkan keanggotaan dalam aliansi NATO.

Dalam perjanjian tersebut, Swedia dan Finlandia setuju untuk tidak memberikan dukungan kepada kelompok teroris seperti PKK dan cabangnya, dan Organisasi Teroris Fetullah (FETO), dan mengekstradisi tersangka teror ke Turki, di antara langkah-langkah lainnya.

Kesepakatan bulat dari semua anggota NATO, termasuk Turki diperlukan agar setiap anggota baru dapat diterima di aliansi militer pimpinan Amerika Serikat. (Sumber: RMOL)