eramuslim.com – Kelompok aktivis pemantau hak asasi manusia melaporkan eksekusi mati di Arab Saudi era Raja Salman dan pemimpin Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MbS), meningkat dua kali lipat. Tembus 1.000 orang lebih.
Organisasi Hak Asasi Manusia Eropa Saudi (Reprieve and the European Saudi Organisation for Human Rights/ESOHR) melaporkan sejak Raja Salman berkuasa pada 2015, hukuman mati menjadi 129,5 eksekusi dalam setahun.
Di pemerintahan sebelumnya yakni pada 2010 hingga 2014, eksekusi mati rata-rata 70,8 dalam setahun. Total hanya sekitar 500 orang yang dieksekusi mati pada era pemerintahan sebelum Raja Salman dan Pangeran MbS.
Sementara untuk kepemimpinan di bawah Raja Salman dan pemerintahan Putra Mahkota Saudi Pangeran MbS, lanjut laporan itu, hukuman mati tercatat lebih dari 1.000 eksekusi. MbS menjadi kepala pemerintahan Saudi sejak 2017, dua tahun setelah sang ayah naik takhta.
Menurut laporan itu pula, selama enam tahun terakhir menjadi tahun-tahun eksekusi paling berdarah di Saudi. Selain itu, Reprieve juga menyebut Saudi melakukan penyiksaan “sistemik” dan pelanggaran proses hukum, termasuk penyiksaan terhadap kejahatan anak dan perempuan.
“Setiap poin data dalam laporan ini adalah kehidupan manusia yang dicabut,” ujar direktur Reprieve, Maya Foa, dilansir CNN Indonesia mengutip AFP, Rabu, 1 Februari.
Ia kemudian berujar, “Mesin hukuman mati Saudi mengunyah anak-anak, pedemo, perempuan rentan dalam layanan rumah tangga, penyelundup narkoba, dan orang-orang yang berbicara dengan jurnalis asing.”
Menurut perhitungan AFP, pada 2022, Saudi mengeksekusi 147 orang. Pada Maret di tahun tersebut, Saudi mengumumkan 81 eksekusi dalam satu hari karena pelanggaran terkait terorisme.
Dari 2010 hingga 2021, Saudi tercatat mengeksekusi 31 perempuan, termasuk 23 warga asing dan 13 pekerja domestik. Pada 2013, jumlah orang yang dieksekusi hanya 15 orang. (Sumber: Fajar)