Militer Zionis Israel, Jum’at (14/04/06), mengeluarkan ancaman akan menggelar serbuan darat ke Jalur Gaza dengan dalih untuk menghentikan serangan roket perlawanan Palestina ke target-target Israel. Namun Deputi Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel Moshe Kablinsky menegaskan masih ada pilihan-pilihan lain sebelum melancarkan serangan darat ke Jalur Gaza, termasuk serangan udara dan peluru kendali jarak jauh.
Petinggi militer Zionis Israel ini menegaskan dalam penyataannya kepada media bahwa aksi-aksi serangan yang dilakukan militer Israel ke wilayah-wilayah Palestina tidak menghentikan serangan-serangan roket para pejuang perlawanan Palestina. Untuk itu, kata Kablinsky, pada waktu yang tepat akan dilaksanakan serangan darat berdasarkan permintaan dari pimpinan komando wilayah selatan Israel.
Kablinsky menganggap bahwa “tekanan yang dilakukan militer Israel terhadap Palestina sudah mulai membuahkan hasil. Untuk itu, tegas petinggi militer Israel ini, upaya untuk menghentian serangan roket perlawanan ke Israel membutuhkan operasi militer yang lebih besar lagi.
Dalam beberapa minggu terakhir, Zionis Israel meningkatkan eskalasi serangan militer secara massif ke wilayah Palestina di Jalur Gaza dengan pesawat-pesawat tanpa awak dan helikopter tempur, di samping serangan roket yang dikendalikan dari jarak jauh. Puluhan warga Palestina gugur dan terluka.
Laporan terakhir Palestinian Information Center menyebutkan, dalam sebulan terakhir militer Zionis Israel melakukan 319 kali serangan dan mengakibatkan 28 orang Palestina gugur, 7 di antaranya anak-anak. Sementara itu 195 orang terluka, 38 bangunan rusak, 2 masjid dan 6 sekolah juga rusak.
Dalam sidang DK PBB, Kamis (13/04/06), Amerika Serikat justru menghalangi dikeluarkan resolusi yang mengecam eskalasi serangan militer Israel terahdap Palestina. Dubes AS untuk PBB John Bolton menyebut draf resolusi tersebut sebagai hal yang tidak adil, tidak tepat, tidak seimbang dan tidak penting.
Dalam draf yang diajukan Qatar tersebut, juga “meminta Israel agar menghentikan eskalasi militernya terhadap rakyat Palestina, agar Israel tidak menggunakan kekuatan secara berlebihan dan meminta pemerintah Palestina mengambil sikap tegas dan jelas terahdap kekerasan.”
John Bolton sendiri mengakui draf ini sudah mengalami banyak perbaikan dan perubahan dari teks aslinya yang diajukan Qatar, setelah melalui perundingan alot yang berlangsung selama tiga hari. Namun John Bolton tetap menyatakan “pandangan kami hal itu masih tidak seimbang.”
Setelah mendapatkan tentangan dari Amerika, Qatar – sebagai satu-satunya anggota DK PBB dari Arab – meminta DK mengadakan sidang tertutup guna mengkaji situasi di Timur Tengah pada Senin (17/04/06) depan. Namun John Bolton mengatakan pihaknya tidak melihat perlunya mengadakan sidang semacam itu.
Menanggapi hal ini, utusan Palestina di PBB Riyadh Manshur menyebut Washington telah “melindungi aktivitas militer Israel dan serangan mereka terhadap rakyat Palestina.” Manshur mengatakan, sudah jelas bahwa Amerika tidak ingin Dewan Keamanan memiliki sikap. Manshur menyebutkan, keempatbelas anggota Dewan Keamanan tadinya sudah siap untuk mendiskusikan teks dari draf tersebut. “Namun sangat disayangkan salah satu anggota Dewan Keamanan (Amerika Serikat) menolak dan memberikan perlindungan terhadap serangan permusuhan Israel terhadap orang-orang Palestina di Jalur Gaza dan wilayah-wilayah lainnya yang diduduki Israel.”
Manshur menjelaskan dirinya pada hari Senin (10/04/06) telah menyerukan kepada Dewan Keamanan PBB agar melakukan langkah-langkah guna menghentikan eskalasi serangan Israel terakhir terahdap orang-orang Palestina, khususnya di Jalur Gaza, selama seminggu sebelumnya yang mengakibatkan 14 orang gugur dan puluhan lainnya terluka. (was/aljzr-iol)